BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan
perunggasan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang memiliki komponen
lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir, dimana perkembangan usaha ini
memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan peternakan. Industri perunggasan
memiliki nilai strategis khususnya dalam penyediaan protein hewani untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan peluang ekspor. Industri perunggasan di
Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah
kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal, sehingga mampu
bersaing dengan produk-produk unggas luar negeri (Direktorat Jenderal Bima
Produksi Peternakan, 2017).
Pengetahuan
tentang sistem pencernaan ini diperlukan untuk dapat memahami berbagai proses
yang mungkin terjadi dalam Konversi pakan
menjadi produksi telur atau daging pada unggas. Efesiensi konversi pakan untuk produksi telur atau daging
tergantung pada Efesiensi proses-proses
pencernaan dan absorbsinya. Sistem pencernaan pada unggas berkembang sangat
sederhana namun dengan efektivitas tinggi. Hal ini sangat penting terkait
dengan kemampuan terbang tetap ringan.
Pencernaan
adalah proses perubahan secara fisik dan kimiawi
yang dialami oleh pakan (ransum) di dalam saluran pencernaan ternak.
Bagi unggas, di dalam mulut belum banyak terjadi proses pencernaan
walaupun unggas sudah berusaha dengan paruh memecah makanannya dan
saliva disekresikan oleh kelenjar maksilaris, platini, ptrigoidea dan
mandibularis. Pencernaan di tembolok adalah menampung makanan yang
masuk, pelunakan makanan dengan bantuan saliva dari kelenjar mulut,
esophagus dan tembolok. Pencernaan di lambung, proses pencernaan
terjadi di dalam proventikulus yaitu pencampuran makanan dengan getah
lambung. Proses di usus halus menghasilkan mucin berfungsi sebagai pelicin dan enzim sukrose memecah sukrosa menjadi glukosa. (Yasin, 2010).
yang dialami oleh pakan (ransum) di dalam saluran pencernaan ternak.
Bagi unggas, di dalam mulut belum banyak terjadi proses pencernaan
walaupun unggas sudah berusaha dengan paruh memecah makanannya dan
saliva disekresikan oleh kelenjar maksilaris, platini, ptrigoidea dan
mandibularis. Pencernaan di tembolok adalah menampung makanan yang
masuk, pelunakan makanan dengan bantuan saliva dari kelenjar mulut,
esophagus dan tembolok. Pencernaan di lambung, proses pencernaan
terjadi di dalam proventikulus yaitu pencampuran makanan dengan getah
lambung. Proses di usus halus menghasilkan mucin berfungsi sebagai pelicin dan enzim sukrose memecah sukrosa menjadi glukosa. (Yasin, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum pengenalan organ-organ
pencernaan agar dapat mengetahui bagian-bagian saluran
pencernaan dalam praktikum ilmu nutrisi unggas.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana cara mengetahui bagian-bagian organ
pencernaan ayam broiler dan itik?
2.
Bagaimana cara mengetahui panjang dan berat
organ pencernaan ayam dan itik?
3.
Bagaimana cara mengetahui pengukuran berat
hidup dan berat karkas ayam broiler dan itik?
C.
Tujuan
Praktikum
Tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui mengetahui bagian-bagian organ
pencernaan ayam broiler dan itik.
2.
Untuk mengetahui mengetahui panjang dan berat
organ pencernaan ayam dan itik.
3.
Untuk mengetahui pengukuran berat hidup dan
berat karkas ayam broiler dan itik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Ternak
Unggas
Unggas
merupakan ternak yang umum dipelihara
masyarakat karena waktu pemeliharaan yang singkat. Permintaan daging unggas
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan daging pada tahun
2012-2013 dari 2.658.123
ton menjadi 2.880.340 ton atau meningkat sebesar 8,36%.
Sebanyak 67,03%
permintaan daging Indonesia pada tahun 2013 dipenuhi dari daging
unggas yang
terdiri atas ayam ras pedaging 52%, ayam buras 11,10%, ayam ras petelur 2,68% dan
itik 1,26%.
Berdasarkan data tersebut, daging unggas memberikan kontribusi yang
besar dalam
memenuhi kebutuhan daging nasional (BPS 2014).
Ternak
unggas merupakan hewan Homeothermic yang prinsip dasarnya selalu sulit menyesuaikan
suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan dibandingkan dengan hewan Poikilotherm. Pada
kondisi suhu lingkungan tinggi maka ayam akan berusaha untuk menyeimbangkan suhu
tubuhnya (Thermoregulator) proses dengan
melepaskan panas ke lingkungan dengan cara konveksi, radiasi, konduksi dan Evaporasi.
Evaporasi merupakan indikator awal telah terjadinya stres panas, dilakukan oleh ayam dengan
cara Panting (terengah-engah) hal ini disebabkan karena ayam tidak memiliki kelenjar
keringat (Sudorific
gland) sehingga menimbulkan efek samping yang sangat merugikan secara Behaviour (tingkah laku),
fisiologis dan biokimiawi
(Subekti, et al., 2012).
1.
Ayam
Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan anatara
bangsa-bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi
terhadap produksi daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam ras unggul ini
merupakan Final stock yang didatangkan dari luar negeri (Samadi, 2010).
Menurut Samadi (2010), secara umum ayam ras memiliki faktor keturunan
atau faktor genetik yang baik itu umumnya bertubuh besar, memiliki
pertumbuhan yang cepat, produksi daging dan telur tinggi, serta memiliki daya
alih (konversi) pakan menjadi produk protein (daging dan telur) tinggi.
bangsa-bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi
terhadap produksi daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam ras unggul ini
merupakan Final stock yang didatangkan dari luar negeri (Samadi, 2010).
Menurut Samadi (2010), secara umum ayam ras memiliki faktor keturunan
atau faktor genetik yang baik itu umumnya bertubuh besar, memiliki
pertumbuhan yang cepat, produksi daging dan telur tinggi, serta memiliki daya
alih (konversi) pakan menjadi produk protein (daging dan telur) tinggi.
Ayam ras tersebut, yang paling banyak dibudidayakan oleh
masyarakat
adalah tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) dan tipe petelur (ayam ras
petelur atau layer). Oleh karena itu, di dalam masyarakat ayam ras hanya dikenal
dua tipe yaitu ayam ras pedaging dan tipe yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras
petelur (Samadi, 2010).
adalah tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) dan tipe petelur (ayam ras
petelur atau layer). Oleh karena itu, di dalam masyarakat ayam ras hanya dikenal
dua tipe yaitu ayam ras pedaging dan tipe yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras
petelur (Samadi, 2010).
Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama
ayam broiler adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan,
perkawinan, antara ayam jantan ras White cornish dari inggris dengan ayam
betina dari ras Plymouth rock 12 dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut
menghasilkan anak-anak ayam ras yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan
memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk daging yang tinggi, artinya
dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat
cepat. Namun, daya alih pakan menjadi telur sangat rendah. Oleh karena itu, ayam broiler lebih cocok atau menguntungkan bila diternakkan sebagai penghasil
daging. Hal ini dikarenakan dengan pakan yang hemat mampu mengubahnya
menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010).
ayam broiler adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan,
perkawinan, antara ayam jantan ras White cornish dari inggris dengan ayam
betina dari ras Plymouth rock 12 dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut
menghasilkan anak-anak ayam ras yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan
memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk daging yang tinggi, artinya
dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat
cepat. Namun, daya alih pakan menjadi telur sangat rendah. Oleh karena itu, ayam broiler lebih cocok atau menguntungkan bila diternakkan sebagai penghasil
daging. Hal ini dikarenakan dengan pakan yang hemat mampu mengubahnya
menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010).
Ayam broiler
adalah ayam muda jantan atau betina yang umumnya dipanen pada
umur 26-28 hari dengan tujuan sebagai penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen yang relatif singkat maka jenis ayam
ini mempersyaratkan pertumbuhan yang cepat, dada lebar yang disertai
timbunan daging yang baik, dan warna bulu yang disenangi, biasanya dipilih
warna putih (Ruhyat dan Edjeng, 2010).
Menurut Khalid (2011), yang
menyatakan bahwa taksonomi ayam adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Keluarga : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Keluarga : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
Subspesies : Neornithes
2.
Itik
Itik mempunyai keunggulan
daripada unggas lain diantaranya mampu mempertahankan produksi telur lebih lama
dibandingkan dengan ayam, itik mampu berproduksi dengan baik meskipun pemeliharaan
dengan sistem pengelolaan yang sederhana, itik lebih tahan penyakit sehingga
memiliki tingkat kematian yang rendah (Suharno, 2010).
Menurut (Susilorini, 2010) secara
Zoologi taksonomi itik sebagai
berikut:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Aves
Ordo :
Anseriformis
Famili :
Anatidae
Genus :
Anas
Spesies : Anas plathyrynchos
Subspesies : Anas versicolor
Ternak itik
merupakan penyumbang terhadap produksi telur nasional yang cukup signifikan, yakni sebagai
penyumbang kedua terbesar setelah ayam ras. Itik
berperan sebagai penghasil telur dan daging, sebanyak 19,35% dari 793.800 ton
kebutuhan telur di Indonesia diperoleh dari telur itik (Ditjennak, 2005). Ukuran
telurnya lebih besar dari telur ayam kampung, ternak itik mudah pemeliharaannya,
mudah beradaptasi dengan kondisi setempat serta merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat tani pedesaan.
berperan sebagai penghasil telur dan daging, sebanyak 19,35% dari 793.800 ton
kebutuhan telur di Indonesia diperoleh dari telur itik (Ditjennak, 2005). Ukuran
telurnya lebih besar dari telur ayam kampung, ternak itik mudah pemeliharaannya,
mudah beradaptasi dengan kondisi setempat serta merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat tani pedesaan.
Itik
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan unggas lain yaitu (1) dari segi laju
pertumbuhannya, ternak itik dapat tumbuh lebih cepat, (2) ternak itik diyakini jauh lebih tahan
terhadap penyakit, (3) dalam bentuk usaha peternakan rakyat, peternakan itik
dapat diusahakan dengan memanfaatkan peralatan yang amat sangat sederhana, (4)
dalam usaha peternakan itik yang diusahakan secara digembalakan (tradisional),
dapat memanfaatkan alam sekitar di mana banyak
terdapat sumber-sumber karbohidrat dan protein yang terbuang
sia-sia seperti sisasisa panen padi di sawah, cacing, ikan-ikan kecil di
sungai-sungai dan itik memiliki instink berkelompok (Flocking instinct) yang amat
kuat, sehingga dapat membantu dalam hal pengendalian terutama untuk model pemeliharaan
yang bersifat
ekstensif (digembalakan), (5) kulit telur itik pada umumnya lebih tebal yang mempunyai arti penting
dalam hal mengurangi resiko pecah atau retak terutama dalam penanganan (Product handling) dan
transportasi, (6) saat bertelur pada itik biasanya terjadi serentak pada pagi hari yaitu sebelum
matahari terbit, sehingga pengambilan telur dalam kandang bisa dilakukan dengan
satu kali saja. Hal
ini terjadi suatu penghematan tenaga kerja yang cukup berarti,
(7) kemampuan berproduksinya lebih lama, (8) secara umum harga produk ternak
itik baik untuk komoditi telur atau daging terasa lebih stabil dibandingkan dengan
jenis unggas lain. (Hendra, 2009)
(7) kemampuan berproduksinya lebih lama, (8) secara umum harga produk ternak
itik baik untuk komoditi telur atau daging terasa lebih stabil dibandingkan dengan
jenis unggas lain. (Hendra, 2009)
Itik pun
mempunyai beberapa prospek peluang usaha yang cukup menjanjikan yaitu (1) produksi ternak
itik 200-240 butir telur per ekor per tahun, dengan asumsi harga jual Rp 1.200
per butir, telur itik sangat potensial sebagai sumber pendapatan dan merupakan
usaha baru yang prospektif, disamping sebagai
sumber protein hewani keluarga petani, (2) permintaan pasar terhadap produk itik
(telur dan daging) secara nasional masih besar, untuk mengantisipasi lonjakan
permintaan tersebut, pemeliharaan itik secara tradisional maupun intensif layak
dikembangkan, (3) telur itik cukup disukai oleh pembeli, baik untuk dimakan
sehari-hari maupun sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan lainnya
seperti kue, (4) semakin naiknya kebutuhan masyarakat akan bahan pangan kaya
protein hewani, sebagai akibat membaiknya pendapatan dan pengetahuan gizi.
(Sentra Bisnis UKM, 2009)
sumber protein hewani keluarga petani, (2) permintaan pasar terhadap produk itik
(telur dan daging) secara nasional masih besar, untuk mengantisipasi lonjakan
permintaan tersebut, pemeliharaan itik secara tradisional maupun intensif layak
dikembangkan, (3) telur itik cukup disukai oleh pembeli, baik untuk dimakan
sehari-hari maupun sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan lainnya
seperti kue, (4) semakin naiknya kebutuhan masyarakat akan bahan pangan kaya
protein hewani, sebagai akibat membaiknya pendapatan dan pengetahuan gizi.
(Sentra Bisnis UKM, 2009)
Allah SWT berfirman
dalam surah Al-An’am/6: 38, yang berbunyi:
$tBur `ÏB 7p/!#y Îû ÇÚöF{$# wur 9ȵ¯»sÛ çÏÜt Ïmøym$oYpg¿2 HwÎ) íNtBé& Nä3ä9$sVøBr& 4 $¨B $uZôÛ§sù Îû É=»tGÅ3ø9$# `ÏB &äóÓx« 4 ¢OèO 4n<Î) öNÍkÍh5u crç|³øtä ÇÌÑÈ
Terjemahnya:
Dan Tidak ada binatang-binatang yang ada di
bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat
(juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian
kepada Tuhanlah mereka dikumpulkan.
Ayat diatas kaitannya dengan ternak puyuh yaitu Allah
telah menciptakan kepada kita ternak unggas untuk diambil manfaatnya, ternak
unggas yang banyak macamnya salah satunya yaitu ternak puyuh. Semua makhluk
yang ada di muka bumi baik mereka binatang terbang atau binatang yang berjalan
di darat, melainkan mereka itu juga merupakan umat seperti kita manusia. Allah
menyatakan bahwa Dia menguasai segala sesuatu, ilmu-Nya meliputi seluruh
makhluk yang ada. Dialah yang mengatur alam semesta, semua yang melata di muka
bumi, semua yang terbang di udara, semua yang hidup di lautan, sejak dari kecil
sampai yang besar, sejak dari yang nampak sampai kepada yang tidak nampak,
hanya Dialah yang menciptakan, dan mengembangkan mengatur dan memeliharanya. Dan
tidak ada satupun dari isi kitab yang bukan Tuhan yang menulisnya, dan kepada
Tuhanlah semua kelak dikembalikan.
B.
Organ
Pencernaan
Pencernaan merupakan proses untuk memperkecil ukuran partikel
makanan dan zat-zat makanan organik secara mekanik, enzimatik dan Microbial. Fungsi dari alat pencernaan
adalah untuk mencerna bahan makanan agar zat-zat yang terkandung didalamnya
dapat diserap oleh dinding usus halus melalui villi-villi dan masuk ke dalam
sirkulasi darah. Proses untuk memperkecil ukuran partikel makanan disebut
pencernaan, sedangkan pemasukan bahan makanan dapat dicerna melalui selaput
lendir usus disebut dengan penyerapan (Rasyaf, 2012).
Organ pencernaan merupakan bagian tubuh yang penting, dimana
makanan diproses dan diserap dalam organ ini. Apabila organ pencernaan bekerja
dengan baik dalam mencerna dan menyerap zat-zat makanan dan selanjutnya
diedarkan keseluruh tubuh, maka pertumbuhan yang optimal akan tercapai.
Organ-organ pencernaan tersebut dapat berkembang tiga kali lebih cepat selama
seminggu pertama setelah menetas dibandingkan minggu-minggu berikutnya,
sedangkan bobot badannya hanya dua kali lebih cepat (Diamond, 2010).
Sistem pencernaan pada ungggas adalah organ saluran pencernaan dan
organ aksesoris. Organ saluran pencernaan terdiri dari oesophagus, crop,
lambung kelenjar (Proventrikulus),
lambung otot (Ventrikulus), usus
(usus halus, besar dan buntu) dan berakhir dikloaka. Sedangkan organ aksesoris
terdiri dari hati, pancreas dan limfa ( Jull, 2011).
1.
Organ Pencernaan Ayam
Organ pencernaan ayam broiler terdiri
dari mulut, kerongkongan, tembolok, proventrikulus, rempela, usus halus, usus buntu (seka), usus
besar, kloaka dan anus. Pencernaan tambahan pada ayam salah satunya adalah hati
(Suprijatna et al., 2008).
a.
Mulut
Unggas
tidak mempunyai bibir, lidah, pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas dan bawah tersusun atas
lapisan tanduk, bagian atas dan bawah mulut dihubungkan ke tengkorak dan
berfungsi seperti engsel, paruh biasanya berukuran sekitar 3-4 cm. Lidah unggas
keras dan runcing seperti mata anak panah dengan arah ke
depan. Bentuk seperti kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorong makanan ke
oeshopagus sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang. Lidah berfungsi
untuk membantu menelan makanan. Kelenjar saliva mengeluarkan
sejenis mukosa yang berfungsi sebagai pelumas makanan untuk mempermudah masuk ke Oesophagus (Gonzales, 2017).
b.
Oesophagus
Merupakan
saluran memanjang berbentuk seperti tabung yang
merupakan jalan makanan dari mulut sampai permulaan tembolok dan perbatasan Pharynx pada bagian atas dan Proventriculus bagian bawah. Dinding dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan makanan untuk masuk ke tembolok. Setiap kali itik menelan secara otomatis Oesophagus menutup dengan adanya otot (Hernandez, 2014).
merupakan jalan makanan dari mulut sampai permulaan tembolok dan perbatasan Pharynx pada bagian atas dan Proventriculus bagian bawah. Dinding dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan makanan untuk masuk ke tembolok. Setiap kali itik menelan secara otomatis Oesophagus menutup dengan adanya otot (Hernandez, 2014).
c.
Crop
Mempunyai
bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang merupakan perbesaran dari Oesophagus,
panjang sekitar 6 cm dengan berat
rata-rata 6-7 gr. Pada bagian dindingnya terdapat banyak kelenjar mukosa
yang menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan. Crop berfungsi
menyimpan dan menerima makanan untuk sementara sebelum masuk ke Proventriculus
(Hetland, 2015).
d.
Proventriculus
Merupakan
perbesaran terakhir dari Oesophagus dan juga merupakan perut sejati dari
ayam, berukuran 11 cm dengan berat sekitar 9 gr. Juga merupakan kelenjar,
tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis, karena dindingnya disekresikan
asam klorida, pepsin dan getah lambung yang berguna mencerna protein.
e.
Gizzard
Berbentuk
oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah, panjang 4-6
cm dengan berat ± 20 gr. Bagian atas lubang pemasukkan berasal dari Proventriculus
dan bagian bawah lubang pengeluaran menuju ke Duodenum (Huang, 2018).
f.
Small intestine
Memanjang
dari Ventriculus sampai Large intestinum dan
terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum
berbentuk huruf V dengan bagian Pars descendens sebagai bagian yang turun
dan bagian Pars ascendens sebagai bagian yang naik, panjang ± 175 cm dengan berat 30 gr. Selaput mukosa pada dinding usus halus memiliki jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari yang berfungsi sebagai penggerak aliran pakan dan memperluas permukaan penyerapan nutrien (Jamal, 2015).
terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum
berbentuk huruf V dengan bagian Pars descendens sebagai bagian yang turun
dan bagian Pars ascendens sebagai bagian yang naik, panjang ± 175 cm dengan berat 30 gr. Selaput mukosa pada dinding usus halus memiliki jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari yang berfungsi sebagai penggerak aliran pakan dan memperluas permukaan penyerapan nutrien (Jamal, 2015).
g.
Ceca
Terletak diantara Small intestine (usus
kecil) dan Large intestine (usus
besar) dan pada kedua ujungnya buntu, maka disebut juga usus buntu. Usus
buntu mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon tinja. Fungsi utama ceca secara jelas belum diketahui tetapi di dalamnya terdapat sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air (Hetland, 2015).
besar) dan pada kedua ujungnya buntu, maka disebut juga usus buntu. Usus
buntu mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon tinja. Fungsi utama ceca secara jelas belum diketahui tetapi di dalamnya terdapat sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air (Hetland, 2015).
h.
Large intestine
berupa
saluran yang mempunyai diameter dua kali dari diameter Small intentine dan
berakhir pada kloaka. Usus besar paling belakang terdiri dari rektum yang
pendek dan bersambungan dengan kloaka. Pada Large intestine terjadi
reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur
keseimbangan air pada unggas (Mirnawati, 2014).
2.
Organ
Pencernaan Itik
Alat-alat
pencernaan itik umumnya sama dengan unggas lainnya, dan bila dibandingkan
dengan ayam hanya berbeda pada temboloknya. Hal ini terjadi karena leher itik
lebih panjang dibandingkan leher ayam (Yuwanta, 2014).
a.
Paruh
Pada paruh terdapat lidah yang
runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju Esophagus (Rasyaf,
2008). Makanan yang telah masuk oleh pergerakan lidah didorong masuk ke dalam Faring
yang kemudiian ditelan. Makanan yang terapung – apung di air ditelan dengan
bantuan alat penyaringan yang berupa Lamella paralel (Suprijatna et
al., 2005). Mulut menghasilkan saliva yang mengandung Amilase dan Maltase,
pemecahan bahan pakan di mulut sangat kecil terjadi karena mulut hanya sebagai
tempat lewatnya pakan (Yuwanta, 2014).
b.
Oesophagus
berbentuk pipa sebagai tempat pakan
sementara melalui saluran ini dari bagian belakang mulut ke proventrikulus
(Suprijatna et al., 2005). Esophagus merupakan saluran lunak dan
elastis yang mudah mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus
memanjang dari Faring hingga Proventrikulus kenudian melewati
tembolok (Yuwanta, 2014).
c.
Tembolok
Merupakan tempat menyimpan pakan
yang sedikit atau tidak terdapat proses pencernaan namun hanya pencampuran
sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan aktivitasnya di tembolok. Tembolok merupakan organ yang bebentuk kantung
dan merupakan daerah pelebaran dari Esophagus. Proses pencernaan di
dalam tembolok sangat kecil terjadi. Fungsi utama dari tembolok adalah sebagai
organ penyimpan pakan (Yaman, 2010). Crop/tembolok berfungsi
sebagai penampung sementara bagi makanan.
d.
Proventrikulus
Pada Proventrikulus tidak
terjadi pencernaan material pakan namun Proventrikulus merupakan
pelebaran dari kerongkongan yang memproduksi pepsin untuk pencernaan protein
dan memproduksi HCl untuk pencernaan lemak Lintasan pakan pada Proventrikulus
sangat cepat masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga pakan
belum sempat dicerna (Yuwanta, 2014).
e.
Gizzard
Disebut juga ventrikulus memiliki dua
pasang otot yang sangat kuat sehingga mampu berkontraksi bila pakan masuk
sehingga pakan akan digiling (Suprijatna et al., 2005) Fungsi
utama Gizzard yaitu memecah dan melumatkan, pakan yang sudah dipecah dan
dilumatkan kemudian bercampur dengan air menjadi pasta yang dinamakan Chymne
(Yuwanta, 2014).
f.
Duodenum
Enzim yang masuk dalam duodenum
berfungsi mempercepat dan mengefisiensi proses pemecahan karbohidrat, protein
dan lemak untuk mempermudah proses absorbi (Suprijatna et al., 2005).
Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari
hati (Yuwanta, 2014).
g.
Jejenum dan Illeum
Jejunum dan Illeum pada unggas sulit
dibedakan, sepanjang permukaan Jejenum dan Illeum terdapat vili
dan permukaannya terdapat mikrovili untuk melakukan absorbi hasil pencernaan
(Suprijatna, 2005). Pakan yang belum selesai diserap pada duodenum kemudian
dilanjutkan pada Jejunum dan Illeum sampai pada bahan pakan yang tidak
mampu lagi tercerna (Yuwanta, 2014).
h.
Sekum
Terdiri dari seca kanan dan seca
kiri. Dalam sekum terjadi penyerapan air dalam jumlah kecil dan karbohidrat
serta protein dicerna oleh bantuan beberapa bakteri (Suprijatna et al.,
2005). Di dalam sekum terjadi digesti serat kasar yang dilakukan
oleh bakteri pencerna serat kasar (Yuwanta, 2014).
i.
Kloaka
Kloaka yang berbentuk bulat
merupakan akhir saluran pencernaan dan saluran reproduksi bermuara. Organ-organ
tertentu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi kedalam
saluran pencernaan. Fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan. Organ tersebut
yaitu pankreas, hati, dan kantung empedu Urodeum dan Koprodeum
yang berhimpitan menyebabkan kloaka berfungsi sebagai tempat keluarnya sisa
pencernaan (Yuwanta, 2014).
C. Karkas
Komponen
karkas yang terdiri atas otot, lemak, kulit dan tulang memiliki
kecepatan tumbuh yang berbeda-beda. Dari keempat komponen karkas tersebut
komponen yang memiliki koefisien pertumbuhan relatif lebih kecil daripada satu adalah bagian tulang, sedangkan ketiga komponen lainnya memiliki koefisien pertumbuhan relatif terhadap bobot potong yang lebih besar daripada satu (Zulkarnain, 2012).
kecepatan tumbuh yang berbeda-beda. Dari keempat komponen karkas tersebut
komponen yang memiliki koefisien pertumbuhan relatif lebih kecil daripada satu adalah bagian tulang, sedangkan ketiga komponen lainnya memiliki koefisien pertumbuhan relatif terhadap bobot potong yang lebih besar daripada satu (Zulkarnain, 2012).
Anggraeni
(2000) menyatakan bahwa tidak serentaknya awal pertumbuhan
dan kecepatan tumbuh dari bagian-bagian tubuh ternak akan menyebabkan
perubahan proporsi dan distribusi komponen atau bagian tubuh. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa perbedaan kecepatan pertumbuhan akan mempengaruhi
distribusi bobot bagian-bagian tubuh atau komponen karkas.
dan kecepatan tumbuh dari bagian-bagian tubuh ternak akan menyebabkan
perubahan proporsi dan distribusi komponen atau bagian tubuh. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa perbedaan kecepatan pertumbuhan akan mempengaruhi
distribusi bobot bagian-bagian tubuh atau komponen karkas.
Bobot
karkas diperoleh dengan cara mengurangi bobot badan dengan darah, bulu, leher, kepala, shank
dan organ dalam kecuali paru-paru dan ginjal. Persentase karkas
merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan
bobot hidup yang sering digunakan sebagai pendugaan jumlah daging pada unggas (Irham, 2012).
bobot hidup yang sering digunakan sebagai pendugaan jumlah daging pada unggas (Irham, 2012).
Bagian-bagian
karkas itik yang cukup penting menjadi perhatian bagi setiap konsumen adalah proporsi bagian dada, paha, punggung dan sayap.
Bagian-bagian karkas tersebut juga merupakan bagian
yang spesial untuk diolah kemudian sebagai bahan sajian kepada para konsumen
(Purba, 2014).
Karkas ayam itu sendiri adalah ayam
yang sudah dibului, dipotong kepala dan kakinya, serta dibersihkan jeroannya
atau dengan kata lain yaitu berat bersih potongan tubuh ayam utuh tanpa bulu,
jeroan, kepala dan kaki. Ayam inilah yang dijual untuk siap diolah menjadi
berbagai macam masakan (Irham, 2012).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat
dilaksanakannya praktikum ini adalah pada hari Sabtu tanggal 16 Mei 2019 pukul 10.00-13.00 WITA di Laboratorium
Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
B.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Alat
Alat
yang digunakan dalam pratikum ini adalah alat tulis-menulis, gunting, meteran, Neraca analitik, pH meter, pisau dan timbangan.
2.
Bahan
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah ayam broiler dan itik.
C.
Metode
1. Persentase Organ
Pencernaan =
×
100 %
2.
Persentase Karkas =
×
100 %
D.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan
bahan
2. Menimbang BB hidup
ayam broiler dan itik
3. Menyembelih ternak
menghadap kiblat dan menyembelihnya dengan menggunakan pisau yang tajam
4. Membersihkan bulu
ayam broiler dan itik kemudian membelah dan memisahkan bagian organ dalam ayam
dan itik
5. Mengukur panjang
setiap organ dari paruh sampai kloaka
6. Memisahkan setiap
bagian organ-organ ayam broiler dan itik
7. Menimbang berat
karkas
8. Mencatat hasil
9. Mengambil gambar
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1.
Kondisi Digesta Dalam Setiap Organ Pencernaan
Tabel
1.1 Kondisi Fisik Bahan Pakan Pada Setiap Bagian Pencernaan Ayam Broiler
Nama Organ
|
Warna
|
Tekstur
|
Nilai pH
|
Paruh
|
Putih
|
Keras
|
5,63
|
Tembolok
|
Cokelat
|
Kasar
|
6,43
|
Proventrikulus
|
Putih
|
Halus
|
6,10
|
Ventrikulus
|
Kuning
|
Kasar
|
5,99
|
Usus Halus
|
Kuning pucat
|
Halus
|
5,82
|
Duodenum
|
Kuning pucat
|
Lunak dan halus
|
5,62
|
Jejenum
|
Hijau
|
Lunak dan halus
|
5,72
|
Ileum
|
Hijau
|
Lunak dan halus
|
5,65
|
Seka
|
Cokelat
|
Kasar
|
5,78
|
Usus Besar
|
Cokelat
|
Halus
|
5,81
|
Kloaka
|
Putih
|
Kasar
|
5,76
|
Sumber
: Laboratorium Ilmu Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.
Tabel
1.2 Kondisi Fisik Bahan Pakan Pada Setiap Bagian Pencernaan Itik
Nama Organ
|
Warna
|
Tekstur
|
Nilai Ph
|
Paruh
|
Hitam
|
Halus
|
7,03
|
Tembolok
|
Kuning Kecokelatan
|
Kasar
|
6,50
|
Proventrikulus
|
Kuning Kecokelatan
|
Sedikit halus
|
6,20
|
Ventrikulus
|
Kuning
|
Halus
|
6,19
|
Usus Halus
|
Kuning
|
Sangat halus
|
6,15
|
Duodenum
|
Kuning
|
Sangat halus
|
6,15
|
Jejenum
|
Kuning
|
Sangat halus
|
6,56
|
Ileum
|
Kuning
|
Sangat halus
|
6,70
|
Seka
|
Kuning Kecokelatan
|
Halus sekali
|
6,25
|
Usus Besar
|
Kuning Kecokelatan
|
Halus
|
6,46
|
Kloaka
|
Putih
|
Kasar
|
6,21
|
Sumber
: Laboratorium Ilmu Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.
2.
Pengukuran Organ Pencernaan Pada Ayam Broiler dan Itik
Tabel
2.1 Pengukuran Organ Pencernaan Ayam Broiler
Nama Organ
|
Berat
|
Panjang
(cm)
|
Persentase
Berat Hidup (gr)
|
|
Nilai pH
|
Paruh
|
43,79
|
3
|
34,08
|
|
7,06
|
Tembolok
|
7,85
|
6,2
|
6,11
|
|
7,21
|
Proventrikulus
|
9,81
|
11,6
|
7,63
|
|
7,34
|
Ventrikulus
|
21,51
|
5
|
16,74
|
|
7,17
|
Usus Halus
|
33,33
|
174,5
|
25,94
|
|
7,19
|
Duodenum
|
24,15
|
98
|
18,79
|
|
7,17
|
Jejenum
|
5,04
|
40
|
3,92
|
|
7,21
|
Ileum
|
4,14
|
36,5
|
3,22
|
|
7,17
|
Seka
|
6,36
|
17,8
|
4,95
|
|
7,22
|
Usus Besar
|
1,89
|
10,5
|
1,47
|
|
7,14
|
Kloaka
|
27,99
|
1,3
|
21,78
|
|
7,33
|
Sumber : Laboratorium Ilmu Peternakan
Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2019.
Tabel
2.2 Pengukuran Organ Pencernaan Itik
Nama Organ
|
Berat
|
Panjang
(cm)
|
Persentase
Berat Hidup (gr)
|
|
Nilai Ph
|
Paruh
|
64,30
|
6,5
|
44,19
|
|
7,03
|
Tembolok
|
17,50
|
11
|
12,03
|
|
6,98
|
Proventrikulus
|
7,43
|
6,5
|
5,11
|
|
7,02
|
Ventrikulus
|
54,67
|
8
|
37,57
|
|
6,88
|
Usus Halus
|
33,07
|
147
|
22,73
|
|
6,84
|
Duodenum
|
22,14
|
91
|
15,22
|
|
6,84
|
Jejenum
|
5,90
|
32
|
4,05
|
|
6,89
|
Ileum
|
5,03
|
24
|
3,45
|
|
7,2
|
Seka
|
3,07
|
17
|
2,11
|
|
6,85
|
Usus Besar
|
4,17
|
12
|
2,86
|
|
6,80
|
Kloaka
|
15,50
|
5
|
10,65
|
|
6,74
|
Sumber
: Laboratorium Ilmu Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.
3.
Pengukuran Berat Hidup dan Berat Karkas
Tabel
3.1 Pengukuran Berat Hidup dan Berat Karkas Ayam Broiler dan Itik
Jenis Ternak
|
Umur
(Minggu)
|
Berat (gr)
|
Persentase (%)
|
|
Unggas Hidup
|
Karkas
|
Karkas
|
||
Ayam
(Broiler)
|
6 Minggu
|
1,285
|
0,550
|
0,43
|
Itik
|
12 Minggu
|
1,455
|
0,640
|
0,44
|
Sumber
: Laboratorium Ilmu Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019.
A.
Analisis
Data
1.
Ternak Ayam Broiler
Persentase Karkas =
x 100%
=
x100%
= 0,43
2. Ternak
Itik
Persentase Karkas =
x 100%
=
x100%
= 0,44
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh bahwa:
1. Ayam
Organ pencernaan ayam
broiler terdiri dari paruh yang berukuran sekitar 3 cm dengan berat 43 gr. Hal
ini sesuai dengan pendapat Gonzales (2017) Yang menyatakan bahwa unggas tidak
mempunyai bibir, lidah, pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas dan
bawah tersusun atas lapisan tanduk, bagian atas dan bawah mulut dihubungkan ke
tengkorak dan berfungsi seperti engsel, paruh biasanya berukuran sekitar 3-4
cm. Lidah unggas keras dan runcing seperti
mata anak panah dengan arah ke depan. Bentuk seperti kail pada belakang
lidah berfungsi untuk mendorong makanan ke oeshopagus sewaktu lidah digerakkan
dari depan ke belakang. Lidah berfungsi untuk membantu menelan
makanan. Kelenjar saliva mengeluarkan sejenis mukosa yang berfungsi sebagai
pelumas makanan untuk mempermudah masuk ke Oesophagus.
Tembolok panjangnya 6,2 cm dengan berat 7,85 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Hetland (2015) yang menyatakan
bahwa tembolok mempunyai bentuk seperti
kantong atau pundi-pundi yang merupakan perbesaran dari Oesophagus, panjang sekitar 6 cm dengan berat rata-rata
6-7 gr. Pada bagian dindingnya terdapat banyak kelenjar mukosa yang
menghasilkan getah yang berfungsi untuk melembekkan makanan. Crop berfungsi
menyimpan dan menerima makanan untuk sementara sebelum masuk ke Proventriculus.
Gizzard panjangnya 5 cm
dengan berat 21,51 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Huang (2018) yang menyatakan bahwa ampela berbentuk oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada
bagian atas dan bawah, panjang 4-6 cm dengan berat ± 20 gr. Bagian atas lubang
pemasukkan berasal dari Proventriculus dan bagian bawah lubang
pengeluaran menuju ke Duodenum.
Usus halus panjangnya
174,5 dengan berat 33,33 gr Yuwanta (2014) yang menyatakan bahwa Enzim yang masuk
dalam duodenum berfungsi mempercepat dan mengefisiensi proses pemecahan
karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah proses absorbi (Suprijatna et
al., 2005). Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah
empedu dari hati.
Seka panjangnya 17,8 cm dengan berat 6,36 gr.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hetland (2015) yang
menyatakan bahwa seka terletak
diantara Small intestine (usus kecil) dan Large intestine (usus besar)
dan pada kedua ujungnya buntu, maka disebut juga usus buntu. Usus buntu
mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan berisi calon tinja. Fungsi utama ceca
secara jelas belum diketahui tetapi di dalamnya terdapat sedikit pencernaan
karbohidrat dan protein dan absorbsi air.
Usus besar panjangnya
10,5 dengan berat 1,89. Hal ini sesuai dengan pendapat berupa
saluran yang mempunyai diameter dua kali dari diameter Small intentine dan
berakhir pada kloaka. Usus besar paling belakang terdiri dari rektum yang
pendek dan bersambungan dengan kloaka. Pada Large intestine terjadi
reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh dan mengatur
keseimbangan air pada unggas (Mirnawati, 2014).
Kloaka panjangnya 1,3 cm dengan berat 27,99 gr. Hal
ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al
(2008) yang menyatakan bahwa organ pencernaan ayam broiler terdiri dari mulut,
kerongkongan, tembolok, proventrikulus, rempela, usus halus, usus buntu (seka), usus
besar, kloaka dan anus.
2. Itik
Organ pencernaan
itik terdiri dari paruh yang panjangnya 6,5 cm dengan berat 64,30 gr. Hal ini
sesuai dengan pendapat Yuwanita (2014) yang menyatakan bahwa pada paruh
terdapat lidah yang runcing yang digunakan untuk mendorong pakan menuju Esophagus
(Rasyaf, 2008). Makanan yang telah masuk oleh pergerakan lidah didorong masuk
ke dalam Faring yang kemudiian ditelan. Makanan yang terapung – apung di
air ditelan dengan bantuan alat penyaringan yang berupa Lamella paralel
(Suprijatna et al., 2005). Mulut menghasilkan saliva yang mengandung Amilase
dan Maltase, pemecahan bahan pakan di mulut sangat kecil terjadi karena
mulut hanya sebagai tempat lewatnya pakan.
Tembolok
panjangnya 11 cm dengan berat 17,50 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Yaman
(2010) yang menyatakan bahwa Merupakan tempat menyimpan pakan yang sedikit atau
tidak terdapat proses pencernaan namun hanya pencampuran sekresi saliva dari
mulut yang dilanjutkan aktivitasnya di tembolok. Tembolok merupakan organ yang bebentuk kantung
dan merupakan daerah pelebaran dari Esophagus. Proses pencernaan di
dalam tembolok sangat kecil terjadi. Fungsi utama dari tembolok adalah sebagai
organ penyimpan pakan. Crop/tembolok berfungsi sebagai penampung
sementara bagi makanan.
Proventrikulus panjangnya 6,5 cm dengan berat
7,43 gr. Hal ini san pendapat Yuwanita (2014) yang menyatakan bahwa pada Proventrikulus
tidak terjadi pencernaan material pakan namun Proventrikulus
merupakan pelebaran dari kerongkongan yang memproduksi pepsin untuk pencernaan
protein dan memproduksi HCl untuk pencernaan lemak Lintasan pakan pada Proventrikulus
sangat cepat masuk ke empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga pakan
belum sempat dicerna.
Gizzard
panjangnya 8 cm dengan berat 54, 67 gr. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanita
(2014) yang menyatakan bahwa ventrikulus memiliki dua pasang otot yang
sangat kuat sehingga mampu berkontraksi bila pakan masuk sehingga pakan akan
digiling (Suprijatna et al., 2005) Fungsi utama Gizzard
yaitu memecah dan melumatkan, pakan yang sudah dipecah dan dilumatkan kemudian
bercampur dengan air menjadi pasta yang dinamakan Chymne.
Usus halus
panjangnya 147 cm dengan berat 33,07. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanita
(2014) yang menyatakan bahwa enzim yang masuk dalam duodenum berfungsi mempercepat
dan mengefisiensi proses pemecahan karbohidrat, protein dan lemak untuk
mempermudah proses absorbi (Suprijatna et al., 2005). Duodenum merupakan
tempat sekresi enzim dari pankreas dan getah empedu dari hati.
Seka
panjangnya 17 cm dengan berat 3,07 gr, usus besar panjangnya 12 cm dengan berat
4,17 gr, kloaka panjangnya 5 cm dengan berat 15,50 gr. Hal ini sesuai dengan
pendapat Yuwanita (2014) yang menyatakan bahwa Kloaka yang berbentuk bulat
merupakan akhir saluran pencernaan dan saluran reproduksi bermuara. Organ-organ
tertentu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi kedalam
saluran pencernaan.
3.
Karkas
Karkas
merupakan bagian-bagian dari ternak yang telah disembelih setelah kepala dan
kaki dipisahkan lalu dikuliti dan isi perut dan isi dada dikeluarkan sehingga
yang tinggal adalah daging yang masih melekat pada tulang, tanpa kepala, kaki,
kulit dan jeroan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zulkarnain
(2012) yang menyatakan bahwa komponen karkas yang terdiri atas otot, lemak,
kulit dan tulang memiliki kecepatan tumbuh yang berbeda-beda.
Dari keempat komponen karkas tersebut komponen yang memiliki koefisien pertumbuhan
relatif lebih kecil daripada satu adalah bagian tulang, sedangkan ketiga
komponen lainnya memiliki koefisien pertumbuhan relatif terhadap bobot
potong yang lebih besar daripada satu.
Tingkat
persentase karkas itik yang berumur 12 minggu 0,44% yang artinya lebih berat dibanding ayam
broiler berumur 6 minggu yaitu hanya 0,43 ini disebabkan karena perbedaan jenis
unggas dan umur. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggraeni (2000) menyatakan
bahwa tidak serentaknya awal pertumbuhan dan kecepatan tumbuh dari
bagian-bagian tubuh ternak akan menyebabkan perubahan
proporsi dan distribusi komponen atau bagian tubuh. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perbedaan kecepatan pertumbuhan akan
mempengaruhi distribusi bobot bagian-bagian tubuh
atau komponen karkas.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium dapat
disimpulkan bahwa Bagian-bagian organ
pencernaan ayam adalah mulut,
oesophagus, crop, lambung kelenjar (proventrikulus), lambung otot
(ventrikulus), usus halus (duodenum, jejenum dan ileum), seka, usus besar dan
dan berakhir di kloaka. Sedangkan bagian-bagian organ pencernaan itik yaitu
mulut, oesophagus, crop, lambung kelenjar (proventrikulus), lambung otot
(ventrikulus), usus halus (duodenum, jejenum dan ileum), seka, usus besar dan
dan kloaka.
2. Organ
pencernaan ayam broiler terdiri dari paruh yang berukuran sekitar 3 cm dengan
berat 43 gr, tembolok panjangnya 6,2 cm dengan berat 7,85 gr, gizzard panjangnya 5 cm dengan berat
21,51 gr, usus halus panjangnya 174,5 dengan berat 33,33 gr, seka panjangnya
17,8 cm dengan berat 6,36 gr, usus besar panjangnya 10,5 dengan berat 1,89,
kloaka panjangnya 1,3 cm dengan berat 27,99 gr. Pada organ pencernaan itik
terdiri dari paruh yang panjangnya 6,5 cm dengan
berat 64,30 gr, tembolok panjangnya 11 cm dengan berat 17,50 gr, proventrikulus
panjangnya 6,5 cm dengan berat 7,43 gr, gizzard panjangnya 8 cm dengan berat
54, 67 gr, usus halus panjangnya 147 cm dengan berat 33,07, seka panjangnya 17
cm dengan berat 3,07 gr, usus besar panjangnya 12 cm dengan berat 4,17 gr,
kloaka panjangnya 5 cm dengan berat 15,50 gr.
3. Persentase karkas itik yang berumur 12 minggu yaitu 0,44% sedangkan
ayam yang berumur 6 minggu memiliki persentase karkas 0,43%.
B. Saran
Saran
saya pada pratikum ini adalah sebaiknya pisau yang digunakan pada saat proses
penyembelihan itu harus tajam sehingga proses penyembelihan hewan bisa berjalan
dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi.
1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Ternak
unggas. Penerbit
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Anggraeni.
2000. Pertumbuhan alometri dan tinjauan
morfologi serabut otot
dada (muscullus pectoralis dan muscullus supracoracoracorideus) pada
itik dan entok lokal. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
dada (muscullus pectoralis dan muscullus supracoracoracorideus) pada
itik dan entok lokal. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Arifin, Bustanul. 2010. Agribisnis Berbasis Peternakan : Peluang
Investasi yang
Terlupakan. http://www.indef.or.id/ xplod/upload/arts/agribisnis berbasis peternakan.Pdf. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
Terlupakan. http://www.indef.or.id/ xplod/upload/arts/agribisnis berbasis peternakan.Pdf. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
Badan
Pusat Statistik (BPS). 2014. Statistik Indonesia. Jakarta (ID). Badan
Pusat
Statistik Indonesia.
Statistik Indonesia.
Diamond.
R. 2010. Pengaruh Penggunaan Kulit Nenas
yang difermentasi dengan Probiotik Starbio dan disuplementasi Mineral Mix
didalam Ransum terhadap Bobot Organ Pencernaan Ayam Broiler. Fakultas
Peternakan Universitas Jambi.
Direktorat
Jenderal Bima Produksi Peternakan. 2017.
Direktorat Jendral Peternakan. 2005. Kebutuhan
Gizi Itik Petelur dan Itik
Pedaging. http://Ditjennak.peternakan go.id. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
Pedaging. http://Ditjennak.peternakan go.id. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
Gonzalez A, J.M., E. Jimenez-Moreno, R. Lazaro and G.G.
Mateos, 2017. Effect of type of cereal,
heat processing of the cereal and inclusion of fiber in the diet on productive
performance and digestive traits of broilers. Poultry Sci., 86: 1705-1715
Hendra.
2009. Senta Itik Lampung. http://itikmania.blogspot.com/2009/11/
pertimbangan-dan-wacana.html. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
pertimbangan-dan-wacana.html. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
Hernandez F., J. Madrid, V. Farcia, J. Orengo and M.D.
Megias. 2014. Influence of two plant
extracts on broilers performance, digestibility, and digestive organ size.
Poultry Sci.,83:169-74.
Hetland H., B. Svihus and M. Choct. 2015. Role of insoluble fiber on gizzard activity
in layers. J. Appl. Poult. Res., 14: 38-46.
Huang Y.,
J.S. Yoo, H.J. Kim, Y. Wang, Y.J. Chen, J.H.
Cho and I.H. Kim. 2018. Effect of bedding types and performance, visceral organ
weight, and blood characteristics in broiler chickens. J. Appl. Poult. Res.,18: 1-7.
Irham,
Muhammad. 2012. Pengaruh pengunaan enceng
gondok (Eichornia
crassipes) fermentasi dalam ransum terhadap persentase karkas,
nonkarkas dan lemak abdominal itik lokal jantanb umur delapan minggu.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
crassipes) fermentasi dalam ransum terhadap persentase karkas,
nonkarkas dan lemak abdominal itik lokal jantanb umur delapan minggu.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Jamal M.
Abo Omar . 2015. Carcass composition and
visceral organ mass of broiler chicks fed different levels of olive pulp.
Journal of The Islamic University of Gaza 13 (2): 76-84.
Jull.
2011. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Edisi keempat. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.
Khalid, H, 2011.
Principles of Country Science Poutry
Industry. Diala University College of Agriculture Dept. Of Animal Resources, Hal. 62.
Mirnawati, B. Sukamto, dan V. D. Yunianto. 2014. Kecernaan protein, retensi
nitrogen dan massa proteindaging ayam broiler yang diberi ransum daun murbei
(Morus alba L.) yang difermentasi dengan cairan rumen.JITP , 3(1): 25-32.
Purba,
M., Prasetyo LH. 2014. Rrespon
pertumbuhan dan produksi karkas itik
pedaging EPMP terhadap perbedaan kandungan serat kasar dan protein
dalam pakan. JITV. 19(3) Th. 2014: 220-230.
pedaging EPMP terhadap perbedaan kandungan serat kasar dan protein
dalam pakan. JITV. 19(3) Th. 2014: 220-230.
Rasyaf, M. 2012. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Ruhyat, K., dan Edjeng S. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 27
Samadi
B. 2010. Sukses beternak ayam ras petelur
dan pedaging. Pustaka Mina.
Jakarta.
Jakarta.
Sentra Bisnis
UKM. 2009. Prospek Pengembangan Ternak Itik. http://Sentra
Bisnis UKM/2009/Prospek-Pengembangan-Ternak-Itik.html. Diakses tanggal 21 Mei 2019.
Subekti,
N.A., Syarifuddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2012. Kualitas Karkas (Berat Karkas,
Persentase Karkas Dan Lemak Abdomen) Ayam Broiler
yang Diberi Kombinasi CPO (Crude Palm Oil) dan Vitamin C (Ascorbic Acid) dalam Ransum sebagai Anti Stress. Maros. 426 hlm.
yang Diberi Kombinasi CPO (Crude Palm Oil) dan Vitamin C (Ascorbic Acid) dalam Ransum sebagai Anti Stress. Maros. 426 hlm.
Suharno, B. 2010. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Suprijatna,
E, U, Atmomarsono. R, Kartasdjuanda. 2005. Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijatna, E.,
Atmomarsono dan Kartasudjana. 2008. Ilmu
Ternak Dasar Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susilorini, T.E. 2010. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Yaman,
M. A. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu
Panen. Penebar Swadaya, Depok, Jakarta.
Yasin,
I. 2010. Pencernaan Serat Kasar pada
Ternak Unggas. Fakultas Peternakan
Undaris Ungaran.
Undaris Ungaran.
Yuwanta.
T. 2014. Dasar Ternak Unggas.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Laporan nutrisi ternak unggas (pengenalan organ pencernaan unggas)
Reviewed by Faikatushalihat
on
July 12, 2020
Rating:
No comments: