Laporan nutrisi ternak unggas (pengenalan organ pencernaan unggas)



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perkembangan perunggasan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang memiliki komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir, dimana perkembangan usaha ini memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan peternakan. Industri perunggasan memiliki nilai strategis khususnya dalam penyediaan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan peluang ekspor. Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk-produk unggas luar negeri (Direktorat Jenderal Bima Produksi Peternakan, 2017).
Pengetahuan tentang sistem pencernaan ini diperlukan untuk dapat memahami berbagai proses yang mungkin terjadi dalam Konversi pakan menjadi produksi telur atau daging pada unggas. Efesiensi konversi pakan untuk produksi telur atau daging tergantung pada Efesiensi proses-proses pencernaan dan absorbsinya. Sistem pencernaan pada unggas berkembang sangat sederhana namun dengan efektivitas tinggi. Hal ini sangat penting terkait dengan kemampuan terbang tetap ringan.
Pencernaan adalah proses perubahan secara fisik dan kimiawi
yang dialami oleh pakan (ransum) di dalam saluran pencernaan ternak.
Bagi unggas, di dalam mulut belum banyak terjadi proses pencernaan
walaupun unggas sudah berusaha dengan paruh memecah makanannya dan
saliva disekresikan oleh kelenjar maksilaris, platini, ptrigoidea dan
mandibularis. Pencernaan di tembolok adalah menampung makanan yang
masuk, pelunakan makanan dengan bantuan saliva dari kelenjar mulut,
esophagus dan tembolok. Pencernaan di lambung, proses pencernaan
terjadi di dalam proventikulus yaitu pencampuran makanan dengan getah
lambung. Proses di usus halus menghasilkan mucin berfungsi sebagai pelicin dan enzim sukrose memecah sukrosa menjadi glukosa. (Yasin, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum pengenalan organ-organ pencernaan agar dapat mengetahui bagian-bagian saluran pencernaan dalam praktikum ilmu nutrisi unggas.
B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara mengetahui bagian-bagian organ pencernaan ayam broiler dan itik?
2.      Bagaimana cara mengetahui panjang dan berat organ pencernaan ayam dan itik?
3.      Bagaimana cara mengetahui pengukuran berat hidup dan berat karkas ayam broiler dan itik?
C.      Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui mengetahui bagian-bagian organ pencernaan ayam broiler dan itik.
2.      Untuk mengetahui mengetahui panjang dan berat organ pencernaan ayam dan itik.
3.      Untuk mengetahui pengukuran berat hidup dan berat karkas ayam broiler dan itik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Ternak Unggas
Unggas merupakan ternak yang umum dipelihara masyarakat karena waktu pemeliharaan yang singkat. Permintaan daging unggas selalu meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan daging pada tahun 2012-2013 dari 2.658.123 ton menjadi 2.880.340 ton atau meningkat sebesar 8,36%. Sebanyak 67,03% permintaan daging Indonesia pada tahun 2013 dipenuhi dari daging unggas yang terdiri atas ayam ras pedaging 52%, ayam buras 11,10%, ayam ras petelur 2,68% dan itik 1,26%. Berdasarkan data tersebut, daging unggas memberikan kontribusi yang besar dalam memenuhi kebutuhan daging nasional (BPS 2014).
Ternak unggas merupakan hewan Homeothermic yang prinsip dasarnya selalu sulit menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan dibandingkan dengan hewan Poikilotherm. Pada kondisi suhu lingkungan tinggi maka ayam akan berusaha untuk menyeimbangkan suhu tubuhnya (Thermoregulator) proses dengan melepaskan panas ke lingkungan dengan cara konveksi, radiasi, konduksi dan Evaporasi. Evaporasi merupakan indikator awal telah terjadinya stres panas, dilakukan oleh ayam dengan cara Panting (terengah-engah) hal ini disebabkan karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat (Sudorific gland) sehingga menimbulkan efek samping yang sangat merugikan secara Behaviour (tingkah laku), fisiologis dan biokimiawi (Subekti, et al., 2012).
1.      Ayam
Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan anatara
bangsa-bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi
terhadap produksi daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam ras unggul ini
merupakan Final stock yang didatangkan dari luar negeri (Samadi, 2010).
Menurut Samadi (2010), secara umum ayam ras memiliki faktor keturunan
atau faktor genetik yang baik itu umumnya bertubuh besar, memiliki
pertumbuhan yang cepat, produksi daging dan telur tinggi, serta memiliki daya
alih (konversi) pakan menjadi produk protein (daging dan telur) tinggi.
Ayam ras tersebut, yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat
adalah tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) dan tipe petelur (ayam ras
petelur atau layer). Oleh karena itu, di dalam masyarakat ayam ras hanya dikenal
dua tipe yaitu ayam ras pedaging dan tipe yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras
petelur (Samadi, 2010).
Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama
ayam broiler adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan,
perkawinan, antara ayam jantan ras White cornish dari inggris dengan ayam
betina dari ras Plymouth rock 12 dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut
menghasilkan anak-anak ayam ras yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan
memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk daging yang tinggi, artinya
dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat
cepat. Namun, daya alih pakan menjadi telur sangat rendah.  Oleh karena itu, ayam broiler lebih cocok atau menguntungkan bila diternakkan sebagai penghasil
daging. Hal ini dikarenakan dengan pakan yang hemat mampu mengubahnya
menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010).
Ayam broiler adalah ayam muda jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 26-28 hari dengan tujuan sebagai penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen yang relatif singkat maka jenis ayam ini mempersyaratkan pertumbuhan yang cepat, dada lebar yang disertai timbunan daging yang baik, dan warna bulu yang disenangi, biasanya dipilih warna putih (Ruhyat dan Edjeng, 2010).
Menurut Khalid (2011), yang menyatakan bahwa taksonomi ayam adalah sebagai berikut  :
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Subfilum         : Vertebata
Kelas               : Aves
Ordo                : Galliformes
Keluarga          : Phasianidae
Genus              : Gallus
Spesies            : Gallus domesticus
Subspesies       : Neornithes


2.      Itik
Itik mempunyai keunggulan daripada unggas lain diantaranya mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan dengan ayam, itik mampu berproduksi dengan baik meskipun pemeliharaan dengan sistem pengelolaan yang sederhana, itik lebih tahan penyakit sehingga memiliki tingkat kematian yang rendah (Suharno, 2010).
Menurut (Susilorini, 2010) secara Zoologi taksonomi itik sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Aves
Ordo                : Anseriformis
Famili              : Anatidae
Genus              : Anas
Spesies            : Anas plathyrynchos

Subspesies       : Anas versicolor

Ternak itik merupakan penyumbang terhadap produksi telur nasional yang cukup signifikan, yakni sebagai penyumbang kedua terbesar setelah ayam ras. Itik
berperan sebagai penghasil telur dan daging, sebanyak 19,35% dari 793.800 ton
kebutuhan telur di Indonesia diperoleh dari telur itik (Ditjennak, 2005). Ukuran
telurnya lebih besar dari telur ayam kampung, ternak itik mudah pemeliharaannya,
mudah beradaptasi dengan kondisi setempat serta merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat tani pedesaan.
Itik mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan unggas lain yaitu (1) dari segi laju pertumbuhannya, ternak itik dapat tumbuh lebih cepat, (2) ternak itik diyakini jauh lebih tahan terhadap penyakit, (3) dalam bentuk usaha peternakan rakyat, peternakan itik dapat diusahakan dengan memanfaatkan peralatan yang amat sangat sederhana, (4) dalam usaha peternakan itik yang diusahakan secara digembalakan (tradisional), dapat memanfaatkan alam sekitar di mana banyak terdapat sumber-sumber karbohidrat dan protein yang terbuang sia-sia seperti sisasisa panen padi di sawah, cacing, ikan-ikan kecil di sungai-sungai dan itik memiliki instink berkelompok (Flocking instinct) yang amat kuat, sehingga dapat membantu dalam hal pengendalian terutama untuk model pemeliharaan yang bersifat ekstensif (digembalakan), (5) kulit telur itik pada umumnya lebih tebal yang mempunyai arti penting dalam hal mengurangi resiko pecah atau retak terutama dalam penanganan (Product handling) dan transportasi, (6) saat bertelur pada itik biasanya terjadi serentak pada pagi hari yaitu sebelum matahari terbit, sehingga pengambilan telur dalam kandang bisa dilakukan dengan satu kali saja. Hal ini terjadi suatu penghematan tenaga kerja yang cukup berarti,
(7) kemampuan berproduksinya lebih lama, (8) secara umum harga produk ternak
itik baik untuk komoditi telur atau daging terasa lebih stabil dibandingkan dengan
jenis unggas lain. (Hendra, 2009)
Itik pun mempunyai beberapa prospek peluang usaha yang cukup menjanjikan yaitu (1) produksi ternak itik 200-240 butir telur per ekor per tahun, dengan asumsi harga jual Rp 1.200 per butir, telur itik sangat potensial sebagai sumber pendapatan dan merupakan usaha baru yang prospektif, disamping sebagai
sumber protein hewani keluarga petani, (2) permintaan pasar terhadap produk itik
(telur dan daging) secara nasional masih besar, untuk mengantisipasi lonjakan
permintaan tersebut, pemeliharaan itik secara tradisional maupun intensif layak
dikembangkan, (3) telur itik cukup disukai oleh pembeli, baik untuk dimakan
sehari-hari maupun sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan lainnya
seperti kue, (4) semakin naiknya kebutuhan masyarakat akan bahan pangan kaya
protein hewani, sebagai akibat membaiknya pendapatan dan pengetahuan gizi.
(Sentra Bisnis UKM, 2009)
Allah SWT berfirman dalam surah Al-An’am/6: 38, yang berbunyi:
$tBur `ÏB 7p­/!#yŠ Îû ÇÚöF{$# Ÿwur 9ŽÈµ¯»sÛ çŽÏÜtƒ Ïmøym$oYpg¿2 HwÎ) íNtBé& Nä3ä9$sVøBr& 4 $¨B $uZôÛ§sù Îû É=»tGÅ3ø9$# `ÏB &äóÓx« 4 ¢OèO 4n<Î) öNÍkÍh5u šcrçŽ|³øtä ÇÌÑÈ  
Terjemahnya:
Dan Tidak ada binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dikumpulkan.

Ayat diatas kaitannya dengan ternak puyuh yaitu Allah telah menciptakan kepada kita ternak unggas untuk diambil manfaatnya, ternak unggas yang banyak macamnya salah satunya yaitu ternak puyuh. Semua makhluk yang ada di muka bumi baik mereka binatang terbang atau binatang yang berjalan di darat, melainkan mereka itu juga merupakan umat seperti kita manusia. Allah menyatakan bahwa Dia menguasai segala sesuatu, ilmu-Nya meliputi seluruh makhluk yang ada. Dialah yang mengatur alam semesta, semua yang melata di muka bumi, semua yang terbang di udara, semua yang hidup di lautan, sejak dari kecil sampai yang besar, sejak dari yang nampak sampai kepada yang tidak nampak, hanya Dialah yang menciptakan, dan mengembangkan mengatur dan memeliharanya. Dan tidak ada satupun dari isi kitab yang bukan Tuhan yang menulisnya, dan kepada Tuhanlah semua kelak dikembalikan.
B.       Organ Pencernaan
Pencernaan merupakan proses untuk memperkecil ukuran partikel makanan dan zat-zat makanan organik secara mekanik, enzimatik dan Microbial. Fungsi dari alat pencernaan adalah untuk mencerna bahan makanan agar zat-zat yang terkandung didalamnya dapat diserap oleh dinding usus halus melalui villi-villi dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Proses untuk memperkecil ukuran partikel makanan disebut pencernaan, sedangkan pemasukan bahan makanan dapat dicerna melalui selaput lendir usus disebut dengan penyerapan (Rasyaf, 2012).
Organ pencernaan merupakan bagian tubuh yang penting, dimana makanan diproses dan diserap dalam organ ini. Apabila organ pencernaan bekerja dengan baik dalam mencerna dan menyerap zat-zat makanan dan selanjutnya diedarkan keseluruh tubuh, maka pertumbuhan yang optimal akan tercapai. Organ-organ pencernaan tersebut dapat berkembang tiga kali lebih cepat selama seminggu pertama setelah menetas dibandingkan minggu-minggu berikutnya, sedangkan bobot badannya hanya dua kali lebih cepat (Diamond, 2010).
Sistem pencernaan pada ungggas adalah organ saluran pencernaan dan organ aksesoris. Organ saluran pencernaan terdiri dari oesophagus, crop, lambung kelenjar (Proventrikulus), lambung otot (Ventrikulus), usus (usus halus, besar dan buntu) dan berakhir dikloaka. Sedangkan organ aksesoris terdiri dari hati, pancreas dan limfa ( Jull, 2011).
1.      Organ Pencernaan Ayam
Organ pencernaan ayam broiler terdiri dari mulut, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, rempela, usus halus, usus buntu (seka), usus besar, kloaka dan anus. Pencernaan tambahan pada ayam salah satunya adalah hati (Suprijatna et al., 2008).
a.         Mulut
Unggas tidak mempunyai bibir, lidah, pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas dan bawah tersusun atas lapisan tanduk, bagian atas dan bawah mulut dihubungkan ke tengkorak dan berfungsi seperti engsel, paruh biasanya berukuran sekitar 3-4 cm. Lidah unggas keras dan runcing seperti mata anak panah dengan arah ke depan. Bentuk seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorong makanan ke oeshopagus sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang. Lidah berfungsi untuk membantu menelan makanan. Kelenjar saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan untuk mempermudah masuk ke Oesophagus (Gonzales, 2017).
b.        Oesophagus
Merupakan saluran memanjang berbentuk seperti tabung yang
merupakan jalan makanan dari mulut sampai permulaan tembolok dan perbatasan Pharynx pada bagian atas dan Proventriculus bagian bawah. Dinding dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan makanan untuk masuk ke tembolok. Setiap kali itik menelan secara otomatis Oesophagus menutup dengan adanya otot (Hernandez, 2014).
c.         Crop
Mempunyai bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang merupakan perbesaran dari Oesophagus, panjang sekitar 6 cm dengan berat rata-rata 6-7 gr. Pada bagian dindingnya terdapat banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan. Crop berfungsi menyimpan dan menerima makanan untuk sementara sebelum masuk ke Proventriculus (Hetland, 2015).
d.        Proventriculus
Merupakan perbesaran terakhir dari Oesophagus dan juga merupakan perut sejati dari ayam, berukuran 11 cm dengan berat sekitar 9 gr. Juga merupakan kelenjar, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis, karena dindingnya disekresikan asam klorida, pepsin dan getah lambung yang berguna mencerna protein.
e.         Gizzard
Berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah, panjang 4-6 cm dengan berat ± 20 gr. Bagian atas lubang pemasukkan berasal dari Proventriculus dan bagian bawah lubang pengeluaran menuju ke Duodenum (Huang, 2018).
f.         Small intestine
Memanjang dari Ventriculus sampai Large intestinum dan
terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum
berbentuk huruf V dengan bagian Pars descendens sebagai bagian yang turun
dan bagian Pars ascendens sebagai bagian yang naik, panjang ± 175 cm dengan berat 30 gr. Selaput mukosa pada dinding usus halus memiliki jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari yang berfungsi sebagai penggerak aliran pakan dan memperluas permukaan penyerapan nutrien (Jamal, 2015).
g.        Ceca
Terletak diantara Small intestine (usus kecil) dan Large intestine (usus
besar) dan pada kedua ujungnya buntu, maka disebut juga usus buntu. Usus
buntu mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon tinja. Fungsi utama ceca secara jelas belum diketahui tetapi di dalamnya terdapat sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air (Hetland, 2015).
h.        Large intestine
berupa saluran yang mempunyai diameter dua kali dari diameter Small intentine dan berakhir pada kloaka. Usus besar paling belakang terdiri dari rektum yang pendek dan bersambungan dengan kloaka. Pada Large intestine terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada unggas (Mirnawati, 2014).
2.      Organ Pencernaan Itik
Alat-alat pencernaan itik umumnya sama dengan unggas lainnya, dan bila dibandingkan dengan ayam hanya berbeda pada temboloknya. Hal ini terjadi karena leher itik lebih panjang dibandingkan leher ayam (Yuwanta, 2014).
a.         Paruh
Pada paruh terdapat lidah yang runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju Esophagus (Rasyaf, 2008). Makanan yang telah masuk oleh pergerakan lidah didorong masuk ke dalam Faring yang kemudiian ditelan. Makanan yang terapung – apung di air ditelan dengan bantuan alat penyaringan yang berupa Lamella paralel (Suprijatna et al., 2005). Mulut menghasilkan saliva yang mengandung Amilase dan Maltase, pemecahan bahan pakan di mulut sangat kecil terjadi karena mulut hanya sebagai tempat lewatnya pakan (Yuwanta, 2014).
b.        Oesophagus
berbentuk pipa sebagai tempat pakan sementara melalui saluran ini dari bagian belakang mulut ke proventrikulus (Suprijatna et al., 2005). Esophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus memanjang dari Faring hingga Proventrikulus kenudian melewati tembolok (Yuwanta, 2014).
c.         Tembolok
Merupakan tempat menyimpan pakan yang sedikit atau tidak terdapat proses pencernaan namun hanya pencampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan aktivitasnya di tembolok.  Tembolok merupakan organ yang bebentuk kantung dan merupakan daerah pelebaran dari Esophagus. Proses pencernaan di dalam tembolok sangat kecil terjadi. Fungsi utama dari tembolok adalah sebagai organ penyimpan pakan (Yaman, 2010). Crop/tembolok berfungsi sebagai penampung sementara bagi makanan.

d.        Proventrikulus
Pada Proventrikulus tidak  terjadi pencernaan material pakan namun Proventrikulus merupakan pelebaran dari kerongkongan yang memproduksi pepsin untuk pencernaan protein dan memproduksi HCl untuk pencernaan lemak Lintasan pakan pada Proventrikulus sangat cepat masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga pakan belum sempat dicerna (Yuwanta, 2014).
e.         Gizzard
 Disebut juga ventrikulus memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga mampu berkontraksi bila pakan masuk sehingga pakan akan digiling (Suprijatna et al., 2005)  Fungsi utama Gizzard yaitu memecah dan melumatkan, pakan yang sudah dipecah dan dilumatkan kemudian bercampur dengan air menjadi pasta yang dinamakan Chymne (Yuwanta, 2014).
f.         Duodenum
Enzim yang masuk dalam duodenum berfungsi mempercepat dan mengefisiensi proses pemecahan karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah proses absorbi (Suprijatna et al., 2005). Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati (Yuwanta, 2014).
g.        Jejenum dan Illeum
 Jejunum dan Illeum pada unggas sulit dibedakan, sepanjang permukaan Jejenum dan Illeum terdapat vili dan permukaannya terdapat mikrovili untuk melakukan absorbi hasil pencernaan (Suprijatna, 2005). Pakan yang belum selesai diserap pada duodenum kemudian dilanjutkan pada Jejunum dan Illeum sampai pada bahan pakan yang tidak mampu lagi tercerna (Yuwanta, 2014).
h.        Sekum
Terdiri dari seca kanan dan seca kiri. Dalam sekum terjadi penyerapan air dalam jumlah kecil dan karbohidrat serta protein dicerna oleh bantuan beberapa bakteri (Suprijatna et al., 2005).  Di  dalam sekum terjadi digesti serat kasar yang dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar (Yuwanta, 2014).
i.          Kloaka
Kloaka yang berbentuk bulat merupakan akhir saluran pencernaan dan saluran reproduksi bermuara. Organ-organ tertentu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi kedalam saluran pencernaan. Fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan. Organ tersebut yaitu pankreas, hati, dan kantung empedu Urodeum dan Koprodeum yang berhimpitan menyebabkan kloaka berfungsi sebagai tempat keluarnya sisa pencernaan (Yuwanta, 2014).
C.      Karkas
Komponen karkas yang terdiri atas otot, lemak, kulit dan tulang memiliki
kecepatan tumbuh yang berbeda-beda. Dari keempat komponen karkas tersebut
komponen yang memiliki koefisien pertumbuhan relatif lebih kecil daripada satu adalah bagian tulang, sedangkan ketiga komponen lainnya memiliki koefisien pertumbuhan relatif terhadap bobot potong yang lebih besar daripada satu  (Zulkarnain, 2012).
Anggraeni (2000) menyatakan bahwa tidak serentaknya awal pertumbuhan
dan kecepatan tumbuh dari bagian-bagian tubuh ternak akan menyebabkan
perubahan proporsi dan distribusi komponen atau bagian tubuh. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa perbedaan kecepatan pertumbuhan akan mempengaruhi
distribusi bobot bagian-bagian tubuh atau komponen karkas.
Bobot karkas diperoleh dengan cara mengurangi bobot badan dengan darah, bulu, leher, kepala, shank dan organ dalam kecuali paru-paru dan ginjal. Persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan
bobot hidup yang sering digunakan sebagai pendugaan jumlah daging pada unggas (Irham, 2012).
Bagian-bagian karkas itik yang cukup penting menjadi perhatian bagi setiap konsumen adalah proporsi bagian dada, paha, punggung dan sayap. Bagian-bagian karkas tersebut juga merupakan bagian yang spesial untuk diolah kemudian sebagai bahan sajian kepada para konsumen (Purba, 2014).
Karkas ayam itu sendiri adalah ayam yang sudah dibului, dipotong kepala dan kakinya, serta dibersihkan jeroannya atau dengan kata lain yaitu berat bersih potongan tubuh ayam utuh tanpa bulu, jeroan, kepala dan kaki. Ayam inilah yang dijual untuk siap diolah menjadi berbagai macam masakan (Irham, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
            Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 2019  pukul 10.00-13.00 WITA di Laboratorium Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
     Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.         Alat
Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah alat tulis-menulis, gunting, meteran, Neraca analitik, pH meter, pisau dan timbangan.
2.         Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ayam broiler dan itik.
C. Metode
     1. Persentase Organ Pencernaan =  × 100 %
2. Persentase Karkas =  × 100 %




D. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menimbang BB hidup ayam broiler dan itik
3. Menyembelih ternak menghadap kiblat dan menyembelihnya dengan menggunakan pisau yang tajam
4. Membersihkan bulu ayam broiler dan itik kemudian membelah dan memisahkan bagian organ dalam ayam dan itik
5. Mengukur panjang setiap organ dari paruh sampai kloaka
6. Memisahkan setiap bagian organ-organ ayam broiler dan itik
7. Menimbang berat karkas
8. Mencatat hasil
9. Mengambil gambar


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengamatan
1. Kondisi Digesta Dalam Setiap Organ Pencernaan
Tabel 1.1 Kondisi Fisik Bahan Pakan Pada Setiap Bagian Pencernaan Ayam Broiler
Nama Organ
Warna
Tekstur
Nilai pH
Paruh
Putih
Keras
5,63
Tembolok
Cokelat
Kasar
6,43
Proventrikulus
Putih
Halus
6,10
Ventrikulus
Kuning
Kasar
5,99
Usus Halus
Kuning pucat
Halus
5,82
Duodenum
Kuning pucat
Lunak dan halus
5,62
Jejenum
Hijau
Lunak dan halus
5,72
Ileum
Hijau
Lunak dan halus
5,65
Seka
Cokelat
Kasar
5,78
Usus Besar
Cokelat
Halus
5,81
Kloaka
Putih
Kasar
5,76
Sumber : Laboratorium Ilmu Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.


Tabel 1.2 Kondisi Fisik Bahan Pakan Pada Setiap Bagian Pencernaan Itik
Nama Organ
Warna
Tekstur
Nilai Ph
Paruh
Hitam
Halus
7,03
Tembolok
Kuning Kecokelatan
Kasar
6,50
Proventrikulus
Kuning Kecokelatan
Sedikit halus
6,20
Ventrikulus
Kuning
Halus
6,19
Usus Halus
Kuning
Sangat halus
6,15
Duodenum
Kuning
Sangat halus
6,15
Jejenum
Kuning
Sangat halus
6,56
Ileum
Kuning
Sangat halus
6,70
Seka
Kuning Kecokelatan
Halus sekali
6,25
Usus Besar
Kuning Kecokelatan
Halus
6,46
Kloaka
Putih
Kasar
6,21
Sumber : Laboratorium Ilmu Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.
2. Pengukuran Organ Pencernaan Pada Ayam Broiler dan Itik
Tabel 2.1 Pengukuran Organ Pencernaan Ayam Broiler
Nama Organ
Berat
Panjang
(cm)
 Persentase Berat Hidup (gr)

Nilai pH
Paruh
43,79
3
34,08

7,06
Tembolok
7,85
6,2
6,11

7,21
Proventrikulus
9,81
11,6
7,63

7,34
Ventrikulus
21,51
5
16,74

7,17
Usus Halus
33,33
174,5
25,94

7,19
Duodenum
24,15
98
18,79

7,17
Jejenum
5,04
40
3,92

7,21
Ileum
4,14
36,5
3,22

7,17
Seka
6,36
17,8
4,95

7,22
Usus Besar
1,89
10,5
1,47

7,14
Kloaka
27,99
1,3
21,78

7,33
 Sumber : Laboratorium Ilmu Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.
Tabel 2.2 Pengukuran Organ Pencernaan Itik
Nama Organ
Berat
Panjang
(cm)
 Persentase Berat Hidup (gr)

Nilai Ph
Paruh
64,30
6,5
44,19

7,03
Tembolok
17,50
11
12,03

6,98
Proventrikulus
7,43
6,5
5,11

7,02
Ventrikulus
54,67
8
37,57

6,88
Usus Halus
33,07
147
22,73

6,84
Duodenum
22,14
91
15,22

6,84
Jejenum
5,90
32
4,05

6,89
Ileum
5,03
24
3,45

7,2
Seka
3,07
17
2,11

6,85
Usus Besar
4,17
12
2,86

6,80
Kloaka
15,50
5
10,65

6,74
Sumber : Laboratorium Ilmu Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.

3. Pengukuran Berat Hidup dan Berat Karkas
Tabel 3.1 Pengukuran Berat Hidup dan Berat Karkas Ayam Broiler dan Itik
Jenis Ternak
Umur
(Minggu)
Berat (gr)
Persentase (%)
Unggas Hidup
Karkas
Karkas
Ayam
(Broiler)

6 Minggu
1,285
0,550
0,43

Itik

12 Minggu
1,455
0,640
0,44
Sumber : Laboratorium Ilmu Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.
A.      Analisis Data
1.      Ternak Ayam Broiler
Persentase Karkas =  x 100%
                              = x100%
                             = 0,43
2.      Ternak Itik
Persentase Karkas =  x 100%
                             = x100%
                             = 0,44

D.      Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh bahwa:
1.      Ayam
Organ pencernaan ayam broiler terdiri dari paruh yang berukuran sekitar 3 cm dengan berat 43 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Gonzales (2017) Yang menyatakan bahwa unggas tidak mempunyai bibir, lidah, pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas dan bawah tersusun atas lapisan tanduk, bagian atas dan bawah mulut dihubungkan ke tengkorak dan berfungsi seperti engsel, paruh biasanya berukuran sekitar 3-4 cm. Lidah unggas keras dan runcing seperti mata anak panah dengan arah ke depan. Bentuk seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorong makanan ke oeshopagus sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang. Lidah berfungsi untuk membantu menelan makanan. Kelenjar saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan untuk mempermudah masuk ke Oesophagus.
 Tembolok panjangnya 6,2 cm dengan berat  7,85 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Hetland (2015) yang menyatakan bahwa tembolok mempunyai bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang merupakan perbesaran dari Oesophagus, panjang sekitar 6 cm dengan berat rata-rata 6-7 gr. Pada bagian dindingnya terdapat banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan. Crop berfungsi menyimpan dan menerima makanan untuk sementara sebelum masuk ke Proventriculus.
Gizzard panjangnya 5 cm dengan berat 21,51 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Huang (2018) yang menyatakan bahwa ampela berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah, panjang 4-6 cm dengan berat ± 20 gr. Bagian atas lubang pemasukkan berasal dari Proventriculus dan bagian bawah lubang pengeluaran menuju ke Duodenum.
Usus halus panjangnya 174,5 dengan berat 33,33 gr Yuwanta (2014) yang menyatakan bahwa Enzim yang masuk dalam duodenum berfungsi mempercepat dan mengefisiensi proses pemecahan karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah proses absorbi (Suprijatna et al., 2005). Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati.
 Seka panjangnya 17,8 cm dengan berat 6,36 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Hetland (2015) yang menyatakan bahwa seka terletak diantara Small intestine (usus kecil) dan Large intestine (usus besar) dan pada kedua ujungnya buntu, maka disebut juga usus buntu. Usus buntu mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon tinja. Fungsi utama ceca secara jelas belum diketahui tetapi di dalamnya terdapat sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air.
Usus besar panjangnya 10,5 dengan berat 1,89. Hal ini sesuai dengan pendapat berupa saluran yang mempunyai diameter dua kali dari diameter Small intentine dan berakhir pada kloaka. Usus besar paling belakang terdiri dari rektum yang pendek dan bersambungan dengan kloaka. Pada Large intestine terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada unggas (Mirnawati, 2014).
Kloaka panjangnya 1,3 cm dengan berat 27,99 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al (2008) yang menyatakan bahwa organ pencernaan ayam broiler terdiri dari mulut, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, rempela, usus halus, usus buntu (seka), usus besar, kloaka dan anus.
2.      Itik
Organ pencernaan itik terdiri dari paruh yang panjangnya 6,5 cm dengan berat 64,30 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanita (2014) yang menyatakan bahwa pada paruh terdapat lidah yang runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju Esophagus (Rasyaf, 2008). Makanan yang telah masuk oleh pergerakan lidah didorong masuk ke dalam Faring yang kemudiian ditelan. Makanan yang terapung – apung di air ditelan dengan bantuan alat penyaringan yang berupa Lamella paralel (Suprijatna et al., 2005). Mulut menghasilkan saliva yang mengandung Amilase dan Maltase, pemecahan bahan pakan di mulut sangat kecil terjadi karena mulut hanya sebagai tempat lewatnya pakan.
Tembolok panjangnya 11 cm dengan berat 17,50 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman (2010) yang menyatakan bahwa Merupakan tempat menyimpan pakan yang sedikit atau tidak terdapat proses pencernaan namun hanya pencampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan aktivitasnya di tembolok.  Tembolok merupakan organ yang bebentuk kantung dan merupakan daerah pelebaran dari Esophagus. Proses pencernaan di dalam tembolok sangat kecil terjadi. Fungsi utama dari tembolok adalah sebagai organ penyimpan pakan. Crop/tembolok berfungsi sebagai penampung sementara bagi makanan.
 Proventrikulus panjangnya 6,5 cm dengan berat 7,43 gr. Hal ini san pendapat Yuwanita (2014) yang menyatakan bahwa pada Proventrikulus tidak  terjadi pencernaan material pakan namun Proventrikulus merupakan pelebaran dari kerongkongan yang memproduksi pepsin untuk pencernaan protein dan memproduksi HCl untuk pencernaan lemak Lintasan pakan pada Proventrikulus sangat cepat masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga pakan belum sempat dicerna.
Gizzard panjangnya 8 cm dengan berat 54, 67 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanita (2014) yang menyatakan bahwa ventrikulus memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga mampu berkontraksi bila pakan masuk sehingga pakan akan digiling (Suprijatna et al., 2005)  Fungsi utama Gizzard yaitu memecah dan melumatkan, pakan yang sudah dipecah dan dilumatkan kemudian bercampur dengan air menjadi pasta yang dinamakan Chymne.
Usus halus panjangnya 147 cm dengan berat 33,07. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanita (2014) yang menyatakan bahwa enzim yang masuk dalam duodenum berfungsi mempercepat dan mengefisiensi proses pemecahan karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah proses absorbi (Suprijatna et al., 2005). Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati.
Seka panjangnya 17 cm dengan berat 3,07 gr, usus besar panjangnya 12 cm dengan berat 4,17 gr, kloaka panjangnya 5 cm dengan berat 15,50 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanita (2014) yang menyatakan bahwa Kloaka yang berbentuk bulat merupakan akhir saluran pencernaan dan saluran reproduksi bermuara. Organ-organ tertentu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi kedalam saluran pencernaan.

3.      Karkas
Karkas merupakan bagian-bagian dari ternak yang telah disembelih setelah kepala dan kaki dipisahkan lalu dikuliti dan isi perut dan isi dada dikeluarkan sehingga yang tinggal adalah daging yang masih melekat pada tulang, tanpa kepala, kaki, kulit dan jeroan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulkarnain (2012) yang menyatakan bahwa komponen karkas yang terdiri atas otot, lemak, kulit dan tulang memiliki kecepatan tumbuh yang berbeda-beda. Dari keempat komponen karkas tersebut komponen yang memiliki koefisien pertumbuhan relatif lebih kecil daripada satu adalah bagian tulang, sedangkan ketiga komponen lainnya memiliki koefisien pertumbuhan relatif terhadap bobot potong yang lebih besar daripada satu.
Tingkat persentase karkas itik yang berumur 12 minggu 0,44%  yang artinya lebih berat dibanding ayam broiler berumur 6 minggu yaitu hanya 0,43 ini disebabkan karena perbedaan jenis unggas dan umur. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggraeni (2000) menyatakan bahwa tidak serentaknya awal pertumbuhan dan kecepatan tumbuh dari bagian-bagian tubuh ternak akan menyebabkan perubahan proporsi dan distribusi komponen atau bagian tubuh. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perbedaan kecepatan pertumbuhan akan mempengaruhi distribusi bobot bagian-bagian tubuh atau komponen karkas.
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Berdasarkan  hasil pengamatan di laboratorium dapat disimpulkan bahwa Bagian-bagian organ pencernaan ayam  adalah mulut, oesophagus, crop, lambung kelenjar (proventrikulus), lambung otot (ventrikulus), usus halus (duodenum, jejenum dan ileum), seka, usus besar dan dan berakhir di kloaka. Sedangkan bagian-bagian organ pencernaan itik yaitu mulut, oesophagus, crop, lambung kelenjar (proventrikulus), lambung otot (ventrikulus), usus halus (duodenum, jejenum dan ileum), seka, usus besar dan dan kloaka.
2.      Organ pencernaan ayam broiler terdiri dari paruh yang berukuran sekitar 3 cm dengan berat 43 gr, tembolok panjangnya 6,2 cm dengan berat  7,85 gr, gizzard panjangnya 5 cm dengan berat 21,51 gr, usus halus panjangnya 174,5 dengan berat 33,33 gr, seka panjangnya 17,8 cm dengan berat 6,36 gr, usus besar panjangnya 10,5 dengan berat 1,89, kloaka panjangnya 1,3 cm dengan berat 27,99 gr. Pada organ pencernaan itik terdiri dari paruh yang panjangnya 6,5 cm dengan berat 64,30 gr, tembolok panjangnya 11 cm dengan berat 17,50 gr, proventrikulus panjangnya 6,5 cm dengan berat 7,43 gr, gizzard panjangnya 8 cm dengan berat 54, 67 gr, usus halus panjangnya 147 cm dengan berat 33,07, seka panjangnya 17 cm dengan berat 3,07 gr, usus besar panjangnya 12 cm dengan berat 4,17 gr, kloaka panjangnya 5 cm dengan berat 15,50 gr.
3.      Persentase karkas itik yang berumur 12 minggu yaitu 0,44% sedangkan ayam yang berumur 6 minggu memiliki persentase karkas 0,43%.
B.     Saran
Saran saya pada pratikum ini adalah sebaiknya pisau yang digunakan pada saat proses penyembelihan itu harus tajam sehingga proses penyembelihan hewan bisa berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA


Anggorodi. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Ternak unggas. Penerbit
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Anggraeni. 2000. Pertumbuhan alometri dan tinjauan morfologi serabut otot
dada (muscullus pectoralis dan muscullus supracoracoracorideus) pada
itik dan entok lokal. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Arifin, Bustanul. 2010. Agribisnis Berbasis Peternakan : Peluang Investasi yang
Terlupakan. http://www.indef.or.id/ xplod/upload/arts/agribisnis berbasis peternakan.Pdf. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Statistik Indonesia. Jakarta (ID). Badan Pusat
Statistik Indonesia.
Diamond. R. 2010. Pengaruh Penggunaan Kulit Nenas yang difermentasi dengan Probiotik Starbio dan disuplementasi Mineral Mix didalam Ransum terhadap Bobot Organ Pencernaan Ayam Broiler. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Direktorat Jenderal Bima Produksi Peternakan. 2017.
Direktorat Jendral Peternakan. 2005. Kebutuhan Gizi Itik Petelur dan Itik
Pedaging. http://Ditjennak.peternakan go.id. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
Gonzalez A, J.M., E. Jimenez-Moreno, R. Lazaro and G.G. Mateos, 2017. Effect of type of cereal, heat processing of the cereal and inclusion of fiber in the diet on productive performance and digestive traits of broilers. Poultry Sci., 86: 1705-1715
Hendra. 2009. Senta Itik Lampung. http://itikmania.blogspot.com/2009/11/
pertimbangan-dan-wacana.html. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
Hernandez F., J. Madrid, V. Farcia, J. Orengo and M.D. Megias. 2014. Influence of two plant extracts on broilers performance, digestibility, and digestive organ size. Poultry Sci.,83:169-74.
Hetland H., B. Svihus and M. Choct. 2015. Role of insoluble fiber on gizzard activity in layers. J. Appl. Poult. Res., 14: 38-46.
Huang Y., J.S. Yoo, H.J. Kim, Y. Wang, Y.J. Chen, J.H. Cho and I.H. Kim. 2018. Effect of bedding types and performance, visceral organ weight, and blood characteristics in broiler chickens. J. Appl. Poult. Res.,18: 1-7.
Irham, Muhammad. 2012. Pengaruh pengunaan enceng gondok (Eichornia
crassipes) fermentasi dalam ransum terhadap persentase karkas,
nonkarkas dan lemak abdominal itik lokal jantanb umur delapan minggu.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Jamal M. Abo Omar . 2015. Carcass composition and visceral organ mass of broiler chicks fed different levels of olive pulp. Journal of The Islamic University of Gaza 13 (2): 76-84.
Jull. 2011. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.
Khalid, H, 2011. Principles of Country Science Poutry Industry. Diala University College of Agriculture Dept. Of  Animal Resources, Hal. 62.
Mirnawati, B. Sukamto, dan V. D. Yunianto. 2014. Kecernaan protein, retensi nitrogen dan massa proteindaging ayam broiler yang diberi ransum daun murbei (Morus alba L.) yang difermentasi dengan cairan rumen.JITP , 3(1): 25-32.
Purba, M., Prasetyo LH. 2014. Rrespon pertumbuhan dan produksi karkas itik
pedaging EPMP terhadap perbedaan kandungan serat kasar dan protein
dalam pakan. JITV. 19(3) Th. 2014: 220-230.
Rasyaf, M. 2012. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ruhyat, K., dan Edjeng S. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 27
Samadi B. 2010. Sukses beternak ayam ras petelur dan pedaging. Pustaka Mina.
Jakarta.
Sentra Bisnis UKM. 2009. Prospek Pengembangan Ternak Itik. http://Sentra Bisnis UKM/2009/Prospek-Pengembangan-Ternak-Itik.html. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
Subekti, N.A., Syarifuddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2012. Kualitas Karkas (Berat Karkas, Persentase Karkas Dan Lemak Abdomen) Ayam Broiler
yang Diberi Kombinasi CPO (Crude Palm Oil) dan Vitamin C (Ascorbic Acid) dalam Ransum sebagai Anti Stress
. Maros. 426 hlm.
Suharno, B. 2010. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna, E, U, Atmomarsono. R, Kartasdjuanda. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna, E., Atmomarsono dan Kartasudjana. 2008. Ilmu Ternak Dasar Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susilorini, T.E. 2010. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yaman, M. A. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya, Depok, Jakarta.
Yasin, I. 2010. Pencernaan Serat Kasar pada Ternak Unggas. Fakultas Peternakan
Undaris Ungaran.
Yuwanta. T. 2014. Dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Laporan nutrisi ternak unggas (pengenalan organ pencernaan unggas) Laporan nutrisi ternak unggas (pengenalan organ pencernaan unggas) Reviewed by Faikatushalihat on July 12, 2020 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.