BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam setiap kegiatan usaha budidaya ternak baik ternak
unggas maupun ternak lainnya, penyakit merupakan masalah yang harus selalu
diwaspadai keberadaannya. Ternak yang terserang penyakit dapat menurunkan
tingkat produksi dan bahkan dapat menyebabkan ternak mati. Dampak yang
ditimbulkan adalah peternak mengalami kerugian dari usaha yang
dijalankannya.
Dalam setiap kegiatan usaha budidaya ternak baik ternak
unggas maupun ternak lainnya, penyakit merupakan masalah yang harus selalu
diwaspadai keberadaannya. Ternak yang terserang penyakit dapat menurunkan
tingkat produksi dan bahkan dapat menyebabkan ternak yang bersangkutan mati.
Dampak yang ditimbulkan adalah peternak menderita kerugian dari usaha yang dijalankannya
(Rustam, 2012).
Penyakit yang menyerang ayam ada yang dapat diobati dan
ada yang tidak dapat diobati, biasanya ditangani dengan melakukan vaksinasi.
Vaksinasi adalah pemberian antigen untuk merangsang sistem kekebalan dan menghasilkan
antibodi khusus terhadap penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme (Fadillah, 2005).
Secara
prinsip penyakit ayam dapat disebabkan oleh 3 hal adalah Penyakit yang menular dan disebabkan
oleh mikroorganisme. Penyakit yang disebabkan oleh faktor atau sebab lainnya.
Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi atau kekurangan zat-zat makanan yang
diperlukan dalam perkembangan dan ketahanan tubuh ayam yang lebih disebabkan
karena ketergantungan ayam pada kualitas makanan yang diberikan oleh peternak
(Rustam, 2012).
Berdasarkan pada uraian diatas maka dilakukan praktek lapang vaksinasi agar dapat mengetahui cara melakukan vaksinasi dengan baik
dan benar.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penanganan vaksin
melalui penerapan rantai dingin (Cold
chain) ?
2. Bagaimana tatacara pelaksanaan
vaksinasi yang baik dan benar ?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penanganan
vaksin melalui penerapan rantai dingin (Cold
chain).
2. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan vaksinasi yang baik dan benar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Puyuh
Puyuh adalah spesies atau subspesies yang berasal dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh
daratan. Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi,
ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Masyarakat Jepang, China,
Amerika dan beberapa negara Eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya karena
burung puyuh bersifat dwiguna. (Tetty, 2002).
Salah satunya adalah burung puyuh yang berasal dari Jepang. Tahun
1870, burung yang berasal dari negara jepangdisebutjapanese quail (Coturnix
coturnix japonica), sedangkan di Indonesia burung puyuh masih dikatakan baru
dibandingkan di negara Jepang, Cina, Amerika dan negara eropa lainnya. (Listiyowati dan Roospitasari, 2009).
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S.Al Isra/17: 82 yaitu:
ãAÍit\çRur z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ© ×puH÷quur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9 wur ßÌt tûüÏJÎ=»©à9$# wÎ) #Y$|¡yz ÇÑËÈ
Terjemahnya :
“Dan Kami
turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian”.
Makna ayat diatas yaitu Allah telah menjelaskan didalam Al-Qur’an. Bahwa
Al-Qur’an adalah penawar dan rahmat. Vaksinasi sebagai penawar untuk melawan
penyakit.
B.
Vaksinasi
Vaksin adalah mikroorganisme yang dilemahkan dan
apabila diberikan kepada ternak tidak akan menimbulkan penyakit, melainkan
untuk merangsang pembentukan antibody (zat kebal) yang sesuai dengan jenis vaksinnya. Tujuan
vaksinasi adalah membuat ternak mempunyai kekebalan yang tinggi
terhadap satu peyakit tertentu. Dan hasil nyata yang akan diperoleh dari
program vaksinasi adalah tingkat kesehatan dan produktivitas (Suwandi, 2012).
Vaksinasi adalah pemberian antigen
untuk merangsang sistem kekebalan dan menghasilkan anti bodi khusus terhadap
penyakit – penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa (Lukman,
2012).
Vaksin
yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu kemurnian, keamanan, serta
kemampuan untuk merangsang kekebalan terhadap penyakit pada hewan. Suatu vaksin
dikatakan memenuhi ketiga persyaratan tersebut jika dua minggu setelah
vaksinasi telah terbentuk antibodi dengan titer protektif. Proteksi vaksin
dapat dilakukan dengan uji tantang menggunakan virus yang memiliki tingkat virulensi
tinggi
(Lukman, 2012).
Vaksin
yang baik harus memberikan proteksi lebih dari 95% terhadap hewan coba atau
tidak lebih dari 5% hewan yang terinfeksi atau sakit. Keberhasilan vaksinasi
sangat dipengaruhi oleh status kesehatan unggas, keadaan nutrisi unggas,
sanitasi lingkungan dan sistem perkandangan, serta program vaksinasi yang baik.
Keuntungan pemberian vaksin adalah mencegah timbulnya gejala klinis dan
kematian, mengurangi keluarnya virus dari tubuh unggas serta mengurangi
populasi unggas yang rentan. Kelemahan vaksinasi adalah memerlukan waktu
sebelum kekebalan protektif tercapai, flok yang divaksinasi tidak
memperlihatkan gejala klinis sesudah terekspos, tetapi tetap dapat terinfeksi
virus dan bertindak sebagai reservoir (Suwandi, 2012).
Tujuan
dasar vaksinasi adalah membuat ternak mempunyai kekebalan yang tinggi terhadap satu penyakit
tertentu. Kemudian hasil nyata yang akan diperoleh dari program vaksinasi adalah
tingkat kesehatan dan produktivitas. Vaksinasi yang berfungsi menstimulasi
pembentukan titer antibodi yang berperan mem-blok lalu menghancurkan virus
sebelum masuk ke dalam sel (Yuniati, 2016).
1. Macam-Macam Vaksin
a.
Vaksin aktif
merupakan vaksin yang berasal dari virus aktif yang virulen maupun avirulen
yang berarti virus dalam vaksin tersebut dalam keadaan hidup tetapi telah
dilemahkan (Agustin, 2005).
b.
Vaksin inaktif
berisi antigen yang mati, biasanya dibuat dari virus virulen yang kemudian
diinaktifkan secara fisik maupun dengan menggunakan bahan-bahan kimia, tanpa
merusak imunogenitas virus tersebut. Untuk meningkatkan imunogenitas vaksin
inaktif biasanya ditambahkan adjuvant. Adjuvant merupakan bahan yang dicampur dengan vaksin untuk
meningkatkan respon imun, baik humoral ataupun seluler, sehingga dengan
demikian diperlukan jumlah antigen yang lebih sedikit dan lebih rendah dosis
yang diberikan (Agustin, 2005).
2. Penanganan
Vaksinasi
Proses
penanganan vaksin ini diawali oleh unit penyimpanan di tempat produksi hingga
meluas melalui transportasi vaksin ke distributor dan berakhir di penerima vaksin
(end user). Apabila cold chain tidak dipahami dengan baik, sistem
dapat mengurangi dampak dari setiap vaksin. Kualitas pengelolaan vaksin sangat
berpengaruh terhadap kualitas vaksin. Vaksin yang berkualitas dapat memberikan
kekebalan tubuh serta menghindari terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (Susyanti, 2014).
Menurut Tim dosen (2017) cara penerapan rantai dingin yaitu:
1.
Menyiapkan bahan dan
peralatan untuk vaksinasi (es batu, vaksin, dan cold box).
2.
Memasukkan terlebih dahulu
es batu ke dalam cold box atau tempat
penyimpanan vaksin lainnya. Keluarkan vaksin dari kulkas kemudian masukkan vaksin ke dalam cold box tersebut.
penyimpanan vaksin lainnya. Keluarkan vaksin dari kulkas kemudian masukkan vaksin ke dalam cold box tersebut.
3.
Mengukur suhu dalam cold box
tersebut dan usahakan agar suhu tetap
terjaga 2-8ºC. Jika es mencair maka digantikan dengan ice pack/es batu lainnya.
terjaga 2-8ºC. Jika es mencair maka digantikan dengan ice pack/es batu lainnya.
4.
Melakukan pengamatan
terhadap beberapa jenis cold box atau tempat
penyimpanan vaksin lainnya.
penyimpanan vaksin lainnya.
Menurut Kementrian
Kesehatan (2013) penanganan vaksin sesudah penggunaan yaitu:
1.
Pemusnahan limbah farmasi (sisa vaksin)
dapat dilakukan dengan mengeluarkan cairan vaksin dari dalam botol atau ampul,
kemudian cairan vaksin tersebut didesinfeksi terlebih dahulu dalam killing tank untuk membunuh
mikroorganisme yang terlibat dalam produksi. Limbah yang telah didesinfeksi
dikirim atau dialirkan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
2.
Sedangkan botol atau ampul yang telah
kosong dikumpulkan ke dalam tempat sampah selanjutnya dibakar dalam incinerator.
C.
Tata
Cara Vaksinasi
Cara
pemberian vaksin yaitu melalui tetes, suntik/injeksi, melalui air minum,
wing-web, dan semprot. Melalui tetes yaitu dengan tetes mata, hidung, atau
mulut. Melalui injeksi yaitu subcutan/dibawah kulit dan intra muscular/dalam daging atau otot. Melalui air minum adalah dengan
mencampur vaksin dengan air minum, agar efektif ternak dipuasakan dahulu selama
2 jam sehingga air mengandung vaksin dapat segera dikonsumsi. Injeksi subcutan
dilakukan dengan memberikan vaksin di daerah leher dengan jarum tidak masuk ke
daging melainkan berada diantara daging dan kulit. Dan cara terakhir adalah
semprot, cara ini harus dilakukan ketika tidak ada angin sedang berhembus ke
kandang, sehingga virus dalam vaksin akan terbang keluar, tidak dihirup oleh
ayam. Menurut penelitian terakhir cara inilah yang terbai (Rasyaf, 2009).
Terdapat
berbagai macam cara vaksinasi pada ternak ayam. Peternak dipersilahkan untuk
memilih cara vaksinasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi ayam, umur ayam,
dan ketersediaan vaksinnya. Menurut Tim dosen (2017) ada beberapa cara melakukan
vaksinasi yaitu:
1.
Tetes Mata atau Hidung
Cara
vaksinasi ini umumnya dilakukan pada ternak ayam yang masih berumur beberapa
hari, misalnya 4 hari. Larutan
vaksin yang digunakan dalam larutan dapar. Cara vaksinasi tetes mata dilakukan
dengan cara memegang ayam dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang botol
vaksin. Botol vaksin jika sudah menghadap ke bawah, diusahakan jangan dibalik
menghadap keatas lagi. Teteskan larutan vaksin pada salah satu mata satu tetes
tiap ekor. Jika vaksin sudah masuk, ayam akan mengedipkan mata
berkali-kali. Dalam pelaksanaannya misal kita meneteskan pada mata sebeleh
kanan, untuk ayam yang lainnya juga diteteskan pada mata sebelah kanan juga. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan identifikasi. Jika menggunakan tetes hidung,
maka teteskan larutan vaksin pada salah satu hidung dan lubang yang lain ditutup.
Jika vaksin sudah terhirup, kemudian ayam dilepaskan.
2. Tetes Mulut
Cara vaksinasi tetes mulut juga
tidak jauh berbeda dengan vaksinasi tetes hidung maupun tetes mata. Tahap
pertama yang dilakukan adalah melarutkan larutan vaksin dengan larutan dapar,
kemudian dikocok dan diusahakan tidak sampai berbuih. Larutan vaksin tersebut
kemudian diteteskan pada mulut ayam satu tetes tiap ekor.Jika sudah masuk,
kemudian ayam dilepaskan.
3.
Air Minum
Vaksinasi
menggunakan air minum merupakan vaksinasi yang dilakukan pada ayam dengan cara
memuasakan minum ayam selama kurang lebih 2 jam. Jika suasana panas, maka waktu
pemuasaan air minum dapat dipersingkat. Kemudian sediakan air minum dalam
jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan proses vaksinasi. Diusahakan air
minum yang digunakan aquades. Cara pencampuran vaksin dilakukan sesuai dengan
petunjuk vaksin yang dibeli. Kemudian jika vaksin sudah tercampur dengan air
minum, larutan tersebut diberikan pada ternak sebagai vaksin air minum.
4.
Injeksi atau Suntikan
Cara
vaksinasi injeksi atau suntikan dapat menggunakan vaksin aktif maupun vaksin
inaktif. Vaksinasi ini menggunakan jarum yang telah disterilkan terlebih dahulu
dengan cara direbus menggunakan air mendidih selama kurang lebih 30 menit.
Kemudian cara vaksinasi dapat dilakukan intramuskuler (di bawah otot),
intravena (di bawah vena) atau subkutan (di bawah kulit).
a. Suntik Daging (Intramuscular)
Vaksinasi suntik daging dilaksanakan dengan cara menyuntikkan
vaksin ke dalam daging. Biasanya, penyuntikan dilakukan di bagian dada dan
paha. Vaksin yang disutikkan bisa berupa vaksin yang masih hdup atau sudah
mati. Cara pencampuran vaksin dan banyaknya air yang dibutuhkan untuk vaksin
hidup sama seperti pada vaksinasi melalui mulut. Namun, tentu saja, vaksinasi
dilakukan melalui jarum sunik.
b. Suntik Bawah Kulit (Subcutaneous)
Vaksinasi suntik bawah kulit dilaksanakan dengan cara mentuntikkan
vaksin di bawah kulit, biasanya di area sekitar leher Pelaksanaannya
sama dengan persiapan melakukan vaksinasi suntik daging.
5.
Tusuk Sayap (Wing
web)
Cara vaksinasi ini menggunakan alat
khusus berupa jarum penusuk. Seperti biasa, jarum penusuk harus disterilkan
terlebih dahulu dalam air mendidih selama kurang lebih 30 menit. Larutan vaksin
yang akan digunakan dikocok dan diusahakan jangan sampai berbuih. Celupkan
jarum penusuk kedalam larutan vaksin, kemudian tusukkan jarum pada sayam ayam
yang telah direntangkan. Diusahakan menusuknya pada lipatan sayap yang tipis
dan jangan sampai mengenai tulang, otot dan pembuluh darah.
6.
Pengambilan Darah
Pengambilan
darah (Venesectio)
merupakan salah satu hal yang terpenting dari kegiatan peternakan. Tujuan
pengambilan darah ternak yaitu untuk mengetahui tingkat kadar suatu zat yang
terkandung dalam darah ternak tersebut. Pengambilan sampel darah ternak
dapat juga di gunakan untuk mengidentifikasi suatu penyakit yang menyerang atau
diderita ternak tersebut. Pengambilan sampel darah pada ternak tidak bisa di
lakukan dengan cara sembarangan, di perlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi.
BAB
III
METODE
PRAKTEK LAPANG
A.
Waktu
dan Tempat
Waktu
dan tempat dilakukannya praktek lapang ini adalah pada hari Sabtu Tanggal 11 Mei 2019, Pukul 07.00-10.00 WITA dan bertempat di Djion Puyuh Makassar Kelurahan Bontoramba
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
B.
Alat dan
Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktek lapang ini adalah sebagai berikut:
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktek lapang ini yaitu
toples/wadah vaksin.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktek lapang ini adalah DOQ burung puyuh,
pelarut LD vaccine solvent, vaksin ND lasota 50 ml.
C. Prosedur
Kerja
Prosedur kerja pada praktek
lapang ini adalah sebagai
berikut :
1.
Menyiapkan vaksin dan
membaca petunjuk pemakaiannya
2.
Ampul vaksin dipotong
pada lehernya.
3.
Menuangkan pelarut larutan dapar ke dalam botol vaksin sehingga terisi 2/3 dari botol
tersebut, kemudian menutup dan mengaduk sampai rata. Dengan cara memegang kedua
ujung botol vaksin lalu dibolak-balikan dengan membentuk angka delapan sebanyak
20 kali.
4.
Menuangkan larutan
vaksin (hasil cara kerja 1) ke dalam gelas pencampur atau botol pelarut yang
masih berisi sisa pelarut, kemudian menutup dan mengaduk sampai merata.
5.
Memegang ternak dengan
posisi yang benar
6.
Meneteskan pada mukosa
mata 1-2 tetes/ekor sesuai dengan konsentrasi.
7.
Jarak antara pipet
dengan mata + 1 cm
8.
Vaksin dilakukan pada DOQ yang berumur 4 hari.
BAB
IV
HASIL
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan Penanganan Vaksin Sebelum Digunakan.
Gambar
|
Cara Penanganan
|
1.
Vaksin harus disimpan pada lemari es bagian refrigerator pada suhu
2-8ºC. Jangan menyimpan vaksin pada bagian freezer. Lemari es sebaiknya
dikhususkan hanya untuk menyimpan vaksin.
2. Vaksin yang akan digunakan tidak boleh kena matahari
langsung baik pada saat membuka ampul, mencampur vaksin, atau saat menyuntik,
karena sinar matahari dapat merusak vaksin.
3. Jika jarak pengiriman cukup jauh maka vaksin dibawa
menggunakan Cold box yang
ditambahkan es batu. Penggunaan Cold
box akan jauh lebih aman apabila hanya digunakan untuk mengirim vaksin
antar wilayah dalam kota. Sedangkan untuk wilayah yang cukup jauh, gunakan
mobil khusus pengirim vaksin yang dilengkapi dengan mesin pendingin agar suhu
tetap terjaga 2-8ºC.
4.
Jangan mencampur vaksin dan obat sekaligus.
|
Sumber: Peternakan Djion Puyuh Makassar, Bontoramba Somba Opu Gowa, Sulawesi Selatan, 2019.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengenceran Vaksin.
Gambar
|
Cara Pengenceran Vaksin
|
1.
Pengencer/pelarut disimpan pada suhu yang sama dengan vaksin yaitu 2-8o
C.
2.
Penggunaan pengencer/pelarut harus dengan volume yang tepat.
3.
Jangan menggunakan sembarang pengencer seperti air ledeng atau air
sumur.
4.
Vaksin dimasukkan ke dalam botol pelarut kemudian di goyangkan selama
30 detik sampai tercampur dengan rata.
|
Sumber: Peternakan Djion Puyuh Makassar, Bontoramba Somba Opu Gowa, Sulawesi Selatan, 2019.
Tabel 3. Hasil Tata Cara Vaksinasi Tetes Mata.
Gambar
|
Tata Cara Vaksinasi Tetes Mata
|
1. Siapkan vaksin dan baca petunjuk pemakaiannya (dosis
vaksin).
2. Ampul Vaksin dipotog pada bagian lehernya.
3. Tuangkan pelarut ke dalam botol vaksin sehingga terisi 2/3 dari
botol tersebut, tutup dan aduk sampai rata.
4. Tuangkan larutan vaksin (hasil cara kerja 1) ke dalam gelas
pencampur atau botol pelarut yang masih berisi sisa pelarut, tutup dan aduk
sampai merata.
5. Pegang ternak dengan posisi yang benar.
6. Teteskan pada mukosa mata 1 -2 dosis/ekor sesuai dengan
konsentrasi.
1. Jarak antara pipet dengan mata ± 1 cm.
2. Vaksin dilakukan pada ayam yang berumur 1 hari
sampai 4 minggu
|
Sumber: Peternakan Djion Puyuh Makassar, Bontoramba Somba Opu Gowa, Sulawesi Selatan, 2019.
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil
pengamatan dapat diperoleh bahwa vaksin adalah pemberian antigen sehingga membuat ternak mempunyai kekebalan
yang tinggi terhadap satu peyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Lukman (2012) yang
menyatakan bahwa vaksinasi adalah pemberian antigen untuk merangsang sistem
kekebalan dan menghasilkan anti bodi khusus terhadap penyakit – penyakit yang
disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa.
Penanganan vaksinasi
bertujuan agar mampu mempertahankan kualitas vaksin sehigga vaksin yang berkualitas dapat memberikan kekebalan tubuh
serta menghindari terjadinya penyakit. Penanganan vaksin sebelum digunakan
yaitu menggunakan cold chain yaitu memasukkan
terlebih dahulu es batu ke dalam toples kemudian mengeluarkan vaksin dari
kulkas kemudian masukkan vaksin ke dalam toples
tersebut lalu diamati dan mengusahakan agar suhu tetap 2-8ºC. Hal
ini sesuai dengan pendapat Susyanti (2014) yang menyatakan proses penanganan
vaksin ini diawali oleh unit penyimpanan di tempat produksi hingga meluas melalui
transportasi vaksin ke distributor dan berakhir di penerima vaksin (end user).
Apabila cold chain tidak dipahami dengan baik, sistem dapat mengurangi
dampak dari setiap vaksin. Kualitas pengelolaan vaksin sangat berpengaruh
terhadap kualitas vaksin. Vaksin yang berkualitas dapat memberikan kekebalan
tubuh serta menghindari terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Penanganan
vaksin sesudah penggunaan yaitu sebaiknya sisa vaksin dikeluarkan dari vaksin
dan botol yang telah kosong dikumpulkan lalu lalu dibakar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kementrian Kesehatan (2013) yang menyatakan bahwa Pemusnahan
limbah farmasi (sisa vaksin) dapat dilakukan dengan mengeluarkan cairan vaksin
dari dalam botol atau ampul, kemudian cairan vaksin tersebut didesinfeksi
terlebih dahulu dalam killing tank untuk
membunuh mikroorganisme yang terlibat dalam produksi. Limbah yang telah
didesinfeksi dikirim atau dialirkan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
Sedangkan botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke dalam tempat sampah
selanjutnya dibakar dalam incinerator.
Cara
vaksinasi tetes mata dilakukan dengan cara memegang ayam dengan tangan kanan
dan tangan kiri memegang botol vaksin. Botol vaksin jika sudah menghadap ke
bawah, diusahakan jangan dibalik menghadap keatas lagi. Teteskan larutan vaksin
pada salah satu mata satu tetes tiap ekor. Jika vaksin sudah masuk, ayam akan mengedipkan
mata berkali-kali. Dalam pelaksanaannya misal kita meneteskan pada mata sebeleh
kanan, untuk ayam yang lainnya juga diteteskan pada mata sebelah kanan juga. Hal
ini ini sesuai dengan pendapat Tim dosen (2017) yang menyatakan cara vaksinasi tetes
mata dilakukan pada ternak ayam yang masih berumur beberapa hari, misalnya 4
hari. Larutan
vaksin yang digunakan dalam larutan dapar. Cara vaksinasi tetes mata dilakukan
dengan cara memegang ayam dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang botol
vaksin. Botol vaksin jika sudah menghadap ke bawah, diusahakan jangan dibalik
menghadap keatas lagi. Teteskan larutan vaksin pada salah satu mata satu tetes
tiap ekor. Jika vaksin sudah masuk, ayam akan mengedipkan mata
berkali-kali. Dalam pelaksanaannya misal kita meneteskan pada mata sebeleh
kanan, untuk ayam yang lainnya juga diteteskan pada mata sebelah kanan juga.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tatacara
penanganan vaksin melalui penerapan rantai dingin (cold chain) yaitu
menyiapkan bahan dan peralatan untuk vaksinasi (es batu, vaksin, dan cold box), memasukkan terlebih dahulu es
batu ke dalam cold box atau tempat penyimpanan vaksin lainnya mengeluarkan
vaksin dari kulkas kemudian masukkan vaksin ke dalam cold
box tersebut, mengukur suhu dalam cold box tersebut dan usahakan agar suhu
tetap terjaga 2-8ºC. Jika es mencair maka digantikan dengan ice pack/es batu lainnya.
Tatacara
pelaksanaan vaksinasi yang baik dan benar yakni menyiapkan vaksin dan baca
petunjuk pemakaiannya (dosis vaksin). Ampul vaksin dipotog pada lehernya.
Menuangkan pelarut (aquades) ke dalam botol vaksin sehingga terisi 2/3 dari
botol tersebut, tutup dan aduk sampai rata dengan jarum spoid. Menuangkan larutan
vaksin (hasil cara kerja 1) ke dalam gelas pencampur atau botol pelarut yang
masih berisi sisa pelarut, tutup dan aduk sampai merata. Memegang ternak dengan
posisi yang benar. Meneteskan pada mukosa mata atau hidung 1 - 2 dosis/ekor
sesuai dengan konsentrasi. Jarak antara pipet dengan mata ± 1 cm dan vaksin
dilakukan pada ayam yang berumur 1 hari sampai 4 minggu.
A.
Saran
Saran
yang dapat untuk pratikum selanjutnya yaitu sebaiknya metode vaksinasi yang diberikan
ditambah, misalnya vaksinasi melalui intramuskuler (daging)
DAFTAR
PUSTAKA
Agustin. 2013. Ilmu Peterrnakan. Gajah Mada University
Press: Yogyakarta.
Ansar
Rustam. 2012. Diagnosis Laboratorik Flu Burung (H5N1). Telaah Pustaka. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory 12(2): 71-81.
Priyono.2013. Vaksin. Jakarta: Erlangga.
Hasdianah,
Dewi P, Perstiowati Y, Imam S. Imunologi Biologis dan Teknik Biologi Molekuler.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2014
Jahja dan Retno.
2010.
Manual Kesehatan Unggas. Yokyakarta:
Kanisius.
Kementrian
Kesehatan. 2013. Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi.
Rasyaf. 2009. Maternal Antibodi Anak Ayam Pelung yang Induknya
divaksin dengan Vaksin ND Kombinasi. J
Anim Prod 5(1): 11-18.
Roni Fadillah. 2005. Pengaruh Perkembangan Sistem
Produksi Ayam terhadap Perubahan Genetik dan Biologik Virus Newcastle Disease. Wartazoa 9(3): 1
Sulistia. 2009.
Mengendalikan Dan Mencegah Penyakit Pada Ayam Lokal(PDF).
Bogor : Balai Penelitian Veteriner.
Susyanty
AL, Supardi S, Herman MJ, Lestary H. Kondisi Sumber Daya Tenaga Pengelola
Vaksin di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan
Puskesmas. Bul Penelit Sist Kesehat. 2014;17(3):285– 96
Suwandi. 2012. Teknik dan Meode Vaksinasi. Tangerang:
Agromedia Pustaka
Yuniati, 2016. Teknik
Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Jakarta : Penebar Swadaya.
Laporan praktikum penyakit dan kesehatan ternak (vaksinasi)
Reviewed by Faikatushalihat
on
July 12, 2020
Rating:
No comments: