BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan
manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui
substrat yang disebut media.untuk melakukan hal ini, kita harus mengerti
jenis-jenis nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan
fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Medium atau media adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat
makanan (nutrisi) untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Dalam cabang ilmu biologi
yaitu mikrobiologi, kultur media sangat penting untuk menumbuhkan mikroba,
isolasi, perhitungan jumlah mikroba dan pengujian sifat-sifat fisik bakteri
sehingga suatu bakteri dapat diidentifikasi (Wachidah, 2016).
Nutrient Agar (NA) adalah salah satu contoh media yang sering digunakan
untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri. Sementara itu, Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan
media yang sering digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan yeast dan
kapang. Nutrient Agar (NA) merupakan media biakan yang dibuat dari ekstrak
beef, pepton, dan agar, sedangkan Potato
Dextrose Agar (PDA) dibuat dari kentang dan agar (Wachidah, 2016).
Berdasarkan
uraian diatas
yang mendasari dilakukannya praktikum
yaitu untuk mengetahui
proses pembuatan media agar menggunakan NA.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah pada pratikum ini adalah bagaimana
cara mengetahui proses pembuatan media agar menggunakan NA?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan pada pratikum ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan media agar menggunakan
NA.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Feses
Sapi
Limbah
ternak khususnya feses merupakan hasil buangan dari ternak yang merupakan
sumber mikroorganisme dan mengandung bahan organik yang potensial menjadi
pencemar apabila tidak ditangani dengan baik Feses mengandung berbagai macam
mikroba diantaranya bakteri, protozoa , dan fungi . (Hartono dkk., 2014).
Ternak ruminansia seperti sapi mempunyai sistem
pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaannya
yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput atau tumbuhan
hijau lain yang memiliki serat yang tinggi. Karena itu kotoran sapi masih
memiliki banyak kandungan mikroba yang ikut terbawa pada feses yang dihasilkan
(Pratama, 2015).
Total mikroba kotoran sapi mencapai 3.05 x 1011 cfu/gr
dan total fungi mencapai 6.55 x 104. Komposisi mikroba dari kotoran sapi
mencakup ± 60 spesies bakteri (Bacillus
sp., Vigna sinensis, Corynebacterium sp. Dan
Lactobacillus sp.),
jamur (Aspergillus dan Trichoderma), ± 100 spesies protozoa dan
ragi (Saccharomyces dan Candida). Bakteri yang terdapat pada
kotoran sapi mayoritas jenis bakteri fermentor selulosa, hemiselulosa, dan
pektin. Kotoran sapi terdiri dari serat tercerna, beberapa produk terekskresi
berasal dari empedu (pigmen), bakteri usus, dan lendir (Bai et al., 2012).
Allah
Berfirman dalam QS.
Al-Baqarah/2:29 yang
berbunyi:
uqèd Ï%©!$# Yn=y{ Nä3s9 $¨B Îû ÇÚöF{$# $YèÏJy_ §NèO #uqtGó$# n<Î) Ïä!$yJ¡¡9$# £`ßg1§q|¡sù yìö7y ;Nºuq»yJy 4 uqèdur Èe@ä3Î/ >äóÓx« ×LìÎ=tæ ÇËÒÈ
Terjemahnya:
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia maha mengetahui segala sesuatu.
Maknanya dari ayat di atas yaitu sesungguhnya Allah
yang harus disembah dan ditaati. Kemudian bersamaan dengan penciptaan bumi
dengan segala manfaatnya, Allah menciptakan tujuh lapis langit bersusun. Di
dalamnya terdapat apa-apa yang bisa kalian lihat dan apa-apa yang tidak bisa
kalian lihat dan Allah mengetahui segala sesuatu (Quraish Shihab, 2002).
B.
Air Susu
Susu
adalah sekresi ambing hewan yang diproduksi dengan tujuan penyediaan makanan
bagi anaknya yang baru dilahirkan. Karena berfungsi sebagai makanan tunggal
bagi mahluk yang baru dilahirkan. Dalam susu terdapat semua zat gizi yang
diperlukan bagi kebutuhan pertumbuhan anak. Pada umumnya yang disebut susu
adalah susu sapi, yang berasal dari jenis sapi perah FH (Friesian holstein), yang berwarna putih totol hitam. Secara alami
susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air. Kadar air susu sangat tinggi yaitu
rata-rata 87.5 %, dan di dalamnya teremulsi berbagai zat gizi penting seperti
protein, lemak, gula, vitamin dan mineral (Wardana, 2012).
Susu
merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengan kadar protein
dalam susu segar 3.5 %, dan mengandung lemak yang kira-kira sama banyaknya
dengan protein. Karena itu, kadar lemak sering dijadikan sebagai tolok ukur
mutu susu, karena secara tidak langsung menggambarkan juga kadar proteinnya.
Beberapa jenis sapi perah, khususnya dari Bos Taurus misalnya Jersey dan
Guernsey mampu memproduksi susu dengan kadar lemak mendekati 5 %. Gula dalam
susu disebut laktosa atau gula susu, kadarnya sekitar 5 - 8 %. Laktosa memiliki
daya kemanisan sangat rendah, yaitu hanya 16 % daya kemanisan sukrosa (Wardana,
2012).
Warna
air susu disebabkan karena warna kasein. Warna kasein yang murni berwarna putih
seperti salju. Kadang-kadang susu berwarna agak kekuning-kuningan yang
disebabkan oleh karoten. Karoten adalah pigmen utama dari lemak susu, yang
apabila dimetabolisme di dalam tubuh manusia akan membentuk dua buah molekul
vitamin A. Banyaknya karoten dalam susu (warna kuning) tergantung dari bangsa,
spesies, individu, umur, masa laktasi dan pakan hijauan yang dimakan oleh sapi
(Diastari dan Agustina, 2013).
Menurut Suwito (2010), jenis-jenis mikroba pada susu
yaitu:
1. Staphylococcus
aureus
Salah satu bakteri penyebab keracunan setelah minum
susu adalah S. aureus. Di beberapa
negara di Eropa seperti Norwegia, S.
aureus merupakan salah satu bakteri penyebab keracunan setelah minum susu. Sumber-sumber
S. aureus terdapat di sekitar kita yaitu
bagian permukaan kulit, mukosa mulut, hidung, dan kulit kepala. Pemeriksaan S. aureus dapat menggunakan metode
isolasi dilanjutkan uji koaglutinasi plasma kelinci.
2. Salmonella
sp.
Salmonella
sp. merupakan
bakteri berbahaya yang dikeluarkan dari saluran pencernaan hewan dan manusia
bersama dengan feses. Salmonella
enteritidis merupakan salah satu serotipe yang sering mengontaminasi susu
di samping Salmonella typhimurium. Berdasarkan
SNI 01-6366-2000, pemeriksaan Salmonella
sp. dilakukan secara kualitatif dan harus negatif. Salah satu metode untuk
pemeriksaan Salmonella sp. adalah
metode isolasi dilanjutkan uji koaglutinasi plasma kelinci.
3. Escherichia
coli
E.
coli termasuk
bakteri berbahaya karena dapat menyebabkan diare. Salah satu syarat E. coli dalam SNI 01-6366-2000 harus
negatif. Pemeriksaan E. coli dapat
menggunakan metode isolasi dilanjutkan uji koaglutinasi plasma kelinci.
C. Yakult
Yakult adalah minuman susu fermentasi yang mengandung Lactobacillus
casci Shirota strain yang dapat mencapai usus dalam keadaan hidup. Yakult
terdiri dari 2 jenis yaitu yakult original dan yakult acc. Yakult original
mengandung lebih dari 6,5 milyar bakteri L.casei Shirota
strain sedangkan yakult acc mengandung
lebih dari 30 milyar L.casei Shirota
strain ditambah dengan kalsium dan vitamin. Yakult
harus selalu disimpan pada suhu dibawah 10°C karena pada kondisi tersebut
bakteri yakult tidak aktif sehingga kualitas yakult dapat dipertahankan terjaga. Penyimpanan pada suhu diatas 10°C
akan mengakibatkan turunnya kualitas karena bakteri yakult aktif, menghasilkan
asam laktat yang menyebabkan yakult menjadi asam dan jumlah bakteri hidupnya
akan menurun. Maka rasa asam yang tinggi pada saat produk sudah melebihi
kadaluwarsa dapat berdampak negatif terhadap konsumen (Widiantara dkk., 2015).
Pertumbuhan
bakteri asam laktat pada susu fermentasi sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang merupakan aspek pendukung dalam peningkatan jumlah sel dan
memberikan gambaran terhadap kurva pertumbuhannya. Suhu penyimpanan rendah dapat menyebabkan terhambatnya kerja
enzim laktase atau telah terbentuk
asam laktat secara maksimal sehingga tidak
terdapat peningkatan total asam tertitrasi dan penurunan pH yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan bakteri (Afzal et
al., 2011).
Suhu
optimum untuk pertumbuhan L. casei adalah 30-37ºC, namun pada suhu 15ºC L.
casei masih dapat tumbuh. Bertambahnya lama penyimpanan susu fermentasi
akan meningkatkan kerja dari mikroba dan pada suhu optimum aktivitas
metabolisme mikroba meningkat, sehingga pertumbuhannya menjadi lebih cepat dan
populasinya meningkat (Casarotti et al., 2014).
Pada
proses pembuatan susu fermentasi peningkatan jumlah total asam yang memicu
penurunan pH hingga sekitar pH isoelektrik kasein (4,6) terjadi penurunan daya
ikat air, hal ini mengakibatkan susu fermentasi rentan terhadap sineresis,
yaitu kerusakan fisik berupa terpisahnya cairan whey dari gel. Sineresis dapat
terjadi karena tingginya suhu penyimpanan, rendahnya total solid dalam susu,
ada getaran selama transportasi atau selama penyimpanan. Pada saat penyimpanan
proses fermentasi masih tetap berlanjut dan akibat lamanya penyimpanan dapat
terjadi peningkatan kadar alkohol maka pertumbuhan L. casei akan
terganggu. Semakin lama waktu fermentasi, maka asam yang dihasilkan semakin
banyak. Asam-asam tersebut dapat berupa asam asetat, asam piruvat dan asam
laktat (Magala et al., 2013).
D. Media Agar
Dalam bidang
mikrobiologi untuk menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat
mikroorganisme diperlukan suatu media sebagai tempat pertumbuhan
mikroorganisme. Media pertumbuhan harus memenuhi persyaratan nutrisi yang
dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme. Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme
untuk pertumbuhannya meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur
dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin,
air, dan energi (Cappucino, 2014).
Media NA (Nutrient Agar)
berdasarkan bahan yang digunakan termasuk dalam kelompok media semi alami,
media semi alami merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan
dengan senyawa kimia. Berdasarkan kegunaanya media NA (Nutrient Agar) termasuk
kedalam jenis media umum, karena media ini merupakan media yang peling
umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Bedasarkan bentuknya
media ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya.
Media padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni
bakteri (Munandar, 2016).
Isolasi
dengan menggunakan teknik agar sebar dilakukan dengan cara menyebarkan suspensi
bakteri yang telah diencerkan sebelumnya pada permukaan nutrient agar dengan
menggunakan alat penyebar yang terbuat dari gelas. Keuntungan dari teknik ini
adalah pertumbuhan koloni akan menyebar, sehingga memudahkan dalam pengambilan
koloni bakteri untuk tahap uji selanjutnya (Andiani, 2012).
Perlakuan
menggunakan media Nutrient agar
menunjukkan hasil yang optimal dalam ukuran koloni bakteri sehingga mudah untuk
di amati. jika dibandingkan dengan media biji lain yaitu ukuran koloni yang
lebih kecil tetapi jumlahnya lebih banyak (Lestari, 2016).
BAB
III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Waktu
dan tempat dilaksanakannya parktikum ini yaitu pada hari Jum’at, Tanggal 5 Juli 2019, pukul 08.00-10.00 WITA dan
bertempat di Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Alat
Alat
yang digunakan dalam pratikum ini adalah Autoclaf, Bulb,
cawan petri, Vortex mixer, Erlenmeyer,
Hot plate stirrer, Magnet stirrer, neraca analitik dan tabung reaksi.
2. Bahan
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aquades, susu, feses sapi, NA (Nutrient agar) dan yakult.
C. Prosedur kerja
Prosedur
kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat.
2. Menimbang NA seberat 2 gr.
3. Melarutkan NA dengan Aquades 100 ml di dalam Erlenmeyer.
4. Meletakkan Erlenmeyer
berisi larutan keatas Hot plate stirrer.
5. Memasukkan Magnet
stirrer kedalam Erlenmeyer.
6. Memasukkan Erlenmeyer
ke Autoclaf.
7. Mencampurkan feses sebanyak 2 sendok dengan Aquades 100 ml.
8. Mencampurkan susu Dancow dengan yakult.
9. Menuangkan Aquades
10 ml pada 8 buah
tabung reaksi.
10. Memasukkan tabung reaksi yang berisi Aquades dan masukkan NA ke dalam Autoclaf.
11. Dinginkan bahan.
12. Selanjutnya melakukan pengenceran
pada feses sapi dan susu.
13. Menambahkan cairan feses 5 ml pada
tabung reaksi kemudian dihomogenkan.
14.
Menambahkan 1 ml hasil
pengenceran pertama pada tabung reaksi keenam lalu di homogenkan.
15. Pengenceran feses dilakukan
sebanyak 3 kali pengenceran dengan cara yang sama.
16. Ulangi pengenceran tersebut pada
percobaan susu.
17.
Larutkan NA yang telah disterilisasi dituang ke dalam cawan petri bersama
dengan larutan pengenceran pertama feses dan air susu.
18.
Selanjutnya cawan petri ditutup lalu diinkubasi dan inkubator.
B. Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan
yang diperoleh dapat diketahui bahwa media agar dengan penambahan
cairan feses memiliki tekstur padat dan berwarna kuning terang. Hal sesuai
dengan pendapat Munandar (2016), yang meyatakan berdasarkan kegunaanya media NA
(Nutrient Agar) termasuk kedalam jenis media umum, karena media ini
merupakan media yang peling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar
bakteri. Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar
sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk mengamati
penampilan atau morfologi koloni bakteri.
Berdasarkan
hasil pengamatan
yang diperoleh dapat diketahui bahwa media agar dengan penambahan
cairan susu dan yakult memiliki tekstur padat dan berwana kuning. Hal sesuai
dengan pendapat Diastari dan Agustina (2013),
yang meyatakan warna
air susu disebabkan karena warna kasein. Warna kasein yang murni berwarna putih
seperti salju. Kadang-kadang susu berwarna agak kekuning-kuningan yang
disebabkan oleh karoten. Karoten adalah pigmen utama dari lemak susu, yang
apabila dimetabolisme di dalam tubuh manusia akan membentuk dua buah molekul
vitamin A.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
diperoleh diketahui bahwa media NA (Nutrient Agar)
memiliki tekstur padat dan berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan pendapat Munandar
(2016), yang meyatakan
media NA (Nutrient Agar) merupakan
media yang peling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri.
Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai
bahan pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan
atau morfologi koloni bakteri.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nutrient Agar (NA) adalah salah satu contoh media yang
sering digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri.
Nutrient Agar (NA) merupakan
media biakan yang dibuat dari ekstrak Beef, Pepton, dan agar. Media agar dengan penambahan cairan feses memiliki
tekstur dan berwarna kuning terang. Penambahan cairan susu dan yakult memiliki
tekstur padat dan berwarna kuning.
B.
Saran
Saran untuk praktikum ini sebaiknya bahan
substrat pembuatan media
agar ditambah
selain feses dan susu agar
bakteri tidak kekurangan nutrisi dan
setiap praktikan dapat mencoba melakukannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Afzal,
A., Mahmood, M.S., Hussain, I., Akhtar, M,. 2011. Adulteration and
Microbiological Quality of Milk. A Review. Pakistan Jurnal. Nutrition
10(12): 1195-1202.
Andiani, W. 2012. Skripsi Isolaso dan Identifikasi Bakteri
Asam Laktat dari Susu Kerbau Asal Kabupaten Enrekang. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Makassar.
Bai, S., RM. Kumar, D.J. Kumar,
Mukesh, P Balashanmugam, Kumaran. M.D.Bala dan P.T. Kalaichelvan. 2012. Cellulase Production by Bacillus subtilis isolated from Cow
Dung, Department of Biotechnology, KSR
College of Arts and Science, Tiruchengode,
TN. India.
Cappucino,
James G and Sherman N. 2014. Manual
Laboratorium Biologi. EGC. Jakarta.
Casarotti,
S.N., Monteiro, D.A., Moretti, M.M.S., Penna, A.L.B., 2014. Influence of the
combination of probiotic cultures during fermentation and storage of fermented
milk. Food Res Intern, 59:67-75.
Hartono,
St. Fatma Hiola dan Surahman Nur. 2014. Parameter Kualitas Limbah Padat Rumah
Potong Hewan Tamangapa Kota Makasar Sebagai Bahan Baku Pupuk Kompos. Jurnal
Universitas Negeri Makassar. Makassar.
Diastari,
I. G. A. F. dan Agustina, K. K. 2013. Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman
Susu Sapi Kemasanyang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar. Jurnal. Universitas Udayana Denpasar.
Bali.
Lestari,
D. P. Y. 2016. Skripsi Pertumbuhan
Bakteri Bacillus subtilis pada Media
Biji Nangka dan Biji Kluwih Sebagai Substitusi Media NA (Nutrient Agar).
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Magala,
M., Kohajdová, Z., Karovicová, J., 2013, Preparation Of Lactic Acid Bacteria
Fermented Wheat-Yoghurt Mixtures, Acta. Sci. Pol., Technol. Aliment.
12(3):295-302.
Munandar,
K. 2016. Pengenalan Laboratorium
IPA-BIOLOGI Sekolah. Refika Aditama. Bandung.
Pratama,
Y. E. 2015. Skripsi Pemanfaatan Kulit
Kopi Kering Menjadi Kompos dengan Penambahan Kotoran Ternak. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Quraish Shihab, M.
2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan,
Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Lentera Hati. Jakarta.
Suwito, W. 2010. Jurnal Bakteri yang Sering Mencemari
Ssus: Deteksi, Patogenesis, Epidemiologi dan Cara Pengendaliannya. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Yogyakarta.
Wachidah,
I. 2016. Skripsi Pemanfaatan Umbi
Gadung dan Umbi Uwi Sebagai Media Alternatif Substitusi Nutrient Agar (NA)
Untuk Pertumbuhan Bakteri. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Wardana, A., S. 2012. Teknologi Pengolahan Susu. Universitas
Slamet Riyadi Press. Surakarta.
Widiantara,
T., Effendi, S., Sulistiani, A. 2015. Kajian
Penurunan Mutu Yakult Kedelai (Glicine max. merr)yang Disimpan pada Berbagai
Suhu dengan Metode Arrhenius. Universitas
Pasundan. Bandung.
Laporan praktikum mikrobioogi ternak (pembuatan media agar)
Reviewed by Faikatushalihat
on
July 10, 2020
Rating:
Apakah masih banyak artikel peternakannya? Ini sangat membantu terlebih lagi hasil praktikumnya akurat
ReplyDelete