BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Jika
kita menghayati akan karunia Allah SWT yang telah diberikan kepada hambanya
maka kita tidak akan bisa untuk menghitungnya karena begitu besarnya nikmat
Allah SWT kepada kita mahluknya. Salah satunya adalah susu yang bisa kita
peroleh dari ternak yang bisa kita konsumsi sebagai salah satu sumber protein
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh kita. Dan ketika sumber nutrisi
tersebut telah kita penuhi semua proses penyerapan zat dalam tubuh kita itu
diatur oleh salah satu bagian dari protein yaitu enzim dimana enzim ini
berperan dalam mempercepat proses reaksi dalam tubuh kita.
Enzim adalah
golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan mempunyai
fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk
metabolism perantara dari sel. Peranan enzim dalam biologis yaitu kontrol
sintesis enzim, dan peranan enzim dalam berbagai proses pertumbuhan dan
difersiasi atau pembelahan sel (Ferdian,
2009).
Susu dipandang dari segi
gizinya merupakan bahan makanan yang hampir sempurna dan merupakan bahan
makanan alamiah bagi anak yang baru lahir. Susu didefinisikan sebagai sekresi
kelenjar ambing hewan yang sedang laktasi. Hewan penghasil susu komersial
diantaranya sapi, kambing, domba dan kerbau. Sapi adalah penghasil susu yang
efisien karena sapi menghasilkan produksi susu yang tinggi. Komposisi susu adalah lemak 3,9%,
protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72% dan air
87,1%.Komponen lain yang juga terdapat di dalam susu adalah
sitrat, enzim-enzim, fosfolipid, vitamin A, vitamin B dan vitamin C
(Zuhra, 2010).
Berdasarkan hal
diatas maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang memiliki pengaruh terhadap kinerja enzim dan susu serta mengetahui
perubahan warna yang ditimbulkan dari hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Bagaimana cara mengetahui pengaruh pH terhadap kegiatan
enzim?
- Bagaimana cara mengetahui pengaruh enzim Schardinger dalam susu?
3.
Bagaimana cara mengetahui pengaruh temperatur terhadap
keaktifan suatu enzim?
C. Tujuan Masalah
Tujuan
dilaksanakannya praktikum ini yaitu:
- Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap kegiatan enzim.
- Untuk mengetahui pengaruh enzim Schardinger dalam susu.
- Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap keaktifan
suatu enzim.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Enzim dan
Susu
Enzim adalah
golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan mempunyai
fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif
membentuk metabolism perantara dari sel. Peranan enzim dalam biologis yaitu
kontrol sintesis enzim, dan peranan enzim dalam berbagai proses pertumbuhan dan
difersiasi atau pembelahan sel (Ferdian,
2009).
Setiap enzim
terbentuk dari molekul protein sebagia komponen utama penyusunnya dan beberapa
enzim hanya terbentuk dari molekul protein sengan tanpa adanya penambahan
komponen lain. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua protein mempunyai fingsi
katalitik, sehingga tidak dapat digolongkan sebagai enzim. Sebagai contoh,
protein pada mikrotubula, mikrofilamen, dan beberapa molekul protein pada
membrane terlihat lebih fungsi structural daripada katalitik. Satu ciri khas
sel hidup adalah terdapatnya proses metabolisme yang diperantarai oleh suatu
protein yang disebut enzim yaitu suatu katalisator protein yang mempercepat
reaksi kimia dalam makhluk hidup atau dalam system biologic. Tanpa enzim maka
reaksi seluler berlangsung sangat lambat bahkan mungkin tidak terjadi reaksi
(Surya, 2009).
Dalam
mengkatalis suatu reaksi enzim ribuan didalam sel dan substratnya sangat
spesifik tidak akan terjadi kekeliruan. Subsrat adalah substansi yang mengalami
perubahan kimia setelah becampur dengan enzim sedangkan produk adalah substansi
yang baru yang terbentuk setelah proses reaksi mencapai keseimbangan. Oksireduktusi
yang beredar di antara bentuk-bentuk oksidase dan reduktasinya jika
molekul-molekul substrat secara berturut-turut dioksidasi. Sifat electron
menetukan manasari dua jenis oksidase reduktase yang kita tinjau, dehidrogenase
atau oksidase (Triadi,
2010).
Reaksi kimia tetap berlangsung tanpa
enzim. Namun, reaksi tersebut berjalan lambat. Berbagai reaksi kimia metabolis
di dalam tubuh organisme dapat berlangsung dengan cepat karena sel organisme
tersebut menghasilkan enzim. Misalnya saja kita yang dapat menyimpan larutan
glukosa dalam jangka waktu tak terbatas bila disimpan di dalam botol yang
terjaga kondisinya dan tidak tercemar oleh jamur atau bakteri (Karmawan,
2008).
Susu diekskresi oleh
kelenjar mammae, susu sebagian besar terdiri dari air (87%), sisanya merupakan
zat padat yang terdiri dari protein, lipid, karbohidrat, vitamin, enzim,
asam-asam organik dan sejumlah garam-garam organik. Susunan susu selalu tidak
tetap, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, diet lama, masa
laktasi, waktu sekresi, suhu, keadaan fisik, mental dan sebagainya. Susu
biasanya berwarna putih kekuningan, cair dan asam (pH 6,6 - 6,9) dengan
pemanasan koagulan negatif (Risna, 2009).
Susu dipandang dari segi
gizinya merupakan bahan makanan yang hampir sempurna dan merupakan bahan
makanan alamiah bagi anak yang baru lahir. Susu didefinisikan sebagai sekresi
kelenjar ambing hewan yang sedang laktasi. Hewan penghasil susu komersial
diantaranya sapi, kambing, domba dan kerbau. Sapi adalah penghasil susu yang
efisien karena sapi menghasilkan produksi susu yang tinggi. Komposisi susu adalah lemak 3,9%,
protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72% dan air
87,1%. Komponen lain yang juga terdapat di dalam susu adalah
sitrat, enzim-enzim, fosfolipid, vitamin A, vitamin B dan vitamin C
(Zuhra, 2010).
Firman Allah SWT dalam
Q.S Almu’minun/ 23:21
¨bÎ)ur ö/ä3s9 ’Îû ÄN»yè÷RF{$# ZouŽö9Ïès9 ( /ä3‹É)ó¡S $£JÏiB ’Îû $pkÍXqäÜç/ ö/ä3s9ur $pkŽÏù ßìÏÿ»uZtB ×ouŽÏVx. $pk÷]ÏBur tbqè=ä.ù's? ÇËÊÈ
Terjemahnya:
21.
dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran
yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam
perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang
banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan.
Berdasarkan ayat diatas dapat kita petik hikmahnya bahwa “dan disamping
air serta kebun-kebun yang tumbuh dengannya, sesungguhnya pada hewan-hewan
ternak terdapat suatu pelajaran bagimu. Kami juga memeberi minum kamu dari air
susu yang penuh nutrisi yang ada dalam perutnya, dan padanya, yakni pada
binatang-binatang ternak itu, juga terdapat banyak manfaat untukmu, seperti
daging kulit, bulu, dan tenaganya. Semua itu dapat dimanfaatkan untuk beragai
tujuan. Dan sebagian darinya kamu makan sebagai makanan yang lezat dan bergizi.
Dan diatasnya, yakni hewan-hewan ternak itu, dan juga di atas kapal-kapal kamu
diangkut atas izin Allah menuju tempat-tempat yang dituju (Kementrian Agama
RI).
B. Fungsi Enzim dan Susu
1. Fungsi Enzim
Enzim bekerja pada perangkat substrat (reaktan)
dan mengubahnya menjadi suatu perangkat hasil (produk). Daerah pada enzim yang
mengikat suatu substrat adalah sisi aktif (tempat aktif). Tingkat kekhhususan
yang tinggi memungkinkan sel mengendalikan reaksi-reaksi metabolisme dengan
mengatur bentuk dan jumlah enzim yang dihasilkan. Beberapa enzim bersifat
sangat spesifik, yaitu hanya mengkatalis suatu reaksi kimia tertentu. Tetapi
pada umumnya enzim tidak begitu spesifik dan akan menguraikan zat-zat lain yang
mesih berkerabat (berhubungan), misalnya lipase yang dapat bekerja pada
sejumlah besar lemak. Reaktan dimana enzim
akan bekerja disebut sebagai substrat enzim. Enzim berikatan dengan substrata
tau beberapa substrat ketika terdapat dua atau lebih reaktan (Firman, 2008).
Keseluruhan
proses itu dapat diringkas sebagai berikut, dengan naman enzim ditulis tansa
panah berikut: Substrat (-substrat) enzim produk (-Produk) Misalnya,
enzim-enzim sukrase (sebagian besar nama enzim berakhiran dengan ase) memecah
disakarida sukrosa menjadi kedua monosakarida, glukosa dan fruktosa: Sukrosa +
H2O sukrosa glikos + Fruktosa. Untuk memperoleh pengukuran kecepatan
reksi enzim yang terpercaya, diperlukan penetuan dalam jangka waktu pendek
segera setelah enzim dicampurkan kedalm substrat. Ideal kecepatan ini harus diukur
pada saat yang tepat ketika ensim itu dicampurkan, tetapi itu bukan sasaran
yang praktis (Pujianti,
2010).
2. Fungsi
Susu
Selain bermanfaat bagi kesehatan
tulang dan gigi, susu diketahui mendatangkan manfaat untuk optimalisasi
produksi melatonin. Melatonin adalah hormone yang dihasilkan oleh kelenjar
pineal pada malam hari, kehadiran melatonin akan mebuat kita merasa mengantuk
dan kemudian tubuh bisa beristrahat dengan baik. Susu mengadung banyak asam
amino triptofan yang merupakan salah satu bahan bakar melatonin. Sehingga
dianjurkan minum susu sebelum tidur, agar tubuh dapat beristrahat dengan baik.
Selain itu, susu ternyata mempunyai kemampuan mengikat logam-logam yang
bertebaran akibat polusi. Dengan demikian susu bermanfaat untuk meminimalisasi
dampak keracunan logam berat yang secara tidak sengaja masuk kedalam tubuh
karena lingkungan yang terpolusi (Rahman, 2009).
C.
Faktor
Pengaruh Aktivitas Enzim dan Susu
1. Faktor
yang mempengarughi Enzim
Menurut Haris
(2009), yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim sebagai
berikut:
a.
Suhu
Semua enzim membutuhkan suhu yang cocok agar
dapat bekerja dengan biak. Laju reaksi biokimia meningkat seiring kenaikan
suhu. Hal ini karena panas meningkatkan energi kinetik dari molekul sehingga
menyebabkan jumlah tabrakan diantara molekul-molekul meningkat. Sedangkan
dalam kondisi suhu rendah, reaksi menjadi lambat karena hanya terdapat sedikit
kontak antara substrat dan enzim. Namun, suhu yang ekstrim juga tidak baik
untuk enzim. Di bawah pengaruh suhu yang sangat tinggi, molekul enzim cenderung
terdistorsi, sehingga laju reaksi pun jadi menurun. Enzim yang terdenaturasi
gagal melaksanakan fungsi normalnya. Dalam tubuh manusia, suhu optimum di mana
kebanyakan enzim menjadi sangat aktif berada pada kisaran 35°C sampai 40°C. Ada
juga beberapa enzim yang dapat bekerja lebih baik pada suhu yang lebih rendah
daripada ini.
b. Nilai pH
Efisiensi suatu enzim sangat dipengaruhi oleh
nilai pH atau derajat keasaman sekitarnya. Ini karena muatan komponen asam
amino enzim berubah bersama dengan perubahan nilai pH. Secara umum, kebanyakan
enzim tetap stabil dan bekerja baik pada kisaran pH 6 dan 8. Tapi, ada beberapa
enzim tertentu yang bekerja dengan baik hanya di lingkungan asam atau
basa. Nilai pH yang menguntungkan bagi enzim tertentu sebenarnya
tergantung pada sistem biologis tempat enzim tersebut bekerja. Ketika nilai pH
menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka struktur dasar enzim dapat
mengalami perubahan. Sehingga sisi aktif enzim tidak dapat mengikat substrat dengan
benar, sehingga aktivitas enzim menjadi sangat terpengaruhi. Bahkan enzim dapat
sampai benar-benar berhenti berfungsi.
c.
Konsentrasi substrat
Konsentrasi substrat yang lebih tinggi berarti
lebih banyak jumlah molekul substrat yang terlibat dengan aktivitas enzim.
Sedangkan konsentrasi substrat yang rendah berarti lebih sedikit jumlah molekul
substrat yang dapat melekat pada enzim, menyebabkan berkurangnya aktivitas
enzim. Tapi ketika laju enzimatik sudah mencapai maksimum dan enzim sudah dalam
kondisi paling aktif, peningkatan konsentrasi substrat tidak akan memberikan
perbedaan dalam aktivitas enzim. Dalam kondisi seperti ini, di sisi aktif semua
enzim terus terdapat substrat, sehingga tidak ada tempat untuk substrat ekstra.
d.
Konsentrasi Enzim
Semakin besar konsentrasi enzim maka kecepatan
reaksi akan semakin cepat pula. Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi, tentunya selama masih ada substrat yang perlu diubah menjadi
produk.
e.
Aktivator &
Inhibitor
Aktivator merupakan molekul yang membantu enzim agar mudah
berikatan dengan substrat. Inhibitor adalah substansi yang memiliki
kecenderungan untuk menghambat aktivitas enzim. Inhibitor enzim memiliki dua
cara berbeda mengganggu fungsi enzim. Berdasarkan caranya, inhibitor dibagi
menjadi 2 kategori: inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif. Inhibitor
kompetitif memiliki struktur yang sama dengan molekul substrat, inhibitor ini
melekat pada sisi aktif enzim sehingga menghalangi pembentukan ikatan kompleks
enzim-substrat. Inhibitor non-kompetitif dapat melekat pada sisi enzim yang
bukan merupakan sisi aktif, dan membentuk kompleks enzim-inhibitor. Inhibitor
ini mengubah bentuk/struktur enzim, sehingga sisi aktif enzim menjadi tidak
berfungsi dan substrat tidak dapat berikatan dengan enzim tersebut.
2.
Faktor yang mempengaruhi kualitas Susu
Didalam
susu terdapat zat gizi karbohidrat berupa laktosa. Karena sifat gulanya yang
tidak terlalu manis, gula laktosa susu tidak terlalu merusak gigi. Zat gisi
lain yang dikandung oleh susu adalah lemak, sumber vitamin lemak, sumber
vitamin larut lemak seperti vitamin A, vitamin E, dan vitamin D. Susu juga
menjadi sumber asam lemak esensial dan hormone. Susu adalah sumber kalsium dan
fosfor yang sangat baik, yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Mineral seperti magnesium, zat besi, kalium, yodium, natrium, selenium, dan
zinc terkandung dalam susu (Andika, 2010).
Menurut
Wiryono (2009) yang menyatakan bahwa susu mengandung nilai gizi sebagai
berikut:
a.
Energi
Energi dalam susu adalah sekitar
59,0 kalori. Jumlah kalori yang dianjurkan untuk di konsumsi per orang perhari
sangat bergantung pada jenis kelamin, umur, ukuran badan dan tingkat keadktifan
individu. Energy diperlukan untuk kerja otak system saraf, kerja dalam tubuh
seperti pembentukan dan perbaikan jaringan, penyerapan dan transportasi zat-zat
gizi serta kerja otot-otot tubuh.
b.
Air
Kandungan air dalam susu tinggi
sekali yaitu sekitar 88,5 %. Susu berfungsi sebagai emulsi lemak dalam air
serta sebagai pelarut berbagai senyawa.
c.
Protein
Susu merupakan sumber protein
dengan mutu sangat tinggi, kadar protein susu segar sekitar 3,5%. Protein susu
mewakili salah satu mutu protein yang nilainyasepadan dengan daging dan hanya
diungguli oleh protein telur. Protein susu mengandung lisin dengan jumlah yang
relative sangat tinggi.
d.
Lemak
Kadar lemak dalam susu sekitar
3,0-3,5%. Lemak susu, khususnya trigliserida mengandung asam lemak tak jenuh
yang tinggi kadarnya. Serta rendah dalam konsentarsi asam lemak tidak jenuh (Polyunsaturated acid)
terutama linolenat, lemak susu berbentu emullsi dan mudah dicerna.
e.
Karbohidrat
Kandungan
karbihidrat (laktosa) dalam susu sekitar 4-6%. Meskipun kandungan gulanya cukup
tinggi, tetapi rasanya tidak manis, daya kemanisannya hanya seperlima kemanisan
gula pasir (sukrosa). Kandungan laktosa bersama dengan garam bertanggung jawab
dengan rasa susu yang spesifik.
f.
Mineral
1)
Kalsium (Ca)
Susu ternyata miskin akan mineral, tetapi kaya akan
kalsium yaitu sekitar 100mg. kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan
mineral. Lebih dari 98% kalsium berada dalam tulang. Penyerapan kalsium yang
berasal dari susu oleh tubuh sekitar 30% sampai 60%.
2)
Phosfor (P)
Susu merupakan sumber phosphor yang baik yaitu
sekitar 90mg. kebutuhan phosphor anak-anak sekitar 800-1200 mg. Phosfor
biasanya bekerja sama dengan kalsium dan vitamin D, phosfor berguna untuk
pembentukan tulang dan gigi.
3)
Besi (Fe)
Susu miskin akan mineral terutama besi yaitu
sekitar 0,1mg, karena zat besi dalam susu sapi tidak mudah diabsorpsi
dibandingkan dengan zat besi dalam ASI.
4)
Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi mikromolekul. Vitamin
sangat diperlukan oleh tubuh, meskipun kebutuhannya tidak banyak tetapi apabila
kekurangan vitamin akan mengakibatkan suatu penyakit tertentu. Vitamin terdiri
atas 2 jenis, vitamin larut lemak (A, D, E, K dan air (B, C dsb).
D.
Uji
Enzim dan Susu
1. Pengaruh
pH Terhadap Kegiatan Enzim
Aktivitas dari enzim dipengaruhi oleh tingkat keasaman pH dimana enzim hanya dapat bekerja dalam suasana
asam. Ada enzim yang bekerja maksimal pada pH yang rendah atau lingkungan asam.
Pengaruh pH terhadap suatu enzim
bervariasi tergantung jenisnya, ada enzim yang bekerja secara
optimal pada kondisi asam,ada juga yang bekerja secara
optimal pada kondisi basa. Bukti pH berpengaruh pada aktivitas
enzim amylase yaitu terlihat perbedaan
warna akibat kerja enzim pada pH yang berbeda, dan aktivitas enzim dapat
dikatakan bekerja cepat dan tepat pada pH optimumnya (Astawan, 2009).
2. Pengaruh
Enzim Schardinger dalam Susu
Penambahan enzim schadinger pada suatu zat akan
mempengaruhi perubahan warna zat tersebut. Dan susunan susu selalu tidak tetap,
tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti umur, diet lama, masa laktasi,
waktu sekresi, suhu, keadaan fisik, mental dan sebagainya. Susu biasanya
berwarna putih kekuningan, cair dan asam (pH 6,6 - 6,9) dengan pemanasan
koagulan negatif (Gustiawan, 2008).
3. Pengaruh
Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
Baik tidaknya enzim itu beraktivitas
diindikasikan dengan cepat lambatnya proses hidrolisis amilum oleh enzim
tersebut. Dengan penambahan larutan iodine, amilum akan memberikan warna biru
tua. Apabila enzim menghidrolisis amilum menjadi gula yang lebih sederhana,
maka warna biru tua yang terbentuk akibat reaksi dengan iodine tersebut lama
kelamaan akan berubah menjadi kekuningan dan hilang menjadi bening tak berwarna
seiring dengan berkurang dan habisnya amilum dalam larutan (Rasyaf, 2009).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Waktu dan tempat
dilaksanakannya praktikum ini pada hari Kamis tanggal 27 Desember pukul 13.30 sampai 15.45 WITA dan
bertempat di Laboratorium Basic Animal, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018.
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah bunsen, gelas kimia, gelas piala,
kasa asbes, kaki 3, korek gas, plat tetes, pipet tetes, pipet skala, rak tabung
dan tabung reaksi.
2. Bahan
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah air panas, es batu, formaldehid, iodin 0,01 M, larutan amilum 0,5%, larutan pati 1%, larutan NaOH 10%, larutan Methylen blue, larutan HCl pekat, lugol, Paraffinum liqudum, susu dan saliva.
C.
Prosedur
Kerja
Prosedur
kerja dalam praktikum ini adalah:
1.
Pengaruh pH terhadap kegiatan enzim
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Melabeli
tiga buah tabung reaksi dengan A, B dan C
c. Tiap-tiap
tabung diisi 5 ml larutan amilum 0,5%
d. Menambahkan
masing-masing 4 tetes tabung A larutan NaOH 10%. tabung B larutan HCl pekat
e. Menambahkan
ketiga tabung ditambahkan 5 ml larutan saliva yang telah diencerkan sebelumnya.
f. Menambahkan
5 tetes larutan Methylen lugol ke dalam
masing-masing tabung reaksi.
g. Mendiamkan
masing-masing tabung reaksi pada suhu kamar selama beberapa menit.
h. Mengamati
perubahan yang terjadi.
i. Mencatat
hasil pengamatan.
2. Pengaruh
Enzim Schardinger dalam Susu
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Melabeli
tiga buah tabung reaksi dengan A, B dan C
c. Menambahkan pada
tabung A diisi 5 ml susu, 5 tetes larutan Methylen blue, Formaldehid dan Paraffinum liqudum.
d. Pada tabung B diisi 5
ml susu, 5 tetes larutan Methylen
blue
dan Formaldehid.
e. Pada tabung C diisi 5
ml susu yang telah dipanaskan,
lalu ditambah 5 tetes larutan Methylen blue, Formaldehid dan Paraffinum liqudum.
f. Memanaskan air 150 ml.
g. Memasukkan ketiga
tabung pada bejana air yang telah dipanaskan.
h. Mengamati perubahan
warna
3. Pengaruh
Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim
a. Menyiapkan
alat dan bahan
b. Melabeli
keempat tabung reaksi A, B, C dan D
c. Masing-masing tabung
diisi larutan amilum 1% sebanyak 5 ml.
d. Pada tabung A dicelup
didalam es batu.
e. Tabung B dan D
disimpan pada suhu kamar.
f. Tabung C
dipanaskan.
g. Masing-masing tabung
diiberi 2 tetes saliva encer, khusus tabung D air saliva yang sudah dipanaskan.
h. Setelah interval 5
menit teteskan 2 tetes larutan dari masing-masing tabung pada plat tetes, lalu
beri 2 tetes iodin 0,01 M.
i. Setelah interval 10
menit diambil 2 tetes larutan dari masing-masing tabung pada plat tetes, lalu
beri 2 tetes iodin 0,01 M.
j. Setelah interval 15
menit diambil 2 tetes larutan darimasing-masing tabung pada plat tetes, lalu
beri 2 tetes iodin 0,01.
k. Mencatat hasil
pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
1.
Pengaruh
pH terhadap kegiatan Enzim
Tabel
. Hasil Pengamatan Pengaruh pH Terhadap Kegiatan Enzim
No
|
Larutan
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Larutan A
(5 ml amilum + 4 tetes NaOH 10% + 5
tetes lugol)
|
|
a. Endapan
b.
Ada cincin
|
2
|
Larutan B
(5 ml amilum 0,5% + 4 tetes HCl pekat
+ 5 tetes lugol)
|
|
a. Ada endapan
b.
Ada cincin
|
3.
|
Larutan B
(5ml amilum 0,5% + 5 ml saliva + 5 tetes lugol)
|
|
a. Ada cincin
b.
Ada busa
|
Sumber:
Laboratorium Basic Animal,
Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2018.
2. Enzim Schardiger
dalam susu
Tabel. Hasil Pengamatan Enzim Schardinger dalam Susu
No
|
Larutan
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Larutan A
(5 ml susu + 5 tetes Methyleneblue +
Formaldehid
+ Paraffinum
liqudum)
|
|
a. Biru muda
b.
Biru langit
c.
Biru tua
|
2
|
Larutan B
(5 ml susu + 5 tetes Methyleneblue
+ Formaldehid)
|
|
a. Biru muda
b.
Biru putih
c.
Biru muda
|
3
|
Larutan C
(5 ml susu dipanaskan
+ 5 tetes Methyleneblue
+ Formaldehid
+ Paraffinum
liqudum)
|
|
a. Biru muda
b.
Biru langit
c.
Biru tua
|
Sumber:
Laboratorium Basic Animal,
Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2018.
3. Pengaruh
temperature terhadap kegiatan Enzim
Tabel. Hasil
Pengamatan Pengaruh Temperatur Terhadap Keaktifan Enzim
Waktu
(menit)
|
Larutan
|
|||
Tabung A
|
Tabung B
|
Tabung C
|
Tabung D
|
|
5
|
·
Kuning kehitaman
|
· kuning
|
· Bening kehitaman
|
· Kuning pucat
|
10
|
· Kuning
Kehitaman
|
·
Kuning
|
· Bening kehitaman
|
·
Kuning
|
15
|
· Kuning kehitaman
|
· Kuning
pucat
|
· Bening
kehitaman
|
·
Kuning pucat
|
Sumber:
Laboratorium Basic Animal,
Jurusan Ilmu Peternakan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2018.
B.
Pembahasan
Berdasarkan
hasil percobaan praktikum diperoleh hasil yaitu masing-masing tabung diisi dengan
amilum 0,5 %. Pada tabung A yang ditambahkan 4
tetes NaOH 10% yang bersifat basa dan didiamkan selama beberapa menit setelah itu ditambahkan 5 tetes lugol
hasil yang didapatkan adalah terdapat endapan pada bagian bawah dan bagian atas
terdapat cincin. Pada tabung B yang ditambahkan 4
tetes HCl pekat yang bersifat asam dan didiamkan selama beberapa menit setelah
itu ditambahkan 5 tetes lugol hasil yang didapatkan adalah pada bagian bawah
terdapat endapan dan bagian atas terdapat cincin. Pada tabung C yang ditambahkan
5 ml saliva dan didiamkan selama beberapa menit setelah itu ditambahkan 5 tetes
lugol hasil yang didapatkan adalah pada bagian bawah terdapat cincin dan pada
bagian ata terdapat busa. Hal ini sesuai dengan pendapat Astawan (2009), yang
menyatakan pengaruh pH terhadap suatu enzim
bervariasi tergantung jenisnya, ada enzim yang bekerja secara
optimal pada kondisi asam, ada juga yang bekerja secara
optimal pada kondisi basa. Bukti pH berpengaruh pada aktivitas
enzim amylase yaitu terlihat perbedaan
warna akibat kerja enzim pada pH yang berbeda, dan aktivitas enzim dapat
dikatakan bekerja cepat dan tepat pada pH optimumnya.
Berdasarkan
hasil percobaan praktikum diperoleh hasil yaitu 3 tabung
reaksi. Tabung A
ditambahkan 5 ml susu+ 5 tetes Methylen blue+ Formaldehid+ Parrafinum
luquiduidum kemudian dimasukkan kedalam bejana air panas, tabung A
hasil yang diperoleh yaitu terdapat pada bagian bawah warna biru muda, tengah warna
biru langit dan atas warna biru tua. Tabung B
ditambahkan 5 ml susu+ 5 tetes methelen blue+ formaldehid hasil yang
diperoleh yaitu terdapat pada
bagian bawah warna biru muda, tengah warna biru putih dan atas warna biru muda.
Tabung C ditambahkan 5 ml susu+ 5 tetes Methylen blue+ Formaldehid+ Parrafinum
luquiduidum hasil yang diperoleh yaitu terdapat pada bagian bawah warna
biru muda, tengah biru langit dan atas biru tua. Hal
ini sesuai dengan pendapat Gustiawan (2008), yang menyatakan dalam penambahan enzim schadinger pada suatu zat akan
mempengaruhi perubahan warna zat tersebut.
Berdasarkan
hasil percobaan praktikum diperoleh hasil yaitu dengan
menyiapkan 4 tabung reaksi, pada tabung A ditambahkan 5 ml amilum 1%, 2 tetes
saliva encer dan direndam dalam es batu. Pada tabung B ditambahkan 5 ml amilum
1%, 2 tetes saliva encer dan didiamkan pada temperatur kamar. Pada tabung C
ditambahkan amilum 1%, 2 tetes saliva encer pada air panas pada suhu tertentu.
Pada tabung D ditambahkan amilum 1%, 2 tetes saliva encer dan dipanaskan juga
tabung amilum pada suhu tertentu. Kemudian diteteskan masing-masing 2 tetes
iodine dan didiamkan dalam interval waktu 5 menit.
Tabung
A pada interval 5 menit hasilnya terdapat warna kuning
kehitaman pada tabung B warna kuning, pada tabung C warna bening kehitaman dan
pada tabung D warna kuning pucat. Tabung
A pada interval 10 menit hasilnya terdapat warna kuning
kehitaman pada tabung B warna kuning, pada tabung C warna bening kehitaman dan
pada tabung D warna kuning. Tabung A pada interval 15 menit
hasilnya terdapat warna kuning kehitaman pada tabung B warna kuning pucat, pada
tabung C warna bening kehitaman dan pada tabung D warna kuning pucat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rasyaf (2009), yang
menyatakan baik tidaknya enzim itu beraktivitas diindikasikan dengan
cepat lambatnya proses hidrolisis amilum oleh enzim tersebut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengaruh pH terhadap kegiatan enzim pengaruh pH terhadap suatu enzim
bervariasi tergantung jenisnya, ada enzim yang bekerja secara
optimal pada kondisi asam, ada juga yang bekerja secara
optimal pada kondisi basa. Bukti pH berpengaruh pada aktivitas
enzim amylase yaitu terlihat perbedaan
warna akibat kerja enzim pada pH yang berbeda, dan aktivitas enzim dapat
dikatakan bekerja cepat dan tepat pada pH optimumnya
2. Pengaruh enzim Schadingert terhadap Susu diketahui ketika
terjadi penambahan enzim schadinger pada suatu zat akan mempengaruhi perubahan warna zat
tersebut ya.
3. Pengaruh temperatur terhadap keaktifan suatu enzim
umumnya enzim bekerja pada suhu yang optimum. Apabila suhu turun, maka
aktivitas menurun dan enzim menjadi rusak, baik tidaknya
enzim itu beraktivitas diindikasikan dengan cepat lambatnya proses hidrolisis
amilum oleh enzim tersebut
B. Saran
Saran dalam praktikum ini adalah
sebaiknya alat yang akan digunakan dlengkapi agar supaya ketika menggunakan
alat didalm laboratorium tidak menunggu kelompok lain sehingga lebih
mengifisienkan waktu.
Firman. 2008. Effectiveness
of lactoperoxidase system activator® in milk preservation of different volume.
Seminar. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Pujianti.
2010.
Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Andika.
2010. Food
Processin Technology, Principles and Practise. 2 nd ed.Woodhead Pub. Lim.,
Cambridge. England.
Ferdian.
2009. Penuntun Praktikum Enzim Pangan.
Palu. Jurusan Kimia Fmipa Universitas Tadulako.
Rahman. 2009. Dasar–dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Zuhra. 2009. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikatan Ternak . Jakarta: Erlangga.
Rasyaf. 2009. Prinsip–Prinsip Biokimia. Jakarta:
Penerbit Tiga Serangkai.
Triadi. 2010. Dasar–dasar Biokimia.
Surabaya: Alfabeta.
Astawan, 2009. Kimia dasar 2. Malang: UM Press.
Gustiawan. 2008. Biokimia. IPB Press. Bandung.
Surya. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Gadjah Mada University.
Yogyakarta.
Karmana. 2008. Metode Pengujian Enzim. IPB Press.
Bandung.
Haris. 2009. Teknologi Hasil Ternak. UI Press.
Jakarta.
Risna. 2009. Pengolahan Susu. Universitas Tadulako. Palu
Laporan praktikum biokimia nutrisi ternak (enzim dan susu)
Reviewed by Faikatushalihat
on
July 14, 2020
Rating:
No comments: