BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tubuh tersusun dari berbagai macam organ yang memiliki fungsnya
masing-masing. Salah satu organ yang bentuknya kecil namun memiliki fungsi yang
amat besar adalah empedu yang bisa kita temukan di area tengah perut, tepatnya
di bawah hati. Fungsi empedu yang ditampung oleh kantung empedu adalah untuk
membantu sistem pencernaan dan juga ekskresi pada manusia.
Empedu mempunyai peranan penting pada
pencernaan makanan terutama lemak. Empedu hati, sebelum disekresi kelumen
intestinal lebih dahulu disimpan dikandung empedu. Kandung empedu akan
mengosongkan isinya selama proses pencernaan berlangsung di dalam intestin.
Empedu dan kelenjar pancreas bermuara
ditempat yang sama di dalam intestin. Pengosongan empedu dirangsang oleh hormon
kolesistokinin, salah satu komponen hormone
Boyliss dan Starling selama
berada di dalam kandung empedu, empedu akan mengalami proses pemekatan melalui
cara absorpsi air (Wane, 2012).
Fungsi cairan
empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama lemak. Cairan
empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus dan bercampur dengan
makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk ke
kantung empedu. Disini sebagian air akan diserap atau dibuang, sehingga
cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk
mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari hati tadi (Arjuna, 2008).
Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa
yang penting, diantaranya garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol
dan garam-garam anorganik. Garam empedu merupakan berperan dalam absorpsi lemak
dan vitamin-vitamin A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Garam empedu
merendahkan tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan
demikian akan memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi
dengan asam lemak menghasilkan senyawa
kompleks yang lebih mudah larut dan mudah
terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis (Arjuna, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka
dilakukan percobaan empedu dengan beberapa test yang diujikan yaitu Gmellin’s test, Roesenbach Modification Gmellin’s test dan
Smith test.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum kali
ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana cara mengetahui pigmen uji Gmellin’s test ?
2.
Bagaimana cara mengetahui pigmen uji Roesenbach
Modification Gmellin’s test ?
3.
Bagaimana cara mengetahui pigmen uji Smith
test ?
C. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum
kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pigmen uji Gmellin’s test.
2.
Untuk mengetahui pigmen uji Roesenbach Modification Gmellin’s test.
3.
Untuk mengetahui pigmen uji Smith test
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Empedu
Empedu adalah organ kecil yang terletak di dekat
pertengahan perut daerah tubuh. Empedu merupakan zat yang membantu
dalam pencernaan lemak. Lemak tidak larut dalam air, sehingga dalam rangka
untuk mengemulsi lemak khusus sesuatu yang diperlukan. Cairan
bersifat basa yang
pahit dan berwarna hijau kekuningan karena mengandung pigmen Bilirubin, Biliverdin, dan Urobilin, yang disekresikan oleh Hepatosit hati pada
sebagian besar vertebrata.
Setiap harinya cairan empedu disekresikan oleh hati sebanyak 500-1000 cc dimana
sekresinya berjalan terus menerus, jumlah yang disekresikan akan meningkat jika
mencerna lemak (Anion, 2013).
Kandungan empedu merupakan kantong
otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan empedu (cairan pencernaan berwarna
kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati). Empedu mengalir dari hati melalui Duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu
keduanya bergabung membentuk Duktus
hepatikus utama bergabung dengan saluran yang berasal dari kantung empedu (Duktus sistikus) membentuk saluran
empedu utama. Saluran empedu utama masuk ke usus bagian atas pada Sfingter oddi, yang terletak beberapa
centimeter di bawah lambung (Purnama, 2012).
Menurut
Purnama (2012), lapisan
empedu (kantong) terdiri dari lapisan luar serosa/pariental, lapisan otot
bergaris, lapisan dalam mukosa/viseral yang disebut juga membran mukosa. Bagian-bagian
dari kantong empedu adalah sebagai berikut:
1.
Fundus
vesika felea, merupakan bagian kantong empedu yang paling akhir setelah
korpus vesika felea.
2.
Korpus
vesika felea, bagian dari kantong empedu yang dalamnya berisi getah
empedu (cairan empedu).
3.
Leher kandung kemih, merupakan leher dari
kantng empedu yaitu saluran pertama masuknya getah empedu ke kantong empedu.
4.
Duktus
sistikus, panjangnya 3 cm berjalan dari leher kantung empedu dan
bersambung dengan duktus hepatikus, pembetuk saluran empedu ke duodenum.
5.
Duktus
hepatikus, saluran keluar dari leher.
6.
Duktus
keledokus, saluran yang membawa getah empedu ke duodenum.
B.
Kandungan
Empedu
Cairan empedu terdiri dari asam
empedu, protein, garam empedu, kalsium dan
lemak. Fungsi dari cairan empedu adalah untuk membentuk penyerapan lemak, dan
vitamin A, D, E dan K. Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning,
agak kental dan mempunyai rasa pahit. Cairan empedu mengandung zat-zat
anorganik, yaitu HCO3, Cl-, Na+ dan K+
serta zat-zat organik, yaitu asam-asam empedu, Bilirubin dan kolesterol. Asam-asam empedu yang penting ialah asam
kolat dan asam deoksikolat. Beberapa fungsi asam empedu antara lain: sebagai
emulgator dalam proses pencernaan lemak dalam usus; dapat mengaktifkan lipase
dalam cairan pancreas; membantu mengadsorbsi asam-asam lemak, kolesterol,
vitamin D dan K serta karoten; sebagai perangsang aliran cairan empedu dari
hati; dan menjaga agar kolesterol tetap larut dalam cairan empedu sebab bila
perbandingan asam empedu dengan kolesterol rendah, akan menyebabkan terjadinya
beberapa endapan kolesterol (Purnama, 2012).
Garam empedu bersifat digestif dan
memperlancar kerja enzim dan memperlancar kerja enzim lipase dalam memecah
lemak. Garam empedu juga membantu pengabsorpsian lemak yang telah dicernakan
(gliserin dan asam lemak) dengan cara menurunkan tegangan permukaan dan
memperbesar daya tembus endothelium yang menutupi vili usus (Murray, 2009).
Dalam empedu terdapat
senyawa-senyawa yang penting, diantaranya garam empedu, zat warna empedu, Lesitin, Cholesterol dan garam-garam anorganik. Garam-garam empedu berperan
dalam absorpsi lemak dan vitamin-vitamin A, D, E dan K yang larut dalam lemak.
Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan mempermudah daya mengemulsi
lemak. Dengan demikian akan mempermudah kerja Lipase, lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam lemak
menghasilkan senyawa kompleks yang lebih mudah larut dan mudah terabsiorpsi
sebagai hasil proses Lipolisis
(Panil, 2008).
Garam empedu dibentuk di hati dari
kolesterol melalui reaksi yang menyebabkan Hidroksilasi
inti Steroid dan memutus rantai sisi. Dalam
reaksi pertama, terjadi penambahan sebuah gugus α-Hidroksil kekarbon 7 (di sisi α pada cincin β). Aktivasi 7 α-Hidroksilase yang mengkatalisis reaksi penentu
ini ditekan oleh adanya garam-garam empedu. Pada reaksi berikutnya, terjadi
reduksi ikatan rangkap dan mungkin terjadi hidroksilasi tambahan. Dihasilkan
dua kelompok senyawa yang berbeda. Satu kelompok memiliki gugus α-hidroksi diposisi 3,7 dan 12 dan
menghasilkan seri Asam Kenakalat.
Melalui reaksi Oksidasi 3 Karbon dikeluarkan dari rantai sisi. Fragmen-5-karbon sisanya yang melekat ke struktur cincin memiliki sebuah gugus
Karboksi (Panil, 2008).
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian
sel darah merah yang tua. Bilirubin
disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaimana
hati menjadi semakin rusak, Bilirubin
total akan mengikat sebagian dari Bilirubin
total termetabolisme dan bagian ini disebut sebagai Bilirubin langsung. Bilirubin
mengandung bahan pewarna, yang member warna pada kotoran (Arifin, 2013).
Bilirubin yang terbentuk di jaringan perifer
akan diangkut ke hati oleh albumin plasma. Metabolisme Bilirubin lebih lanjut terjadi dihati. Peristiwa metabolisme ini
dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu ambilan Bilirubin
oleh sel parenkim hai, konjugasi Bilirubin dalam Reticulum endoplasma
halus, dan sekresi Bilirubin terkonjugasi
ke dalam empedu (Tjoeliends, 2011).
C.
Pembentukan Empedu
Cairan empedu dibuat dalam hati dan
disimpan dalam kantung empedu apabila tidak digunakan. Kantung empedu ini
terdapat melekat pada hati. Pada waktu ada proses pencernaan makanan kantung
empedu berkontraksi, dan mengeluarkan cairan empedu ke dalam Duodenum, melalui saluran yang menyatu
dengan saluran cairan pangkreas pada bagian akhir (Purnama, 2012).
Cairan empedu merupakan cairan
jernih, berwarna kuning agak kental dan mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam
dihasilkan cairan empedu sebanyak 500 ml sampai 700 ml dan mempunyai pH antara 6,9
sampai 7,7 kontraksi dan pengenduran kantung empedu diatur oleh hormone
kolesistokonin yang dibentuk dalam sel usus, sebagai akibat adanya makanan yang
masuk ke dalam usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu mengandung
zat-zat organik yaitu HCO3-, Cl-, Na+ dan
K+ serta zat-zat organik yaitu asam-asam empedu, Bilirubin dan Kolesterol (Purnama, 2012).
Pigmen-pigmen
empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel-sel darah merah oleh
sistem Retikuloendotelial dari hati,
limpa dan sumsum tulang. Pigmen empedu yang utama adalah Biliverdin, yang berwaran hijau dan Bilirubin yang berwarna jingga/kuning dan coklat. Oksidasi pigmen
empedu oleh berbagai pereaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna,
misalnya Mesobiliverdin (hijau hingga
biru), Mesobilirubin (kuning) dan Mesobilisianin (hijau hingga ungu) (Tjouliends, 2011).
Hati melakukan berbagai fungsi
penting dalam tubuh termasuk produksi empedu, suatu campuran zat penting yang
disimpan dalam kantung empedu sampai diperlukan. Empedu tidak mengandung enzim
pencernaan, tetapi mengandung garam empedu, yang bertindak sebagai deterjen dan
membantu dalam pencernaan dan penyerapan lemak, empedu juga mengandung pigmen yang
merupakan hasil sampingan perusakan sel darah merah dalam hati pigmen empedu
ini dikeluarkan dari tubuh bersama-sama dengan fases (Panil, 2008).
Empedu dihasilkan oleh hati. Garam
empedu yang dihasilkan memecah agregat lemak hingga memperbesar luas permukaannya.
Bentuk micelles (Agregat dari asam
lemak, kolesterol dan monogliserida) yang dihasilkannya membuat lemak dapat
larut dalam air. Hal ini penting dalam mempercepat proses pencernaan lemak.
Pentingnya proses pemecahan lemak dapat larut dalam air. Hati dan kantung
empedu adalah dua bagian yang tak terpisah saat kita membahas tentang empedu
(Ilham, 2013).
Menurut Panil (2008), fungsi utama dari empedu itu
sendiri ada dua yaitu: berperan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak,
pencernaan lemak ini dilakukan oleh asam empedu dalam dua tahap yaitu sebagai
berikut:
1. Membantu mengemulsi partikel lemak
besar menjadi kecil, sehingga biasa diserang enzim lipase yang disekresikan
oleh enzim pancreas.
2. Membantu transfor dan absorpsi
produk akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui membrane mukosa intestinal.
Kedua asam empedu adalah alat untuk
mengeluarkan produk buangan darah seperti Bilirubin
dan kelebihan kolesterol yang dibentuk oleh sel hati. Kandungan empedu
merupakan kantong berbentuk seperti buah alpokat yang terletak tepat di bawah
lobus kanan inti. Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke
dalam saluran empedu yang kecil di hati. Saluran empedu yang kecil-kecil
tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari
permukaan bawah hati sebagai Duktus
hepatikus kanan dan kiri, yang akan bersatu membentuk duktushepatikus
komunis. Duktus hepatikus komunis
bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Pada banyak orang,
Duktus koledokus bersatu dengan
duktus pankretikus membentuk ampula vateri sebelum bermuara ke usus halus.
Bagian terminal dari kledua saluran dan ampela dikelilingi oleh serabut otot Sirkula, dikenal sebagai Sfingar oddi (Panil, 2008).
Menurut Fhianurma (2012), asam-asam empedu yang penting
ialah asam kolat dan asam deoksi kolat, beberapa fungsi asam empedu antara lain
yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai emulgator dalam proses
pencernaan lemak dalam usus
2. Dapat mengaktifkan lipase dalam
cairan pancreas
3. Membantu obsorpsi asam-asam lemak,
kolesterol, vitamin D dan K serta karoten
4. Sebagai perangsang aliran cairan
empedu dari hati
5. Menjaga agar kolesterol tetap larut
dalam cairan empedu sebab bila perbandingan asam empedu dengan kolesterol
rendah akan menyebabkan terjadinya endapan kolesterol.
Hati merupakan tempat terjadinya
biosintesa prottrombin dan fibrinogen persyaratan yang mempengaruhi hati
seperti hepatitis dan alkoholisme menahun dapat mempengaruhi proses
pengumpalan. Vitamin K diperlukan untuk biosintesa protrombin dan kekurangan
terhadap vitamin yang larut dalam lemak ini dapat diperpanjang waktu
pengumpalannya. Hati merupakan kedudukan utama bagi metabolisme asam-asam amino
(Ilham, 2013).
Empedu adalah produk
hati yang mempunyai warna kuning kehijauan dan biasanya memiliki reaksi basa. Kandungan
getah empedu dalam vesika fellea adalah air (83,92%), zat-zat padat (14,08%),
asam empedu (9,14%), musin dan pigmen (2,98%), kolesterol (0,26%), asam lemak
(0,62%), garam-garam anorganik (0,56%), sedangkan berat jenis empedu adalah
1,04%. pH empedu berkisar antara 6,9 – 7,7 pada vesika fellea. Sementara itu
saluran empedu ekstrak hepatik mempunyai fungsi utama mengumpul dan memekatkan
empedu ke dalam duodenum (Panil,
2008).
Zat warna pada empedu berasal dari
pemecahan hemoglobin pada butir darah merah. Beberapa zat warna itu adalah biliverdin (hijau) dan bilirubin (orange, kuning, cokelat). Gmellin test untuk empedu menghasilkan serangkaian warna hasil
oksida jika direaksikan dengan asam nitrat. Asam
nitrat mengoksidasi empedu menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna yang
diperoleh berwarna ungu (Arjuna, 2008).
Pengujian Gmellin yang
merupakan nama dari
ilmuan Inggris. Prinsip pengujian ini meliputi reaksi antara bilirubin dengan
HNO3 yang akan menghasilkan larutan berwarna sesuai dengan
konsentrasi HNO3
yang dipakai. Jika kita
mengunakan HNO3 pekat (95%) maka akan terbentuk
larutan merah muda. Pengujian pettenkoffer akan membuktikan
adanya garam dan asam empedu yang terkandung di dalamnya. Prinsip pengujian ini adalah
garam pada empedu akan diasamkan oleh H2SO4 dan adanya
hasil kondensasi
heksosa dari sukrosa
akan bereaksi dengan asam empedu membentuk kompleks warna merah
di antara 2 lapisan yang terbentuk. Pengujian empedu lainnya yaitu mengetahui
sifat pengemulsi lemak dari cairan empedu. Sifat ini
wajib dimiliki cairan empedu. Hal ini berkaitan dengan fungsinya dalam
pencernaan
makanan di dalam tubuh
yaitu sebagai pencerna lemak (Anion, 2012).
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Waktu dan
tempat dilaksanakannya praktikum kali ini yaitu pada hari Senin tanggal 17 Desember 2018, pukul 13.45-15.30 WITA, bertempat di Laboratorium Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:
1.
Alat
Alat yang
digunakan pada praktikum ini yaitu pipet tetes, tabung reaksi dan rak tabung.
2.
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu asam nitrat pekat, aquades, alkohol 0,5
% dan empedu.
C. Prosedur Kerja
Prosedur
kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Gmellin’s
test
a.
Menyiapkan
alat dan bahan
b.
Memasukkan
larutan asam nitrat
c.
Menambahkan
empedu 2 ml
d.
Mengamati
apa yang terjadi
e.
Mencatat
hasilnya
a.
Menyiapkan
alat dan bahan
b.
Membasahi
kertas saring dengan aquades 2-3 tetes
c.
Menetesi
empedu
d.
Menambahkan
1-2 tetes asam nitrat pada kertas saring tersebut
e.
Mengamati
apa yang terjadi
f.
Mencatat
hasilnya.
3.
Smith test
a.
Menyiapkan
alat dan bahan
b.
Memasukkan
cairan empedu
c.
Menetesi
beberapa tetes larutan alkohol 0,5 %
d.
Mengamati
apa yang terjadi
e.
Mencatat
hasilnya.
B. Pembahasan
Adapun
pembahasan dari pengamatan diatas adalah sebagai berikut:
1.
Gmellin’s
test
Pada
tabung pertama untuk empedu pekat, tabung reaksi yang berisi HNO3
pekat berwarna bening setelah penambahan empedu pekat menghasilkan larutan warna
coklat, cincing, ungu, hijau muda, hijau pekat dan larutan hijau muda. Pada tabung kedua
untuk empedu encer, tabung reaksi yang berisi HNO3 pekat berwarna
bening setelah penambahan empedu encer terdapat cincin berwarna coklat, keruh dan cincing ungu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
percobaan empedu dengan uji Gemllin’s
test ini setelah penambahan larutan HNO3
pekat terdapat cincin yang berwarna hijau tua dan larutan hijau muda.
Sehingga gemllin’s tes untuk percobaan empedu menghasilkan serangkaian warna
yang disebabkan oleh hasil oksidasi jika direaksikan dengan asam nitrat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sulkifli
(2014), yang menyatakan bahwa,
zat warna
pada empedu berasal dari pemecahan hemoglobin pada butir darah merah. Beberapa
zat warna itu adalah biliverdin (hijau) dan bilirubin (orange, kuning,
cokelat). Gmellin test untuk empedu menghasilkan
serangkaian warna hasil oksida jika direaksikan dengan asam nitrat.
2. Roesenbach Modification
Gmellin’s Test
Pada cawan petri
yang dilapisi kertas saring serta ditetesi aquades dan ditambahkan larutan
empedu pekat sebanyak 1
ml menghasilkan warna coklat, ungu, dan hijau pekat. Sedangkan yang ditetesi aquades dan ditambahkan larutan
empedu encer menghasilkan warna putih dan coklat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan empedu dengan uji Roesenbach Modification Gmellin’s test
ini, setelah penyaringan warna yang dihasilkan adalah warna coklat,
ungu dan hijau pekat. Hal
ini disebabkan karena
pada saat penyaringan
mendapatkan pigmen yang lebih spesifik karena kandungan empedu yang diperoleh
larutan berwarna hijau disebabkan karena dipengaruhi oleh kertas saring.Hal
ini sesuai dengan pendapat Anion
(2013) yang menyatakan
bahwa, asam nitrat mengoksidasi empedu menyebabkan perubahan
warna. Pada penyaringan berfungsi untuk mendapatkan pigmen yang lebih spesifik
karena kandungan empedu yang diperoleh larutan berwarna hijau.
3. Smith test
Pada
tabung reaksi yang berisi 1
ml larutan empedu dan ditambakan alkohol 0,5 % terdapat cincin yang berwarna
hijau. Dapat disimpulkan bahwa percobaan
empedu dengan uji Smith
test ini setelah penambahan larutan
alkohol 0,5 % terdapat cincin yang berwarna hijau. Hal ini disebabkan
karena adanya pigmen empedu yang utama adalah Biliverdin,
yang berwaran hijau dan Bilirubin
yang berwarna jingga/kuning coklat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tjouliends (2011),
yang menyatakan bahwa pigmen
empedu yang utama adalah Biliverdin,
yang berwaran hijau dan bilirubin yang berwarna jingga/kuning coklat. Oksidasi
pigmen empedu oleh berbagai pereaksi akan menghasilkan suatu turunan yang
berwarna, misalnya mesobiliverdin (hijau hingga biru), Mesobilirubin
(kuning) dan Mesobilisianin
(hijau hingga ungu).
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pigmen
pada percobaan Gmillin’s test yaitu pada
tabung pertama untuk empedu pekat, tabung reaksi yang berisi HNO3
pekat berwarna bening setelah penambahan empedu pekat menghasilkan larutan
busa, hitam, cokelat, orange dan cokelat bening. Pada tabung kedua untuk empedu
encer, tabung reaksi yang berisi HNO3 pekat berwarna bening setelah
penambahan empedu encer menghasilkan larutan terdapat cincin, busa dan cokelat.
2.
Untuk mengetahui pigmen pada empedu dilakukan uji Roesenbach modification Gmellin’test dengan
menggunakan laruta empedu pekat yang ditetesi dengan HNO3 peka mka akan mengalami perubahan
warna.
3.
Pada uji Smith Test
duntuk mengetahui pigmen dengan cara lerutan empedu ditambahkan dengan larutan
Alkohol 0,5 % maka akan mengalami perubahan warna.
B.
Saran
Saran yang dapat saya sampaikan yaitu sebaiknya sebelum
melakukan praktikum bahan yang akan digunakan disediakan sesuai dengan
praktikum yang akan dilakukan agar tidak menghambat jalannya praktikum
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anion, 2013. Biologi
Hati dan Kandungan Empedu.Apotik online dan media informasi obat-penyakit::
medicastore.com. (17 Desember 2018).
Arjuna, 2008. Biokimia Nutrisi. Malang: Bayumedia.
Arifin.
2013. Biologi Edisi Ke-3 Jilid 5. Jakarta:
Erlangga
Fhianurma. 2012. Pengertian Empedu. http://bereaksi-dengan-blog-pengertian-empedu.html. (17 Desember
2018)
Purnama. 2012.
Ikhtisar Biokimia Dasar A. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ilham.
2013. Empedu. http://ilhamkimia.blogspot.com/2013/04/empedu.html.
Murray
RK, Graner DK, Rodwell VW. 2009. Biokimia
Harper edisi 27. EGC: Jakarta.
Panil, Zulbadar. 2008. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar Medis. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Sulkifli.
2014. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Tjouliends.
2011. Laporan Praktikum Biokomia Uji
Gmelin. http://Laporan-Praktikum-Biokimia-Uji-Gmelin.blog.com.html. (16 Desember 2018)
Wane.
2012. Kandungan Empedu, Komposisi Empedu
dan Fungsi. http://kandungan-empedu-kompoisisi-dan-fungsi-empedu/
catatan wane berbagi- informasi.html. (16 Desember 2018).
Laporan praktikum biokimia nutrisi ternak (empedu)
Reviewed by Faikatushalihat
on
July 14, 2020
Rating:
No comments: