BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah, populasi penduduk dan perbaikan
taraf hidup masyarakat akan mendorong peningkatan kebutuhan. Total produksi
daging sapi nasional sepanjang 2018 diperkirakan mencapai sekitar 403.668 ton
dengan total kebutuhan mencapai 663.290 ton. Seiring dengan peningkatan
pendapatan dan kebutuhan menyebabkan beberapa alasan permintaan kebutuhan bahan
pangan yang semakin meningkat salah satu diantaranya komoditas peternakan yaitu
kebutuhan bahan pangan berupa daging.
Daging
adalah kumpulan sejumlah otot yang berasal dari ternak yang sudah disembelih
dan otot tersebut sudah mengalami perubahan biokimia dan biofisik sehingga otot
yang semasa hidup ternak merupakan energi mekanis berubah menjadi energi
kimiawi yang dikenal sebagaidaging (panganhewani). Kata otot dapat dipergunakan
pada masa hidup ternak dan setelah mati tetapi kata daging selayaknya secara
akademik dipergunakan setelah ternak mati dan otot telah berubah menjadi daging (Suhardjo, 2010).
Daging
merupakan bagian dari otot setelah ternak dipotong, daging dapat dibedakan
menjadi daging merah dan daging putih. Daging merah berasal dari ternak sapi
dan domba daging berwarna putih berasal dari ternak ungags seperti ayam dan
itik. Yang menyusu otot yakni sifat-sifat dan perubahan jaringan muskuler dan
jaringan ikatyang terjadi pada saat hidup
(Fadillah, 2013).
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum
untuk mengetahui alat dan bahan
serta teknik yang digunakan
dalam menentukan nilai DPD, KAD, WHC,
CL, pH dan untuk mengetahui kualitas daging yang baik.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengetahui jenis-jenis alat dan bahan yang di
gunakan untuk menentukan
nilai DPD, KAD, WHC, CL dan pH ?
2. Bagaimana
mengetahui teknik-teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel dan menghitung nilai DPD, KAD, WHC,
CL dan pH ?
C.
Tujuan Praktikum
Tujuan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis-jenis alat
dan bahan yang di gunakan untuk menentukan nilai DPD, KAD, WHC, CL dan pH.
2. Untuk mengetahui teknik dalam pengambilan sampel dan
menghitung nilai DPD, KAD, WHC, CL dan pH.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A.
Daging
Daging segar
merupakan daging yang baru dipotong, belum mengalami pengolahan lebih lanjut
dan belum disimpan untuk waktu yang lama. Daging segar cenderung memiliki
kualitas kandungan nutrisi dan penampakan lebih baik. Hal ini terjadi karena
daging belum mengalami pengolahan lebih lanjut dan belum disimpan lama.
Indikator yang dapat dijadikan kualitas daging ini adalah kekenyalan, warna
daging, bau dan tekstur. Selain itu, daging segar tidak berlendir, tidak terasa
lengket ditangan dan terasa kebasahannya. Daging beku adalah daging yang telah
mengalami penyimpanan pada suhu dingin. Tujuan penyimpanan ini adalah untuk
mengawetka atau agar daging tersebut bisa digunakanan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Daging dalam kondisi seperti ini akan mengalami perubahan sifat
fisik akibat pengaruh sushu yang dingin (Septian, 2011).
Daging merupakan
salah satu hasil ternak yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan
manusia, khususnya sebagai sumber protein hewani. Sejauh ini penyediaan daging
di Indonesia masih belum cukup memadahi, baik dari sisi kuantitas maupun
kualitas. Daging merupakan bahan pangan yang bernutrisi tinggi, kandungan gizi
yang tinggi tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme. Mikroorganisme dapat terbawa sejak ternak masih hidup atau masuk di
sepanjang rantai pangan hingga ke piring konsumen. Selain mikroorganisme,
cemaran bahan berbahaya juga mungkin ditemukan dalam pangan asal ternak, baik
cemaran hayati seperti cacing, cemaran kimia seperti residu antibiotik, maupun
cemaran fisik seperti pecahan kaca dan tulang. Berbagai cemaran tersebut dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia yang mengkonsumsinya (Usmiati,
2010).
Daging
yang disimpan pada suhu kamar pada waktu tertentu akan mengalami kerusakan.
Kerusakan daging oleh mikroorganisme mengakibatkan penurunan mutu daging.
Jumlah dan jenis mikroorganisme ditentukan oleh penanganan sebelum
penyembelihan ternak dan tingkat pengendalian hiegines dan sistem sanitasi yang
baik selama penanganan hingga dikonsumsi (Usmiati, 2010).
Daging adalah otot hewan yang tersusun dari serat-serat
yang sangat kecil, masing-masing berupa sel yang disatukan oleh jaringan ikat,
membentuk berkas ikatan yang pada
kebanyakan daging jelas kelihatan lemak pembuluh darah dan urat syaraf. Bila
potongan daging diamati secara teliti maka tampak dengan jelas bahwa daging
terdiri atas tenunan yang terdiri atas air, protein, tenunan lemak dan
potongan tulang (Sunarto, 2011).
Menurut Sunarto (2011), menyatakan bahawa daging bisa kita kelompokan beberapa jenis seperti:
Menurut Sunarto (2011), menyatakan bahawa daging bisa kita kelompokan beberapa jenis seperti:
1.
Daging sapi.
2.
Daging ayam.
3.
Daging kerbau.
4.
Daging kambing/domba.
5.
Daging unta dan lain-lain
Karakteristik
kualitas daging merupakan karakteristik yang dinilai oleh konsumen dalam memenuhi palatabilitasnya, berkaitan dengan penilaian sensorik atau organoleptik.
Kualitas daging atau bahan pangan pada umumnya, dinilai
oleh konsumen pada awalnya melalui pendekatan organ-organ pancaindera. Sehingga karakteristik kualitas pada daging menyangkut warna,
keempukan, citarasa (Flavour), dan
kebasahan (Juiciness). Secara organoleptik (sensorik),
warna dinilai oleh organ
penglihatan, keempukan dinilai melalui perabaandan
pencicipan (gigi, tangan, dan lidah),
citarasa dinilai melalui pencicipan dan penciuman
(lidah dan hidung), dan kebasahan dinilai oleh pencicipan
(lidah). Karakteristik kualitasini sering pula
disebut sebagai Eating quality (kualitas makan) (Septian,
2011).
Penilaian karakteristi
kualitas ini yang pada
awalnya dinilai oleh konsumen secara organoleptik, berkembang menjadi penilaian dengan menggunakan
peralatan untuk menghindari
subyektifitas.
Namun demikian parapakar dibidang organoleptik
menyatakan
bahwa justru penilaian dengan menggunakan
alatlah yang lebih
subyektif karena alat merupakan imitasi dari organ-organ pancaindera yang digunakan lebih awal dalam penilaian tersebut. Alat yang
dipergunakan untuk menilai keempukan daging diciptakan
melalui imitasi dari kemampuan gigi geligi (geraham) dalam
melakukan gigitan pertama dan selama pengunyahan
pada daging. Pendekatan
statistik melalui penggunaan sejumlah panelisterlatih dan pengulangan berulang kali
dalam penilaian kualitas secara sensorik/organoleptik dimaksudkan adalah untuk lebih mengobjektifkan hasil penilaian tersebut (Septian, 2011).
Daging sapi merupakan daging yang
diperoleh dari otot-otot sapi yang biasa dan umum digunakan untuk
keperluan konsumsi makanan. penggunaan daging ini berbeda-beda tergantung
dari cara pengolahannya. Sebagai contoh has luar, daging
iga dan sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat sebagai
bahan pembuatan steak sehingga bagian sapi ini sangat banyak
diperdagangkan. Akan tetapi seperti di Indonesia dan di berbagai
negara Asia lainnya daging ini banyak digunakan untuk makanan berbumbu dan
bersantan seperti rendang, gule sapi dan lain-lain (Tim Dosen, 2016).
Allah SWT berfirman dalam QS Al
Baqarah/2 : 173 berbunyi:
$yJ¯RÎ) tP§ym ãNà6øn=tæ sptGøyJø9$# tP¤$!$#ur zNóss9ur ÍÌYÏø9$# !$tBur ¨@Ïdé& ¾ÏmÎ/ ÎötóÏ9 «!$# ( Ç`yJsù §äÜôÊ$# uöxî 8ø$t/ wur 7$tã Ixsù zNøOÎ) Ïmøn=tã 4 ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî íOÏm§ ÇÊÐÌÈ
Terjemahnya :
173. Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Ayat
diatas menjelaskan (Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai)
maksudnya memakannya bangkai ialah
hewan yang tidak disembelih menurut syariat. Termasuk dalam hal ini hewan-hewan
hidup yang disebutkan dalam hadis, kecuali ikan dan belalang (darah) maksudnya
yang mengalir sebagaimana kita dapati pada binatang-binatang ternak, (daging
babi) disebutkan daging, karena merupakan maksud utama, sedangkan yang lain
mengikutinya (dan binatang yang ketika menyembelihnya disebut nama selain
Allah) artinya binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain asma Allah.
B. Sifat Fisik dan Kimia Daging
1.
Sifat fisik
Warna
daging merupakan sifat kualitas yang penting
tidak hanya bagi industri daging tetapi juga bagi konsumen rumah tangga. Bagi
industri daging bahwa
penampilan fisik daging yang diterima oleh konsumen pada tingkat eceran
memberikan tingkat penerimaan yang tinggi. Konsumen mengkaitkan antara warna
dengan kesegaran daging, dimana melalui pembelajaran lewat penelitian
dinyatakan bahwa warna daging segara dalah merah cerah (Bright red)
dan penyimpangan dari warna ini menjadikan daging tersebut tidak diterima (Hadioetomo, 2012).
2. Sifat kimia
Menurut Nurwantoro et al,
(2014) sifat kimia daging yaitu:
a.
Kadar air, kadar
air dalam daging dipengaruhi oleh kandungan lemak intramuskuler yang terdapat
dalam otot.
b.
Kadar abu, terdapat 15 dari 41-51 elemen mineral yang
terdapat dalam jaringan tubuh ternak dengan jumlah bervariasi, yang secara
tradisional adalah esensial.
c.
Kadar protein, kandungan protein dalam daging yaitu 16%. Nilai gizi protein ditentukan oleh
kandungan protein dalam daging diantaranya nutrisi dan penanganan pasca
pemotongan.
d.
Kadar lemak,
kandungan lemak daging sapi yang tidak dipanaskan rata-rata mencapai
17%. Sedangkan jika dimasak kadar lemaknya akan menurun.
C. Kandungan dan Manfaat Daging Sapi
Manfaat daging sapi bagi tubuh tidak hanya kita dapatkan jika
kita mengkonsumsi daging sapi yang berkualitas dan mahal. Semua daging sapi
menawarkan manfaat yang sama. Hanya saja mungkin bagi sebagian orang
mengkonsumsi daging sapi yang mahal terasa lebih enak dagingnya. Daging sapi
sendiri sering diolah menjadi berbagai macam olahan lezat yang menggoyang
lidah. Agar menambah kenikmatan kita dalam menyantap hidangan daging sapi,
tentunya akan lebih lezat jika kita juga mengetahui manfaat daging sapi
yang penting bagi tubuh kita (Herlina, 2014).
yang penting bagi tubuh kita (Herlina, 2014).
Daging merah sebenarnya memiliki kandungan nutrisi tinggi yang
bermanfaat bagi kesehatan. Namun, sebagian orang menjadi anti untuk
mengkonsumsi daging merah, mereka menyebut bahwa daging merah buruk untuk kesehatan. Salah
satunya adalah memicu kolesterol tinggi. Benarkah
daging merah buruk untuk kesehatan kita? Jawabannya tergantung bagaimana kita
memperlakukannya. Jika dikonsumsi secara berlebihan, maka akan berakibat buruk.
Tapi jika dikonsumsi secara tepat, daging merah merupakan sumber nutrisi cukup
tinggi (Herlina, 2014).
Menurut Suryanto (2013),
menyatakan bahwa kandungan nutrisi dan manfaat daging merah untuk kesehatan
antara lain sebagai berikut:
Salah
satu kandungan gizi dalam daging sapi yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia
adalah protein. Protein memang dapat kita dapatkan dengan mengkonsumsi telur,
bahkan juga tahu dan tempe. Akan tetapi, sumber protein hewani yang sangat
besar adalah berasal dari daging sapi. Lalu kenapa protein ini sangat penting
bagi tubuh? Karena protein membantu tubuh manusia untuk membentuk otot sehingga
menambah masa otot dan pada akhirnya dapat menambah berat badan kita. Selain
itu, protein ini juga sangat penting dalam masa pertumbuhan anak-anak.
2. Zat
besi
Dalam daging sapi terdapat kandungan zat besi yang sangat tinggi.
Kandungan zat besi ini sangat bermanfaat bagi tubuh manusia karena dapat
menghindarkan kita dari anemia. Selain itu, jika seseorang terkena anemia,
daging sapi juga dapat menjadi salah satu alternative obatnya. Lezat bukan?
Anemia dapay menyebabkan seseorang merasa lemas dan lesu sehingga mengganggu
produktivitas dan aktivitasnya sehari-hari, oleh karenanya, anemia ini perlu
sangat dihindari. Zat besi bagi tubuh manusia juga dapat menjadi benteng
pertahanan melawan penyakit karena dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem
kekebalan tubuh. Dengan tubuh yang kebal melawan penyakit dan terhindar dari
anemia sehingga dapat tetap aktif, zat besi memberikan nutrisi bagi anak untuk
dapat tumbuh dan mempunyai semangat belajar yang tinggi
- Selenium dan Zinc
Selenium
merupakan suatu zat yang membantu tubuh manusia untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuhnya, hampir mirip dengan fungsi dari zat besi yang juga dapat
meningkatkan sistem imun manusia. Zat lain yang juga membantu tubuh manusia
meningkatkan kekebalannya adalah zinc. Dengan zinc, tubuh manusia selain
mempertahankan sistem kekebalan tubuh, juga membantu pria untuk memproduksi
sperma dengan baik dan mencegah kerusakan pada organ reproduksinya.
- Vitamin B kompleks
Bagi Anda yang diharuskan bekerja dengan
mengandalkan konsentrasi dan daya ingat, kita pasti akan membutuhkan daging
sapi karena mengandung vitamin B kompleks yang berfungsi mempertajam daya ingat
kita dan membuat kita dapat berkonsentrasi dengan lebih baik. Vitamin B
kompleks ini tentu saja akan sangat berguna bagi anak kita yang masih duduk di
bangku sekolah demi meningkatkan prestasinya.
D. Pengujian Kualitas Daging
1.
pH daging
Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi pH daging seperti stres sebelum pemotongan, seperti iklim, tingkah laku agresif diantara
ternak sapi atau gerakan yang berlebihan, juga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap penurunan atau habisnya glikogen otot dan akan menghasilkan daging
yang gelap dengan pH yang tinggi (lebih besar dari 5,9). Nilai pH daging ini
perlu diketahui karena pH daginga akan menentukan tumbuh dan berkembangnya
bakteri. Hampir semua bakteri tumbuh secara optimal pada pH sekitar 7 dan tidak
akan tumbuh persis dibawah pH 4 atau diatas 9, tetapi pH untuk pertumbuhan
optimal ditentukan oleh kerja stimulan dari berbagai variabel lain di luar
faktor keasaman itu sendiri (Faisal, 2015).
2.
DIA (Daya Ikat Air)/ WHC (Water Holding Capacity)
Daging yang dimasak dengan waktu pemasakan
lebih lama dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah cairan daging yang keluar,
sehingga dapat menurunkan kandungan air daging. Peningkatan lama waktu
perebusan diikuti dengan penurunan kadar air. Lama pemasakan dapat mempengaruhi
kandungan nutrisi daging. Penurunan daya ikat air disebabkan oleh terjadinya
proses denaturasi dan depolimerisasi serta peningkatan solubilitas protein
karena tekanan dan lama perebusan menyebabkan terjadinya kerusakan dan
perubahan struktur protein otot terutama pada aktin dan miosin. Kerusakan aktin
dan miosin menyebabkan penurunan kemampuan protein otot untuk mengikat air
(Domiszewski, dkk., 2011).
Daya ikat air dan tingkat kualitas erat
hubungannya dengan pH akhir otot dan susut masak. Jika konsentrasi glikogen
otot pada pemotongan cukup, maka pH akan mengalami penurunan dari 7,2 menjadi
5,5 setelah rigormortis dan daging akan lebih empuk. Laju penurunan pH karkas (Postemortem) juga merupakan penentu utama dari daya ikat
air. Besar penurunan pH karkas (Postemortem), akan mempengaruhi daya
ikat air dan makin tinggi pH akhir makin kurang daya ikat air daging (Faisal,
2015).
3.
Susut Masak
Susut masak adalah perhitungan berat yang
hilang selama pemasakan atau pemanasan pada daging. Pada umumnya, makin lama
waktu pemasakan makin besar kadar cairan daging hingga mencapai tingkat yang
konstan. Susut masak merupakan indikator nilai nutrisi daging yang berhubungan
dengan kadar jus daging yaitu banyaknya air yang terikat dalam dan diantara
serabut otot. Jus daging merupakan komponen dari daging yang ikut menetukan keempukan
daging (Faisal, 2015).
Faktor yang mempengaruhi persentase susut masak
menurut yakni status kontraksi miofibril. Serabut otot yang lebih pendek dapat
meningkatkan susut masak (cooking loss),
sebaliknya pertambahan umur ternakatau penggemukan yang semakin lama dapat
menurunkan susut masak. Daya ikat air oleh protein daging mempunyai
pengaruh yang besar terhadap susut masakdaging, dimana daging yangmempunyai
daya ikat air dan pH yang rendah akan banyak kehilangan cairan sehingga terjadi
penurunan berat daging (Faisal,
2015).
4.
DPD (Daya Putus Daging )
Nilai daya putus daging ikut menunjukkan
keempukan daging. Pada pengujian adhesi arah serabut sampel yang digunakan
adalah tegak lurus pada arah serabut otot untuk pengujian daya putus daging.
Sampel daging untuk pengujian kekuatan tarik (tensile strength) mula-mula dibuat seperti penyiapan sampel untuk
pengujian daya putus Warner Blatzler
(WB). Kekuatan tarik juga merupakan identitas keempukan atau kealotan daging
(Soeparno, 2011).
Keempukan daging dapat diukur dengan melihat
daya putus daging dengan menggunakan alat CD Shear Force. Uji daya putus daging merupakan pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat kealotan dari daging, semakin tinggi nilai
DPD suatu sampel daging maka semakin tinggi pula tingkat kealotannya. Faktor
utama yang mempengaruhi tingkat kealotan daging adalah jumlah kolagen dan tingkat
kelarutan kolagen (Faisal, 2015).
Kandungan kolagen daging sapi
bervariasi, tergantung pada jenis otot dan umur ternak, variasi ini sangat
besar pada otot empuk dan ternak umur muda yang mana 48 - 66 % dapat
menjelaskan variasi keempukan daging. Semakin tinggi kadar kolagen maka semakin
rendah suhu awalkontraksi dan semakin penting tegangan maksimal (maximal tension)
selama pemanasan daging (Faisal,
2015).
Kualitas utama daging ditentukan oleh
keempukan, citarasa, dan warna. Diantara ketiga hal tersebut, keempukan
memegang peranan terpenting. Kesan keempukan secara keseluruhan meliputi
tekstur dan melibatkan tiga aspek yaitu kemudahan awal penetrasi gigi ke dalam
daging, mudahnya daging dikunyah menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan
jumlah residu yang tertinggal setelah pengunyahan (Soeparno, 2011).
Bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
keempukan daging yaitu faktor postmortem, salah satunya yaitu metode pemasakan
dengan cara perebusan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
semakin meningkatnya lama waktu perebusan daging paha maka semakin meningkat
protein yang terdenaturasi, sehingga keempukan daging juga semakin meningkat (Soeparno,
2011).
BAB
III
METODE
PRATIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Waktu
dan tempat dilaksanakanya pratikum ini pada hari Selasa pada tanggal 18 Desember 2018, pukul 16.00-17.00 WITA bertempat di Laboratorium Peternakan
Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Alat
Alat
yang digunakan dalam pratikum ini adalah CD-Shear
Force, cutter, Filter Paper Press,
papan pengalas, pH
meter, stopwatch, neraca analitik dan Water bath.
2. Bahan
Bahan yang
digunakan adalah air,
daging sapi, kertas
kalkar,
kertas skala, plastik klip dan
tissue gulung.
C.
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Uji WHC (Water Holding Capacity)
a.
Menyiapkan
alat dan bahan.
b.
Menimbang daging sebanyak 20 gram dengan menggunakan neraca analitik.
c.
Meletakkan daging diatas kertas skala.
d.
Menutup daging menggunakan kertas kalkir.
e.
Menekan daging menggunakan 2 buah batu.
f.
Menghitung luas area daging dan luas area basah.
g. Mencatat hasil pengamatan
h. Menghitung nila WHC pada setiap sampel
i.
Mengambil gambar.
Meletakkan
daging diatas kertas skala
|
2. Uji pH Daging
a. Menyiapkan
alat dan bahan.
b. Menimbang
daging sebanyak 20 gram menggunakan
neraca analitik.
c. Mengukur
pH daging menggunakan pH meter.
d. Mencatat
hasil pengamatan
e. Mengambil
gambar.
3. Uji DPD (Daya Putus Daging)
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menimbang daging menggunakan neraca analitik.
c. Memasukkan daging pada CD Share Forse.
d. Menekan cd forse hingga daging putus.
e. Menghitung nilai DPD sebelum dan
sesudah dimasak
f. Mencatat hasil pengamatan.
4. Uji CL
a. Menyiapkan
alat dan bahan.
b.
Menimbang daging sebanyak 20 gram dengan menggunakan neraca
analitik dan
memisahkan
daging dari lemaknya dan
c.
Memisahkan daging dari lemaknya dan Memasukkan daging kedalam plastik
klip.
d. Menyalakan
water bath.
e. Memasukkan
air secukupnya pada water bath.
f. Mengatur
suhu pada water bath hingga 500C.
g. Memasukkan
daging kedalam Water Bath l
h. Memasak
daging selama 15 menit.
i. Mengambil
daging yang telah direbus.
j. Meletakkan
daging pada air dingin.
k. Mematikan
water bath.
l. Mengeluarkan
daging dari plastik klip.
m.
Menimbang daging menggunakan neraca analitik.
n. Mencatat hasil
pengamatan dan menghitung nilai CL pada setiap sampel.
o.
Mengambil gambar.
Memasukkan
daging kedalam plastik klip
|
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan kualitas daging
Sampel
|
DPD Sebelum Dipotong
|
DPD Setelah Dipotong
|
CL Sebelum Dimasak
|
CL Setelah Dimasak
|
WHC
|
pH
|
|
1
|
11
|
10,5
|
20,1
|
19,1
|
53,6
|
5,04
|
|
2
|
8
|
11,9
|
20,6
|
19,4
|
|||
3
|
11,8
|
11,9
|
20,2
|
18,9
|
|||
Nilai
|
30,8
|
34,7
|
60,9
|
57.4
|
|||
Sumber: Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas
Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, 2018.
B. Analisis Data
1. Daya
ikat air (DIA)
a. Luas
area basah cm2 =
Luas area total – Luas area daging
= 1366-637
=
732 cm2
b. Kadar Air Daging (mg H2O) = Luas area basah (𝑐𝑚2) - 8,0
0.0948
= 732 - 8,0
0,0948
= 724
0,0948
= 7. 637,13 mg
c. WHC/WBC/DIA (%) =
𝐷 X 100%
T
= 634 x 100% = 46,41 %
1366
2. Uji Cooking
loss CI
(susut masak)
Diketahui:
Berat sebelum dimasak = 20 gr
Berat setelah dimasak = 19 gr
CL = berat
sebelum dimasak – berat setelah dimasak x 100%
SM% sebelum dimasak
= 20 gr – 19 gr x 100 %
20
= 1 x 100%
20
= 0,05 X 100 % = 5 %
3. Uji daya
putus daging (DPD) atau keempukan.
Diketahui:
A1= 1,1 kg/cm2
L1 =
1,27 kg/cm2
A2
= 6,1 kg/cm2
L2 =
1,27 kg/cm2
DPD
(kg/Cm2) = A
L
a. DPD Sebelum masak = A
L
= 1,1 kg/cm3
1,27
= 0,8 kg/cm3
b. DPD Setelah
masak = A
L
= 6,1 kg/cm3
1,27 kg/cm3
= 4,8 kg/cm3
4.
Uji pH
pH = 4,72kg/cm2
C. Lampiran
Sumber:
Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makasar, 2018.
D.
Pembahasan
1. Uji DPD (daya putus
daging)
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh nilai DPD pada sampel pertama 8,66 kg/cm2,
sampel kedua 6,29 kg/cm2 dan sampel ketiga 9,29 kg/cm2.
Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (2011), sampel
daging untuk pengujian kekuatan tarik (Tensile
strength) mula-mula dibuat seperti penyiapan sampel untuk pengujian daya
putus Warner Blatzler (WB). Kemudian
dibuattanda bagian tengah sampel daging dengan lebar 0,67 cm, dan sampel
dipotong sehingga berbentuk seperti pasak. Kekuatan tarik juga merupakan
identitas keempukan atau kealotan daging.
4. Uji CL (Cooking Loss)
Nilai CL pada sampel
pertama 4,97%, pada sampel kedua 5,82% dan pada sampel ketiga 6,43%. Hal ini
sesuai dengan pendapat Arief (2010),
yang menyatakan daging dengan
susut masak yang rendah mempunyai kualitas yang relatif lebih baik dari pada
daging dengan persentase susut masak yang tinggi, hal ini karena kehilangan
nutrisi selama proses pemasakan akan lebih sedikit
5. Uji WHC (Water Holding Capacity)
Nilai WHC pada daging diperoleh 53,6%. Hal
ini sesuai dengan pendapat Suryanti
(2011), yang mengatakan Pengujian daya mengikat air
merupakan pengujian untuk mengetahui seberapa besar daging tersebut mampu
mengikat air bebas. Daya Mengikat Air (DMA) diukur dengan menggunakan metode
penekanan Hamm.Parameter yang dapat digunakan untuk melihat daya mengikat air
pada daging dapat dilakukan dengan melihat tingkat kelembaban daging.
6. Uji pH
Nilai pH daging yang diperoleh yaitu 5,04.
Hal ini sesuai dengan pendapat Lukman (2010), yang mengatakan Daya
mengikat air sangat dipengaruhi oleh pH daging. Nilai daya mengikat air
meningkat seiring dengan penurunan nilai pH daging. Apabila nilai pH lebih
tinggi atau lebih rendah dari titik isoelektrik daging (5,0-5,1) maka nilai
daya mengikat air daging akan tinggi atau nilai mgH2O rendah. Pada
penelitian ini, rataan nilai pH daging pada postmortem
4 jam sebesar 6,07% sedangkan pada 6 jam postmortem adalah sebesar 5,75%
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari
pengamatan diatas adalah sebagai berikut:
1. Jenis-jenis alat dan bahan yang digunakan untuk menentukan nilai
DPD, KAD, WHC, CL dan pH adalah CD-Shear Force (modifikasi),
cutter, Filter paper press (modifikasi), Kertas saring, kertas
kalkir, papan pengalas, plastik klip, planimeter, pH meter, stop watch, timbangan
analitik, Water bath.
2. Teknik yang dugunakan dalam pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan uji Water Holding Capacity (WHC),
uji Cooking Loss (CL), dan uji Daya Putus Daging (DPD). Serta untuk menghitung
nilainya yaitu menggunakan rumus WHC, CL, dan DPD. Dan nilai yang didapatkan dalam menghitung DPD sebelum dimasak 1,41
kg/cm2, setelah dimasak 8,25 kg/cm2. Nilai
pada KAD 7713,5 cm2, pada nilai WHC 46,41 %, nilai pada CL 28,
5 % dan nilai pH 5,74 m.
B.
Saran
Saran
saya pada pratikum ini adalah seharusnya semua praktikan dapat melakukan semua percobaan yang
dilakukan agar praktikan dapat lebih mengerti teknik pengujian pada daging
serta praktikan harus berhati-hati dalam
menggunakan alat dalam praktikum
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Domiszewski, Z., G. Bienkiewicz, and D. Plust. 2011. Effects of different heat treatments on lipid quality of striped catfish (Pangasius
hypophthalmus). Acta Sci. Pol. Technol. Aliment. 10(3):359-373.
Fadillah, Nur. 2013 Kualitas Fisik, Daya Ikat
Air, Susut Masak. Jurnal Teknologi Hasil
Ternak. Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian Magelang, Magelang. 119–132.
Faisal, Andi. 2015. Karakteristik
Fisik Daging Sapi Bali Prarigor Yang Dimarinasi Ekstrak Kakao Pada Waktu Dan
Level Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.
Harlina. 2014. Kandungan Logam Berat pada
Daging Dada dan Paha yang Dipelihara dengan Sistem Kandang Panggung Setelah
Direbus dan Dikukus. Jurnal. Staf
Dosen pada Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, UNDIP. 235-242.
Hadiatomo. 2012. Pengelohan Daging. Erlangga. Jakarta.
Usmiati. 2010. Kualitas Fisik,
Daya Ikat Air, Susut Masak. Jurnal
Teknologi Hasil Ternak. Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian Magelang, Magelang. 119–132.
Sunarto. 2011. Daging Dan Telur. Gramedia.
Jakarta.
Suhardjo. 2010 Kualitas Fisik, Daya Ikat
Air, Susut Masak. Jurnal Teknologi Hasil Ternak. Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang,
Magelang. 119–132.
Soeparno. 2011. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 6;
152-156; 289-290; 297–299.
Suryanto. 2013. Pengaruh Transportasi terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Daging. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Septian. 2011. Ilmu Daging.
Edisi Kelima.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Tim Dosen, 2016. Penuntun
Praktikum Teknologi Hasil Ternak Dasar. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Makassar.
Laporan praktikum teknologi hasil ternak (daging)
Reviewed by Faikatushalihat
on
July 11, 2020
Rating:
Sangat membantu dalam mengerjakan laporan praktikum
ReplyDeleteMemang sangat membantu, saya juga mencari referensi laporan mengenai daging ayam apakah masih ada?
ReplyDeleteIya nanti saya publish
DeleteUji daging untuk daya putus memang biasanya menggunakan CD force
ReplyDeleteSaya izin menjadikan ini sebagai referensi dalam pembuatan laporan��
ReplyDeleteSilahkan kak
Delete