KATA PENGANTAR
Alhamdulilahi
Rabbil’alamin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan semesta alam
yang telah melimpahkan karuniaNya kepada kita semua, sehingga dengan berkat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Shalawat serta salam tak lupa pula kami kirimkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menujun zaman yang terang benderang yang dihiasi oleh imam, islam dan ihsan.
Dan tak lupa pula kami
ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada bapak Nur Hidayat, S.Pt,. M.Pt yang telah memberi kami tugas untuk
membuat makalah ini. Dan kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu kami. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
kita semua. Makalah ini berisikan tentang Vitamin dan Mineral
Kami menyadari
sepenuhnya banyak kekurangan dan keterbatasan, meskipun telah di sertai dengan
usaha yang maksimal sesuai dengan kemampuan yang telah kami miliki. Oleh karna
itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat di harapkan untuk perbaikan
makalah yang akan datang. Dengan ini kami berharap semoga makalah ini semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbil’alamin.
Samata, 26 April
2019
Faikatushalihat
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Vitamin adalah sekelompok senyawaorganikamina berbobot
molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. . Diketahui
bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh
untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.Vitamin ada 2 macam yaitu
larut dalam lemak ( A,D,E dan K) serta vitamin yang larut dalam air ( B
kompleks dan C) yang masing-masing memiliki peranan penting. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan
hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh
melalui suplemen
makanan.
Fosfor Mineral merupakan nutrisi mikro berbentuktuk senyawa anorganik yang
menyusun kurang lebih 4% tubuh unggas. Secara garis besar mineral yang berperan
penting dalam proses fisiologis ternak dibedakan menjadi mineral essensial
makro dan mineral essensial mikro. Mineral essensial makro terdiri
dari kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K) dan fosfor
(P) sangat diperlukan untuk membangun tubuh dan pertumbuhan ternak. Mineral
esensial mikro meliputi zat besi (Fe), Tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn) dan
iodium (I) berfungsi dalam aktivitas system enzim dan hormon dalam proses pertumbuhan
ternak serta pembentukan darah.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian vitamin dan mineral?
2. Apa manfaat vitamin dan mineral bagi
ternak unggas?
3. Apa saja gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat kekurangan
vitamin dan mineral?
C.
Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan
vitamin dan mineral.
2. Mengetahui manfaat vitamin dan
mineral bagi ternak unggas.
3. Mengetahui apa saja gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat kekurangan
vitamin dan mineral.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Vitamin
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah suatu
zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang berfungsi untuk
mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh, yang tidak dapat dihasilkan
oleh tubuh. Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula
memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh
dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah
sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh
kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Vitamin sebagai salah satu bagian dari nutrisi mikro,
memiliki peranan yang tidak kalah besar dibandingkan dengan jenis nutrisi
lainnya. Secara
garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
1.
Vitamin
Larut Lemak
a.
Vitamin
A
Vitamin ini sering disebut sebagai retinol. Secara umum Vitamin A dapat
ditemukan dalam tepung ikan dan jagung. Vitamin A berfungsi dalam proses
pertumbuhan, stabilitas jaringan epitel pada membran mukosa saluran pencernaan,
pernapasan, saluran reproduksi serta mengoptimalkan indera penglihatan. Defisiensi
vitamin A pada ayam dapat menyebabkan ruffled feathers (bulu berdiri), ataxia
(kehilangan keseimbangan saat berjalan) dan bisa berakibat pada penurunan
produksi telur serta daya tetas. Bila defisiensi berlangsung terus menerus
dalam waktu yang cukup lama serta tidak ditangani dengan baik, maka akan
mengakibatkan munculnya cairan putih susu (keruh) pada mata ayam tersebut
sehingga bisa mengganggu penglihatan dan kadang terjadi kerusakan mata
permanen. Selain itu defisiensi vitamin A bisa menyebabkan timbulnya bintik
darah (blood spot) pada telur (Saif, 2003).
b.
Vitamin D
Vitamin D pada produk-produk vitamin seringkali ditulis sebagai vitamin D3.
Vitamin D3 atau yang lebih dikenal sebagai cholecalciferol adalah
satu-satunya metabolit dari vitamin D yang bisa digunakan oleh unggas (Weber,
2009). Secara umum vitamin ini dapat ditemukan pada tepung ikan dan sinar
matahari yang berfungsi sebagai prekursor. Vitamin D bermanfaat untuk
metabolisme kalsium dan fosfor dalam pembentukan kerangka normal, membentuk
paruh dan cakar yang keras serta kerabang telur yang kuat.
Defisiensi vitamin D akan menyebabkan metabolisme kalsium dan fosfor
terhambat sehingga akan banyak ditemukan telur dengan kerabang tipis dan lembek
serta paruh dan cakar yang lembek pula. Selain itu akan terjadi pula penurunan
produksi telur dan situasi dimana ayam kesulitan untuk bergerak karena kakinya
lemah sehingga terjadilah kelumpuhan/ricketsia.
c.
Vitamin E
Vitamin E dapat digunakan untuk seluruh derivate tocol dan tocotrienol yang
mempunyai aktivitas biologis α-tokoferol. Vitamin E disebut juga vitamin
antisterilitas dan factor X. Ungkapan seperti “aktivitas vitamin E” atau
“defisiensi vitamin E” sering kali digunakan. α-tokoferol disebut sebagai
vitamin E semenjak diketahui mempunyai nilai nutrisi yang lebih. Misalnya jika
α-tokoferol mempunyai nilai 100, maka β dan zeta tokoferol nilainya hanya
kira-kira 1/3-nya; sedangkan gamma delta, epsilon dan etatokoferolhanya kurang
dari 1% dari nilai α-tokoferol. Maka analisis total tokoferol pakan dapat salah
faham. Satu unit IU didasarkan 1 mg d- α-tokoferol asetat sama dengan 1,36 mg
dl- α- tokoferol asetat. dl-α-tokoferol asetat adalah standar internasional
yang didefinisikan sebagai aktivitas1 IU per mg. Kemudian istilah 1 IU dan 1 mg
dl- α-tokoferol asetat selalu dapat berubah untuk digunakan. Vitamin E sering
disebut sebagai tocopherols dan sering ditemukan dalam biji kedelai, biji
gandum dan CGM (corn gluten meal). Vitamin E bermanfaat untuk meningkatkan fertilitas,
pertumbuhan embrio normal dan sebagai antioksidan. Defisiensi vitamin E akan menyebabkan
menurunnya fertilitas dan daya tetas, encephalomalacia/crazy chick disease
(penyakit ayam gila), serta kelainan pada koordinasi otot.
d.
Vitamin K
Nama/ sebutan lain vitamin K adalah : vitamin
antihemoragic, vitamin pembeku darah, factor protrombin, philloquinon, dan
2-metil-1,4-naftoquinon. Vitamin K digunakan untuk 2-metil-1,4-naftoquinon dan
turunannya, yang secara aktivitas biologisnya disebut fityl-menoquinon
(philloquinon). Vitamin K dapat ditemukan pada tepung ikan. Vitamin K berfungsi dalam pembentukan
protrombin yang nantinya digunakan untuk pengaturan proses pembekuan darah.
Defisiensi vitamin K akan menyebabkan perdarahan pada jaringan/organ tertentu
(hemoragi) serta anemia akibat darah yang sukar membeku saat terjadi luka pada
bagian tubuh yang terbuka (Saif, 2003).
2. Vitamin Larut Air
a.
Vitamin B1
(thiamin)
Vitamin B1 sering disebut juga sebagai aneurin terkait
dengan sifat antineuritis (anti radang urat syaraf) yang dimilikinya. Vitamin B1
berfungsi untuk membantu proses metabolisme karbohidrat dan energi dalam
tubuh. Defisiensi vitamin ini menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan
terhambat serta terjadi pembengkakan pada sistem syaraf (Roche, 1979).
b.
Vitamin B2
(ribovlafin)
Vitamin B2 berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, asam amino dan
asam lemak. Vitamin ini dapat ditemukan pada tepung daging dan tepung ikan. Defisiensi vitamin B2
menyebabkan pertumbuhan ayam menjadi lambat, lemas dan ayam mengalami kesulitan
berjalan. Gejala yang paling dikenal adalah kelumpuhan pada kaki (leg paralysis)
atau kelumpuhan pada jari kaki (curled toe paralysis). Beberapa gejala tersebut akhirnya
akan berakibat pada menurunnya produksi telur dan daya tetas (Saif, 2003).
c.
Vitamin B3
(nicotinamide)
Vitamin B3 atau lebih dikenal sebagai
niasin atau nicotinamide berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak menjadi energi. Vitamin ini dapat ditemukan pada jagung, biji bunga
matahari dan hampir semua bungkil biji-bijian. Kekurangan vitamin B3
menyebabkan hilangnya nafsu makan, pertumbuhan lambat, turunnya produksi telur
dan daya tetas, membran mukosa menjadi berwarna merah gelap, perubahan pada
tulang paha serta kadang terjadi diare yang disertai darah.
d.
Vitamin B5
(asam pantotenat)
Vitamin B5 atau yang lebih dikenal sebagai asam pantotenat berfungsi
sebagai komponen koenzim A dalam metabolisme karbohidrat, asam lemak, asam
amino dan steroid. Asam pantotenat banyak terkandung dalam bungkil biji bunga
matahari. Defisiensi asam pantotenat akan menyebabkan hilangnya nafsu makan,
pertumbuhan terhambat, pembengkakan pada beberapa bagian tubuh seperti paruh,
kelopak mata dan jari kaki, warna bulu menjadi kasar dan buram, serta
menyebabkan turunnya produksi dan daya tetas telur.
e.
Vitamin B6
(piridoxin)
Vitamin B6 termasuk tiga senyawa : piridoksin, pyridoksal, dan pyrdoksamin,
juga ada bentuk lain pyridoksin. Aktivitasnya ketiga senyawa tersebut sama
dalam tubuh ternak. Namun sangat berbeda aktivitasnya pada beberapa
mikroorganisme. Pada ragi, organ glandula, dan daging sebagian besar vitamin B6
ada dalam bentuk pyridoksal, dan pyrdoksamin. Jadi mempelajari vitamin harus
mengingat bentuk keberadaan vitamin dalam pakan kekefektifannya responnya terhadap
ternak dan mikroorganisme. Vitamin B6 atau piridoxin berfungsi untuk
metabolisme protein dan lemak dalam tubuh. Vitamin B6 dapat
ditemukan hampir disemua bungkil biji-bijian. Selain menyebabkan nafsu makan
berkurang dan pertumbuhan terhambat, defisiensi vitamin B6 ini akan
menyebabkan bulu tumbuh jarang (tidak merata) dan kasar, produksi telur serta
daya tetas telur menurun (Roche, 1979).
f.
Vitamin B9
(asam folat)
Vitamin B9 atau yang lebih sering disebut sebagai asam folat
berfungsi untuk metabolisme karbohidrat. Asam folat dapat ditemukan pada biji
gandum. Defisiensi asam folat akan menyebabkan pertumbuhan lambat, anemia,
menurunnya daya tetas serta bulu yang kasar dan jarang (Roche, 1979).
g.
Vitamin B12
(cyanocobalamin)
Vitamin B12 atau sering disebut sebagai cyanocobalamin berfungsi
untuk metabolisme karbohidrat dan lemak dalam tubuh. Tidak seperti vitamin B
lainnya, vitamin B12 bisa terakumulasi di jaringan, utamanya di hati
dan sedikit di ginjal, otot, tulang dan kulit (Weber, 2009). Defisiensi vitamin
B12 akan mengakibatkan pertumbuhan lambat, ukuran telur kecil-kecil
dan daya tetas menurun. Fungsi Vitamin B12 berhubungan dengan penggunaan
karbohidrat, lemak, dan protein, oleh karena itu sangat penting dalam
penggunaan pakan. Pada hewan lain selain kuda, defisiensi Vitamin B12
menyebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan dan reproduksi, anemia, inkordinasi
bagian posterior, langkah tidak tetap, rendahnya nafsu makan, hiperiritbilitas,
dan bulu kasar.
h.
Biotin
Biotin sering dikenal sebagai Vitamin B7. Vitamin ini berfungsi
dalam metabolisme karbohidrat dan lemak dalam produksi energi. Biotin dapat
ditemukan pada tepung ikan dan biji gandum. Defisiensi biotin menyebabkan kulit
mengeras pada daerah paruh dan mata (hampir sama seperti pada saat terjadi
defisiensi asam pantotenat). Selain itu bisa terjadi juga kelainan pada tulang
rawan dan menurunnya daya tetas.
i.
Vitamin C
Vitamin C yang ada di pasaran sering disebut sebagai asam ascorbat,
L-ascorbat acid, Hexuronic acid, Anti scorbutic vitamin, Cevitamic acid (Scott
et al., 1976), juga sering disebut sebagai anti scorbic factor (Ewing, 1963).
Banyak peranan
vitamin C yang telah terbukti, beberapa dilaporkan Harper et al. (1984)
bahwa vitamin C ini untuk mempertahankan zat-zat interseluler normal tulang
rawan, dentin dan tulang. Juga berperan
sebagai katalisator pada berbagai reaksi kimia dalam tubuh. Benerjee (1978) mengemukakan peranan biokimia
dalam tubuh dari vitamin C ini, yaitu :
1)
Sebagai zat
esensial untuk pembentukan kolagen dalam tulang.
2)
Membantu merubah
asam folic menjadi bentuk aktifnya yaitu asam tetra hydrofolic.
3)
Ikut berperan
dalam metabolisme asam amino yaitu dalam hydroxilase prolin, lysine dan anilin
yang berperan untuk terciptanya fungsi fisiologis yang baik bagi ternak.
4)
Membantu
penyerapan zat besi, sehingga dapat mencegah terjadinya anemia.
Peranan lain dari vitamin C ini yaitu sebagai antioksidan. Untuk mencegah
proses oksidasi pada buah-buahan atau sayuran yang dikemas dalam kaleng supaya
tidak berubah warna (biasanya menjadi kehitam-hitaman), maka ditambahkan
vitamin C. Vitamin C dalam tubuh banyak
terdapat atau tersimpan dalam jaringan-jaringan, hipofisis, korteks adrenal,
korpus luteum dan thymus. Dalam jumlah sedikit terdapat pada organ ginjal,
jantung dan paru-paru. Otot tidak banyak mengandung vitamin C. Kelenjar air
liur dan dinding usus pada umumnya mengandung vitamin C dalam konsentrasi yang
tinggi pula (Rosenberg, 1945). Vitamin C ini dalam tubuh diserap atau
diabsorbsi dalam usus oleh karena itu kekurangan zat makanan ini diakibatkan
oleh konsumsi makanan yang tidak cukup. Kandungan vitamin C pada jaringan
binatang dan jaringan tumbuh-tumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan
vitamin yang larut dalam air lainnya.
Vitamin C mempunyai peranan dalam proses metabolisme tubuh beberapa fungsi
fisiologis dari vitamin C diantaranya :
1) Untuk pembentukan substansi cairan intraseluler pada
jaringan skelet dan memelihara fungsi normal jaringan.
2) Perangsang pada mekanisme pertahanan tubuh.
3) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan
membantu perbaikan kualitas kerabang telur.
Sifat vitamin C yang lain, yaitu merupakan vitamin yang larut dalam air
yang paling kurang stabil, paling mudah rusak oleh pemanasan dengan adanya
sedikit logam seperti tembaga (Cu), tahan pembekuan. Tidak dikenal efek toksik
dari vitamin C ini, tapi pada pemberian yang terlalu banyak akan menyebabkan
tidak efektif lagi dan mempunyai beberapa efek sampingan, diantaranya :
1) Pada anak-anak ayam yang dalam ransumnya
kekurangan unsur tembaga (Cu), tambahan
vitamin C akan menyebabkan kematian.
2) Bila diberikan dalam jumlah berlebihan pada ayam
petelur yang sedang berproduksi dapat menyebabkan penurunan produksi telur dan
bobot badan akhir.
3) Gangguan pencernaan, sehingga ternak akan mengalami
diare (mencret).
Penggunaan vitamin C sebagai anti stress pada ayam
Dalam kedaan normal tubuh dapat
mensintesis vitamin C, tetapi dalam keadaan stress level asam ascorbat dalam
adrenal ayam menurun, sehingga perlu ditambahkan vitamin C dalam pakannya. Umur
ternak cenderung berpengaruh pada kandungan asam ascorbat pada jaringan tubuh.
Semakin tua umur ternak, kandungan asam ascorbat pada organ-organ seperti otak,
kelenjar adrenal, pankreas, hati, ginjal, jantung dan testes cenderung menurun.
B. Defesiensi
Vitamin
Karena vitamin bersifat mudah rusak, maka sulit bagi kita menjamin bahwa
kadarnya akan stabil dalam pakan, terlebih jika pakan menjalani proses
pengangkutan yang cukup jauh atau penyimpanannya tidak sesuai. Apabila terjadi
kekurangan vitamin pada ayam, maka gejala kekurangan/ defisiensi vitamin pun
kadangkala akan muncul. Beberapa gejala defisiensi vitamin ini dapat dilihat
pada Tabel
Salah satu contohnya, pada kasus defisiensi vitamin B kompleks bisa terjadi
penurunan fungsi saraf, metabolisme energi, pertumbuhan dan produksi, sebab
vitamin B kompleks merupakan grup pembentuk ko-enzim.
Sementara gejala defisiensi vitamin C pada ayam sangat jarang terjadi sebab
ayam memiliki enzim l-glukolaktone oksidase yang berfungsi mensistesis vitamin
C (asam askorbat) dari glukosa. Suplementasi vitamin C diperlukan pada saat
tertentu, terutama saat kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban) tiba-tiba
berubah atau stres akibat perlakuan (vaksinasi, pindah kandang, ganti ransum,
dll), karena proses sintesis vitamin C tidak secepat perubahan lingkungan yang
terjadi.
Meski demikian, jangan terlalu sering memberikan vitamin C murni dalam
dosis tinggi pada ayam. Hal tersebut merupakan pemborosan karena kelebihannya
oleh tubuh akan dibuang. Lebih dari itu, pada layer, pembuangan kelebihan
vitamin B dan C yang terjadi secara terus-menerus akan membebani ginjal karena
masa produksi layer lebih panjang.
C. Mineral
Fosfor Mineral merupakan nutrisi mikro berbentuktuk senyawa anorganik yang
menyusun kurang lebih 4% tubuh unggas. Secara garis besar mineral yang berperan
penting dalam proses fisiologis ternak dibedakan menjadi mineral essensial
makro dan mineral essensial mikro. Mineral essensial makro terdiri
dari kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K) dan fosfor
(P) sangat diperlukan untuk membangun tubuh dan pertumbuhan ternak. Mineral
esensial mikro meliputi zat besi (Fe), Tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn) dan
iodium (I) berfungsi dalam aktivitas system enzim dan hormon dalam proses
pertumbuhan ternak serta pembentukan darah.
Kalsium merupakan unsur yang sangat esensial dalam pembentukan tulang dan
kerabang telur. Fungsi lain dari kalsium yaitu mengatur kerja system syaraf,
membantu dalam mekanisme penyerapan memiliki fungsi metabolic dalam pembentukan
tulang, serta berperan dalam proses pembentukan energy dan mengatur
keseimbangan asam basa di dalam tubuh. Zat besi (Fe) sangat berguna untuk pembentukan
sel darah dan proses enzimatis dalam tubuh. Iodine (I) dan selenium (Se) dapat berfungsi sebagai antioksidan
untuk mencegah stres oksidatif, mendukung fungsi kelenjar tiroid (yang
menghasilkan hormon tiroksin untuk pertumbuhan dan perkembangan) maupun
berperan menjaga kekebalan tubuh.
D. Defisiensi Mineral
Defisiensi mineral pada ternak dapat menimbulkan gejala klinis yang
spesifik untuk setiap mineral, namun kadang-kadang gejala tersebut hamper
mirip, sehingga untuk menentukan diagnosis penyakit defisiensi mineral perlu
dilakukan analisis kandungan mineral dalam darah ternak dengan mengambil serum
ternak yang hidup. Akibat dari defisiensi kalsium (Ca) pada unggas adalah
terjadinya kelainan tulang, pembesaran persendian, kelumpuhan dan pelunakan
tulang tua.
Defisiensi pospor (P) pada unggas akan menimbulkan rachitis dan
osteomalacia, pica atau kelainan nafsu makan, suka makan tanah, tulang atau
kayu, kelemahan otot dan persendian. Defisiensi mangan (Mn) menyebabkan
tetany yaitu kejang-kejang dan sempoyongan. Selain itu, perosis (kaki bengkok)
pada anak ayam, penurunan produksi dan kualitas kerabang telur.
Defisiensi kalium (K) akan terjadi pertumbuhan yang terganggu, lemah, mudah
terkena tetanus yang diikuti kematian.
Defisiensi seng
(Zn) akan mengakibatkan pertumbuhan ayam yang lambat, bulu abnormal, luka/peradangan
pada kulit (dermatitis), pembengkakan sendi, menurunnya nafsu makan dan
kualitas kerabang telur menurun. Defisiensi tembaga (Cu) akan terjadi
pertumbuhan bulu yang terganggu dan anemia. Defisiensi Fe akan mengalami gejala
kadar hemoglobin menurun, anemia, dan gangguan pertumbuhan bulu. Defisiensi
iodine (I) akan mengakibatkan daya tetas menurun, gangguan pertumbuhan kelanjar
thyroid (gondok), pertumbuhan unggas menjadi lambat. Defisiensi selenium (Se)
mengakibatkan imunitas dan produksi terganggu, kerabang tipis, exudative
diathesis, muscular dystrophy.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mineral
merupakan nutrisi mikro yang berbentuk senyawa anorganik yang menyusun kurang
lebih 4% tubuh unggas, namun perannya sangat penting dalam pertumbuhan dan kesehatan
hewan. Mineral esensial dibedakan menjadi mineral esensial makro dan mikro.
Keduanya sangat diperlukan untuk membangun tubuh dan pertumbuhan ternak serta
berfungsi dalam aktivitas system enzim dan hormon dalam proses pertumbuhan
ternak serta pembentukan darah. Ternak yang mengalami defisiensi mineral akan
menyebabkan berbagai penyakit yang mampu menurunkan produktivitas ternak
seperti anemia, pertumbuhan yang lambat, perosis, imunitas dan produksi
terganggu serat kerabang telur yang tipis. Suplementasi mineral yang
ditambahkan ke dalam ransum merupakan tindakan yang baik untuk menghindari
gejala defisiensi mineral.
B. Saran
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penggunanya serta dapat menambah wawasan.
Arifin, Zainal. 2007. Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) dalam Tubuh Hewan dalam Hubungannya dengan Penyakit.
Wartazoa Vol. 17 No. 12 Th.2007. Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.
Darmono. 2011. Suplementasi Logam dan Mineral untuk Kesehatan Ternak dalam
Mendukung Program Swasembada Daging. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(3), 2011:
205-217. Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.
Nisa, Khufyatun Amalia dan Leny Yuanita. 2014. Pengaruh Asam Sitrat dan
Fitase Bacillus subtilis Holiwood Gresik pada Jagung (Zea mays L.) terhadap
Daya Cerna Protein dan Bioavabilitas Zink. UNESA Journal of Chemistry Vol.3,
No.1, January 2014.Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/tata-laksana/apakah-ayam-anda-perlu-vitamin (diakses 24 April 2019)
http://siweh.blogspot.com/2012/05/jenis-vitamin-macam-sumber-dan.html (diakses 24 April 2019)
http://rivaarifin.blogspot.com/2012/03/vitamin-untuk-ternak.html(diakses24April 2019)
Makalah nutrisi ternak unggas (vitamin dan mineral)
Reviewed by Faikatushalihat
on
July 12, 2020
Rating:
No comments: