BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mikroorganisme yang ada
di alam tersebar luas, mulai dari tempat tertingin di kutub, di dalam tubuh,
saluran pencernaan, sampai di dalam produk makanan dan minuman seperti susu dan
yakult. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya pengamatan mikroba secara spesifik.
Oleh sebab itu diperlukan teknik pengenceran dan isolasi agar didapatkan media
murni.
Mikroorganisme
merupakan mahluk hidup yang sangat banyak, baik ditanah, air maupun udara.
Untuk itu perlunya isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan
mikroorganisme tersebut. Populasi yang besar dan kompleks dengan berbagai
mikroba terdapat dalam tubu manusia termasuk dimulut, saluran pencernaan
dan kulit. Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau
biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal
dari pembelahan dari satu sel tunggal. Kultur murni atau biakan murni
diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk mengidentifikasi
mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis,
maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam
mikroorganisme saja (Tim Penyusun, 2014).
Pekerjaan
memindahkan mikroba dari medium yang lama ke medium yang baru harus dilakukan
secara teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang ada
sangkut pautnya dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril.
Hal ini untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan
(Tim Penyusun, 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka
dilakukan praktikum pembiakan bakteri agar dapat mengetahui cara
pembiakan bakteri dengan perlakuan penambahan cairan feses sebelum dan sesudah
diinkubasi serta cara pembiakan bakteri dengan perlakuan penambahan cairan susu
dan yakult sebelum dan sesudah inkubasi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana cara
pembiakan bakteri dengan perlakuan penambahan larutan feses dan sesudah
inkubasi?
2.
Bagaimana cara
pembiakan bakteri dengan perlakuan penambahan larutan susu dan yakult sebelum
dan sesudah inkubasi?
C.
Tujuan
Praktikum
Tujuan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui cara pembiakan bakteri dengan perlakuan penambahan larutan feses
sebelum dan sesudah inkubasi.
2.
Untuk mengetahui
cara pembiakan bakteri dengan perlakuan penambahan larutan susu dan yakult
sebelum dan sesudah inkubasi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Bakteri
Produktivitas
ternak secara biologis ditentukan oleh kinerja sistem
pencernaan dalam mencerna bahan pakan. Saluran pencernaan
sapi banyak mengandung mikroorganisme, yang berperan membantu proses pencernaan baik di rumen, retikulum maupun usus. Kelompok utama mikroorganisme yang berperan dalam pencernaan terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi, waktu pengambilan, spesies hewan, individu, musim dan ketersediaan hijauan pakan. Bakteri adalah organisme uniseluler yang
umumnya mempunyai ukuran 0.5-1.0 sampai 2.0-10 mm dan mempunyai tiga bentuk
morfologi, yaitu bulat (Cocci), batang (Bacilli), dan lengkung (Marganingtyas, 2011).
1. Bakteri
pada Air Susu
Susu merupakan cairan hasil sekresi dari ambing yang diperoleh dengan cara
yang benar dan belum mendapat
perlakuan apapun serta kandungannya tidak dikurangi dan ditambah apapun dan merupakan media yang baik dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri.
Proses pencemaran bakteri pada
susu dimulai ketika susu diperah karena adanya bakteri yang tumbuh di sekitar ambing atau dari peternak itu sendiri (SNI,
2011).
Cemaran bakteri pada susu banyak
terjadi dalam kegiatan distribusi susu
terutama dari tingkat peternak, kemudian pengumpul hingga koperasi. Pada
tingkat peternak, syarat-syarat yang harus diperhatikan pada proses pemerahan
agar mendapatkan susu yang bersih dan sehat adalah kesehatan petugas,
kebersihan tempat dan peralatan yang dipakai, kebersihan sapi, kebersihan kamar
susu, pemerahan yang dilakukan dalam waktu tertentu. Membersihkan kandang
dan bagian tubuh sapi serta mencuci tangan bagi petugas yang akan melakukan
pemerahan perlu diperhatikan sebelum melakukan proses pemerahan supaya
terhindar dari kontaminasi bakteri saat pemerahan (Yusuf, 2011).
terutama dari tingkat peternak, kemudian pengumpul hingga koperasi. Pada
tingkat peternak, syarat-syarat yang harus diperhatikan pada proses pemerahan
agar mendapatkan susu yang bersih dan sehat adalah kesehatan petugas,
kebersihan tempat dan peralatan yang dipakai, kebersihan sapi, kebersihan kamar
susu, pemerahan yang dilakukan dalam waktu tertentu. Membersihkan kandang
dan bagian tubuh sapi serta mencuci tangan bagi petugas yang akan melakukan
pemerahan perlu diperhatikan sebelum melakukan proses pemerahan supaya
terhindar dari kontaminasi bakteri saat pemerahan (Yusuf, 2011).
Menurut Tjahjadi (2011), bakteri yang
terdapat pada susu yaitu:
a.
Staphlococcus
aureus
Salah
satu bakteri penyebab keracunan akibat minum susu adalah Staphylococcus
aureus. Dibeberapa negara di Eropa seperti Norwegia Staphylococcus
aureus merupakan salah satu bakteri penyebab keracunan setelah minum susu.
Sumber-sumber Staphylococcus aureus terdapat di sekitar kita yaitu di bagian permukaan kulit, mukosa mulut,
hidung dan kulit kepala.
b.
Salmonella sp.
Salmonella sp. merupakan bakteri
berbahaya yang dikeluarkan dari
saluran pencernaan hewan dan manusia bersama dengan feses. Salmonella
enteritidis merupakan salah satu serotipe yang sering mengontaminasi susu di samping Salmonella typhimurium.
saluran pencernaan hewan dan manusia bersama dengan feses. Salmonella
enteritidis merupakan salah satu serotipe yang sering mengontaminasi susu di samping Salmonella typhimurium.
c.
Escherichia coli
Termasuk bakteri berbahaya karena dapat menyebabkan diare. Salah
satu syarat Escherichia coli dalam
SNI 01-6366-2000 harus negatif.
d.
Bakteri
pencemar susu
Bakteri pencemar dalam susu dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu bakteri patogen dan bakteri pembusuk. Bakteri pembusuk seperti Micrococcus
sp, Pseudomonas sp dan Bacillus sp akan menguraikan protein menjadi
asam amino dan merombak lemak dengan enzim lipase sehingga susu menjadi asam
dan berlendir. Beberapa Bacillus sp yang mencemari susu antara lain
adalah Bacillus cereus Bacillus substilis dan Bacillus lichenformis.
2.
Bakteri
pada feses
Bakteri
yang normal berada di saluran pencernaan adalah bakteri golongan
Enterobactericeae (Escherichia coli, Proteus, Nitrobacter, Citrobacter, Shigella) bakteri pencerna selulosa (Bacteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrivibrio fibrisolvens), bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens, Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp), bakteri pencerna pati (Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica), bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), dan bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis (Das dan Qin, 2012).
Enterobactericeae (Escherichia coli, Proteus, Nitrobacter, Citrobacter, Shigella) bakteri pencerna selulosa (Bacteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrivibrio fibrisolvens), bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens, Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp), bakteri pencerna pati (Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica), bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), dan bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis (Das dan Qin, 2012).
Bakteri pencerna hemiselulosa, pati, gula dan protein
hidup secara normal di saluran pencernaan
mulai dari rumen, usus halus, usus besar, kolon
sampai dikeluarkan bersama feses (Pramita et al., 2016).
3.
Bakteri
pada yakult
Yakult
Honsha, telah mengembangkan Lactobacillus casei strain shirota sebagai probiotik yang diaplikasikan dalam minuman
fermentasi berbahan dasar susu skim. Bakteri tersebut adalah galur unggul yang
mudah dan cocok untuk dikembangbiakkan dalam minuman dasar susu, mampu bertahan
dari pengaruh asam lambung dan dalam cairan empedu, sehingga mampu bertahan
hidup hingga usus halus (Cahyanti, 2011).
Allah SWT berfirman dalam
Q.S. an-Nur/23:45 yang berbunyi:
ª!$#ur t,n=y{ ¨@ä. 7p/!#y `ÏiB &ä!$¨B ( Nåk÷]ÏJsù `¨B ÓÅ´ôJt 4n?tã ¾ÏmÏZôÜt/ Nåk÷]ÏBur `¨B ÓÅ´ôJt 4n?tã Èû÷,s#ô_Í Nåk÷]ÏBur `¨B ÓÅ´ôJt #n?tã 8ìt/ör& 4 ß,è=øs ª!$# $tB âä!$t±o 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ÖÏs% ÇÍÎÈ
Terjemahnya:
Dan
Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki
sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
(Kementrian Agama RI, 2012).
B. Proses Pengenceran
Mikroba dapat
hidup pada beberapa kondisi tertentu, sehingga medium
pengencer yang digunakan pun berbeda-beda. Pada analisis suatu mikroba terdapat beberapa pilihan medium pengenceran yang dapat digunakan untuk mikroba tertentu. Misalnya jenis medium pengencer yang digunakan untuk mikroba anaerobic, medium pengencer yang digunakan untuk mikroba osmofilik dan halofilik, serta medium pengencer untuk sampel cair atau sampel padat dengan partikel halus dan lainnya. Pengenceran biasanya dilakukan secara decimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Pengenceran yang dilakukan biasanya adalah pengenceran bertingkat yang bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penetuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel (Winiati dan Nurwitri, 2012).
pengencer yang digunakan pun berbeda-beda. Pada analisis suatu mikroba terdapat beberapa pilihan medium pengenceran yang dapat digunakan untuk mikroba tertentu. Misalnya jenis medium pengencer yang digunakan untuk mikroba anaerobic, medium pengencer yang digunakan untuk mikroba osmofilik dan halofilik, serta medium pengencer untuk sampel cair atau sampel padat dengan partikel halus dan lainnya. Pengenceran biasanya dilakukan secara decimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Pengenceran yang dilakukan biasanya adalah pengenceran bertingkat yang bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penetuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel (Winiati dan Nurwitri, 2012).
Menurut
Winiati dan Nurwitri (2012), larutan
pengencer yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu diatas, yaitu:
a.
Pengencer umum
Pengencer
umum (General purpose diluents): 0,1 % pepton ditambah 0,85% natrium klorida (NaCl). Hal ini sesuai dengan standar ISO.
b.
Pengenceran untuk mikroba
anaerobic
Pada metode
ini untuk pertumbuhan mikroba anaerobic diperlukan pengencer yang mampu untuk menjaga
potensial oksidasi-reduksi pengencer tetap rendah. Mikroba anaerobic sangat
rentan rentan terhadap oksigen sehingga perlu penggunaan teknik khusus seperti aplikasi teknik Hungate atau
penggunaan ruang anaerob.
c.
Pengenceran untuk mikroba
osmofilik dan halofilik
Pengenceran yang digunakan untuk mikroba osmofilik adalah larutan
pengenceran yang mengandung 20% larutan sukrosa steril. Pengenceran yang digunakan untuk mikroba halofilik adalah larutan pengenceran yang mengadung 15 % NaCl steril.
pengenceran yang mengandung 20% larutan sukrosa steril. Pengenceran yang digunakan untuk mikroba halofilik adalah larutan pengenceran yang mengadung 15 % NaCl steril.
C.
Isolasi Bakteri
Identifikasi bakteri merupakan langkah untuk mencari
dan menentukan nama dari suatu isolat bakteri berdasarkan morfologi dan uji
biokimia sehingga dapat ditentukan spesies bakteri tersebut (Yusuf, 2011).
Menurut Grahatika (2009), menyatakan bahwa isolasi
bakteri untuk memisahkan biakan atau bakteri campuran dengan menggunakan media
kultur sehingga diperoleh isolat atau biakan murni. Metode atau cara isolasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a.
Cara goresan (Streake plate method).
Cara ini dilakukan dengan menggoreskan bahan yang
mengandung bakteri pada permukaan medium agar sesuai dalam cawan petri. Setelah
diinkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah.
b.
Cara Taburan (Pour Plate Method).
Cara ini dilakukan dengan menginokulasikan medium
agar yang sedang mencair pada temperatur 50°C dengan suspensi bahan yang
mengandung bakteri dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril.
Setelah diinkubasi akan terlihat koloni-koloni terbesar di permukaan agar.
BAB
III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Waktu
dan tempat dilaksanakannya parktikum ini yaitu pada hari Jum’at, Tanggal 5 Juli
2019, pukul 08.00-10.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Peternakan Jurusan
Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Alat
Alat yang digunakan
dalam pratikum ini adalah Autoclaf, cawan
petri, Erlenmeyer, Inkubator, pipet
tetes dan tabung reaksi.
2. Bahan
Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah Aquades, campuran
air susu dan yakult, feses sapi, kertas label, kertas Aluminium foil dan NA (Nutrient
agar).
C. Prosedur kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1.
Menyiapkan alat.
2.
Mencampur NA (Nutrien Agar) dan cairan feses ke dalam cawan petri.
3.
Mencampur NA (Nutrien Agar) dan air susu dan yakult ke dalam cawan petri.
4.
Tutup cawan petri lalu eratkan
menggunakan selotip.
5.
Memasukkan cawan petri ke dalam
inkubator selama 48 jam.
6.
Amati perubahan bakteri sebelum dan
sesudah inkubasi.
7.
Mengambil gambar.
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa pembiakan bakteri
dengan Pengenceran
1 NA (Nurien Agar) + Feses sapi, sebelum diinkubasi media agar berwarna kuning bening
dan bakteri belum terlihat dengan jelas dan setelah diinkubasi selama 48 jam
perubahan terjadi pada media agar yaitu terdapat bintik-bintik putih besar menyebar
dan ada yang berbentuk bulat yang
merupakan koloni bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Marganingtyas (2011), yang menyatakan bakteri adalah organisme
uniseluler yang umumnya mempunyai ukuran 0.5-1.0 sampai 2.0-10 mm dan mempunyai
tiga bentuk morfologi, yaitu bulat (Cocci),
batang (Bacilli), dan lengkung.
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa pembiakan bakteri
dengan Pengenceran
1 NA (Nurien Agar) + air susu dan
yakult, sebelum
diinkubasi media agar berwarna kuning bening dan bakteri belum terlihat dengan
jelas dan setelah diinkubasi selama 48 jam terlihat tidak banyak
bakteri yang tumbuh.
Hal ini bisa disebakan kurangnya kandungan nutrisi pada media atau karena suhu. Hal ini sesuai dengan pendapat Winiati (2012), yang menyatakan bahwa
bakteri tumbuh pada kondisi fisik lingkungan
serta sangat rentan rentan terhadap oksigen sehingga perlu penggunaan teknik khusus
seperti aplikasi teknik Hungate atau penggunaan ruang anaerob.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini, yaitu:
1. Pembiakan
bakteri dengan Pengenceran
1 NA (Nurien Agar) + Feses sapi, sebelum
diinkubasi media agar berwarna kuning bening dan bakteri belum terlihat dengan
jelas dan setelah diinkubasi selama 48 jam perubahan terjadi pada media agar
yaitu terdapat bintik-bintik putih besar yang merupakan koloni bakteri.
2. Pembiakan
bakteri dengan Pengenceran
1 NA (Nurien Agar)
+ air susu dan yakult, sebelum diinkubasi media agar berwarna
kuning bening dan bakteri belum terlihat dengan jelas dan setelah diinkubasi
selama 48 jam perubahan terjadi pada media agar yaitu terdapat bintik-bintik putih
kucil namun jumlahnya sedikit yang merupakan koloni bakteri.
B.
Saran
Saran
untuk praktikum ini sebaiknya alat yang
digunakan seperti cawan petri lebih lengkap serta proses pembiakan bakteri menggunakan
bahan yang lain dengan metode yang berbeda, agar praktikan dapat
membandingkannya dari setiap metode pembiakan bakteri
DAFTAR
PUSTAKA
Tim
Penyusun. 2014. Petunjuk Praktikum M.K.
Mikrobiologi Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Standarisasi Nasional Indonesia. 2011. 3141.1:2011. Susu Segar.
Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Yusuf, A. 2011. Tingkat
Kontaminasi Escherichia Coli Pada Susu Segar di
Kawasan Gunung Perak Kabupaten Sinjai (Skripsi). Progam Studi Produksi Ternak Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin. Makassar.
Kawasan Gunung Perak Kabupaten Sinjai (Skripsi). Progam Studi Produksi Ternak Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin. Makassar.
Tjahjadi, C dan Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan.
Universitas Padjajaran. Bandung.
Das KC, Qin W. 2012. Isolation and characterization
of superior rumen bacteria of cattle (bos taurus) and potential application in animal feedstuff. J Anim Sci 2(4): 224-228.
Pramita IDADP, Besung INK, Sampurna IP. 2016. Jumlah Non Coliform Dan Total Bakteri Pada
Sapi Bali Di Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah Di Bali Pasca Pemberian
Mineral. Buletin Veteriner Udayana 8(1): 52-58.
Cahyanti, A.N. 2011. Viabilitas probiotik Lactobacillus casei pada
yougurt susu kambing selama penyimpanan beku. Jurnal Teknologi Pertanian.
12(3):176-180.
Winiati dan Nurwitri. 2012. Mikrobiologi Pangan. IPB Press.
Bogor.
Grahatika. 2009. Identifikasi dan Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri
pada Susu Sapi di Kabupaten Karanganyar (Skripsi).
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Marganingtyas, D.D. 2011. Potensi Selulolitik Indigenous Mangrove Terhadap Komposisi Limbah Tambak
Udang. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang.
Laporan praktikum mikrobiologi ternak (pembiakan bakteri)
Reviewed by Faikatushalihat
on
July 10, 2020
Rating:
No comments: