A.
Latar
Belakang
Susu merupakan makanan
alami yang hampir sempurna, sebagian besar gizi esensial ada dalam susu,
antaranya yaitu protein, fosfor, kalsium, vitamin A dan vitamin B1. Susu
merupakan sumber kalsium paling baik, karena disamping kadar kalsium yang
tinggi, laktosa di dalam susu membantu absorbsi susu di dalam saluran cerna.
Dibalik nilai gizi yang tinggi, susu mudah rusak oleh mikroorganisme yang
berkembang dan tumbuh di dalam susu tidak layak dikonsumsi apabila di dalam
penanganan pasca panen tidak ditangani secara benar (Rahmawati, 2015).
Pengolahan
susu bertujuan untuk memperoleh produk pengolahan susu yang mempunyai nilai
tambah dan masa simpan yang lebih lama. Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat
tinggi, dengan kadar protein dalam susu segar 3.5 %, dan mengandung
lemak yang kira-kira sama banyaknya dengan protein. Karena itu, kadar lemak
sering dijadikan sebagai tolok ukur mutu susu, karena secara tidak langsung
menggambarkan juga kadar proteinnya. Beberapa jenis sapi perah, khususnya dari Bos
taurus misalnya Jersey dan Guernsey mampu memproduksi susu dengan
kadar lemak mendekati 5 % (Agung, 2012).
Proses pengolahan susu
bertujuan untuk memperoleh susu yang beraneka ragam, berkualitas tinggi,
berkadar gizi tinggi, tahan simpan, mempermudah pemasaran dan transportasi,
sekaligus meningkatkan nilai tukar dan daya guna bahan mentahnya. Proses
pengolahan susu selalu berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu di bidang
teknologi pangan. Dengan demikian semakin lama akan semakin banyak jenis produk
susu yang dikenal. Hal ini sangat menggebirakan dan merupakan langkah yang
sangat tepat untuk mengimbangi laju permintaaan pasar.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari praktikum ini adalah:
1. Apa
saja alat yang digunakan dalam proses pengujian
kualitas susu segar?
2. Bagaimana
teknik-teknik yang tepat untuk pengujian kualitas susu segar serta beberapa
ciri dari susu segar yang telah mengalami pemalsuan?
C.
Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk
mengetahui alat-alat yang digunakan dalam proses pengujian kualitas susu segar.
2. Untuk
mengetahui teknik-teknik yang tepat untuk pengujian kualitas susu segar serta
beberapa ciri-ciri dari susu segar yang telah mengalami pemalsuan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Susu
Susu
segar adalah susu yang dihasilkan dari hewan ternak perahan seperti sapi,
kerbau, kambing, domba dan kuda yang sehat dan tidak tercampur kolostrum. Susu
segar tidak mengandung bahan tambahan air, bahan tambahan pangan, dan antibiotic
dan belum mengalami perubahan warna bau serta kekentalan. Susu segar paling lezat karena asam lemak
susunya belum rusak akibat proses pengawetan. Susu segar yang akan diminum
langsung sebaiknya dipanaskan (tidak dididihkan agar emulsi susu tidak pecah)
hingga mencapai suhu 70oC selama 5-10 menit (Elhofi, 2011).
Susu segar merupakan
bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang
lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin
yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Nilai gizinya yang tinggi juga menyebabkan
susu merupakan medium yang sangat disukai oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan
dan perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi tidak
layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar (Adriyani, 2015).
Susu berasal dari semua
hewan yang mempunyai kelenjar ambing atau kelenjar susu. Dan ada lebih dari
10.000 spesies mamalia yang menghasilkan susu. Komposisi susu terdiri atas air,
lemak dan bahan kering tanpa lemak. Sementara bahan kering tanpa lemak terdiri
atas protein, laktosa, mineral, enzim, vitamin. Dimana jumlah masing-masing
komponen tersebut sangat bervariasi tergantung ternaknya (Rini, 2011).
Susu merupakan bahan
makanan mengandung protein yang dibutuhkan oleh tubuh, oleh karena itu
masyarakat menjadikan susu sebagai bahan pangan yang dapat diandalkan. Namun
dalam kehidupan sehari-hari tidak semua masyarakat di Indonesia minum susu yang
belum diolah. (Sudono, 2011).
Susu segar adalah cairan yang berasal dari
ambing sapi sehat, yang diperoleh dari pemerahan yang benar, tidak mengalami
penambahan atau pengurangan suatu komponen apapun dan tidak mengalami proses
pemanasan (SNI, 1992). Hasil penelitian menunjukkan suhu dan waktu mempengaruhi
karakteristik terhadap performa secara kimia, organoleptik dan mikroorganisme.
Semakin tinggi suhu dan lama waktu sterilisasi mengalami kerusakan protein,
pemisahan lemak, berat jenis, organoleptik dan mempengaruhi pertumbuhan
mikrorganisme. Perlakuan terbaik dari penelitian ini adalah pada perlakuan suhu
121 °C dengan waktu selama 8 menit dengan tidak adannya pertumbuhan
mikroorganisme thermofilik 0 cfu, kadar protein 2.151 dan nilai organoleptik
pada warna 6.33 ( agak suka ), aroma 6.00 (agak suka) dan rasa 6.17 (agak
suka).
B.
Komposisi
Susu
Komposisi susu lebih
lengkap dari pada bahan pangan yang lain. Artinya komponen-komponen yang
dibutuhkan oleh tubuh itu semuanya terdapat dalam susu. Dimana komponen utamanya
yaitu protein, lemak, hidrat arang dan air (Hdwiyoto, 2010).
Komponen-komponen susu yang terpenting adalah
protein dan lemak. Kandungan protein susu berkisar antara 3 - 5 persen
sedangkan kandungan lemak berkisar antara 3 - 8 persen. Kandungan energi adalah
65 kkal, dan pH susu adalah 6,7. Komposisi air susu rata-rata adalah air
(87,90%) dan bahan kering (12,10%) yang terdiri dari lemak (3,45%) dan bahan
kering tanpa lemak (8,65%). Bahan kering tanpa lemak terdiri dari protein
(3,20%), laktosa (4,60%), dan vitamin, enzim, gas (0,85%). Protein terbagi atas
casein (2,70%) dan albumin (0,50%) (Nurhajati, 2013).
Kerusakan susu oleh
mikroorganisme antara lain adalah pengasaman dan penggumpalan yang bertanda
seperti pengentalan dan pembentukan gumpalan tanpa menurunkan pH. Warna kuning
pada susu adalah karena lemak dan karoten yang dapat larut, dan jika lemak
diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan (Buda, 2011).
Kisaran air pada susu
sapi secara umum yaitu 80%-90% karena susu adalah emulsi lemak dalam air
sehingga kandungan air dalam susu menigkat. Kadar lemak dalam susu sapi sekitar
3,8% yang dipengaruhi oleh pakan. Rasa normal susu segar adalah sedikit manis
yang disebabkan adanya laktosa (Maheswari, 2011).
Aroma susu segar adalah normal khas susu. Komponen susu
antara lain yaitu air 87%, lemak 3,9%, BKTL 8,8%, laktosa 4,6 % dan protein
3,25%. Syarat susu murni harus warna, bau dan rasa itu tidak ada
perubahan, uji alkoholnya negatif, kadar
protein sekurang-kurangnya 2,7%
(Winarno, 2009).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat
dilaksanakannya praktikum pada hari Selasa 27 November 2018, pukul 16.00-17.00
WITA dan bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Peternakan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018.
B.
Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis, gelas kimia,
corong gelas, cawan petri, pipet tetes, gelas ukur, laktodensimeter, pH meter,
dan erlenmeyer.
2.
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air tajin, kapas halus, larutan
iodine 0,1 N, santan, dan susu segar.
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum kali
ini adalah sebagai berikut:
1. Uji
organoleptic pengamatan warna, bau,
rasa dan konsistensi.
a.
Menyiapkan alat dan bahan
b.
Menyiapkan 4 cawan petri
c.
Menuangkan susu kedalam cawan petri.
d.
Mengamati rasa, bau, warna dan
konsistensi susu secara organoleptik.
e.
Menuliskan hasilnya.
Gambar 1. Diagram alir pengamatan warna, bau, rasa
dan konsistensi
2.
Kebersihan
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menuangkan susu kedalam cawan petri.
c. Mengamati kotoran yang terdapat pada susu.
d. Menuang susu kedalam corong yang telah dilapisi
kertas saring.
e. Mengamati sampel susu.
f. Mencatat hasilnya.
Gambar 2. Diagram alir kebersihan
3. Derajat keasaman (pH).
a.
Menyiapkan
alat dan bahan.
b.
Memasukkan pH
meter kedalam tabung.
c.
Mengamati
berapa pH pada tabung A, B, C dan D.
d.
Mencatat
hasilnya.
Gambar 3. Diagram alir derajat keasaman (pH)
4. Uji alkohol (penambahan santan)
a.
Menyiapkan
alat dan bahan
b.
Menuangkan
susu kedalam cawan lalu menambahkan air santan.
c.
Menghomogenkan
cawan petri.
d.
Mengamati
cawan petri.
Gambar 4. Diagram alir uji alkohol
5.
Berat jenis
(uji penambahan air)
a.
Menyiapkan
alat dan bahan.
b.
Memasukkan
laktodensimeter kedalam tabung yang telah diisi susu segar.
c.
Mengamati
skala lakta dan F.K pada laktodesimeter.
d.
Menghitung BJ
pada masing-masing tabung dengan rumus.
BJ = 1000 + skala lakta + FK (suhu-suhu
teralacto)
1000
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Tabel
1. Hasil pengamatan susu
No
|
Pengujian
|
Cawan
A
|
Cawan
B
|
Cawan
C
|
Cawan
D
|
1.
|
Warna
|
Kekuningan
|
kekuningan
|
kekuningan
|
kemerahan
|
2.
|
Bau
|
Spesif
|
Spesif
|
Spesif
|
Basi
|
3.
|
Rasa
|
Gurih
|
Gurih
|
Gurih
|
Pahit
|
4.
|
Konsistensi
|
Normal
|
Pekat
|
Encer
|
Normal
|
5.
|
Kebersihan
|
Bersih
|
Sedang
|
Kotor
|
Bersih
|
6.
|
Uji
pH
|
7,44
|
7,58
|
7,61
|
7,59
|
7.
|
Uji
alkohol
|
+
|
-
|
+
|
+
|
8.
|
Uji
BJ
|
||||
B.
Analisis
Data
Susu segar
BJ = 1,000 + skala lakta + FK (suhu-suhu
teralacto)
1000
BJ = 1,000 + 25 + 0.2 (27 - 38,80C)
1000
= 1,000 + 25 + 0,2 (- 11,8)
1000
= 1,000 + 25 – 2,36
1000
= 1,000 + 22,64
1000
= 1,000 +
0,02
= 1,000,02
C.
Pembahasan
1.
Uji organoleptik (warna, bau, rasa dan
konsistensi)
Pada hasil pengamatan
diperoleh hasil pengujian untuk cawan A berwarna kekuningan, berbau spesif,
rasa gurih, konsistensi normal. Cawan petri B berwarna kekuningan, berbau
spesif, rasa gurih, konsistensi pekat. Cawan petri C berwarna kekuningan,
berbau spesif, rasa gurih, konsistensi encer. Cawan petri D berwarna kemerahan,
berbau basi, rasa gurih pahit, konsistensi normal. Hal ini sependapat dengan
Buda (2011) yang menyatakan bahwa Kerusakan susu oleh mikroorganisme antara
lain adalah pengasaman dan penggumpalan yang bertanda seperti pengentalan dan
pembentukan gumpalan tanpa menurunkan pH. Warna kuning pada susu adalah karena
lemak dan karoten yang dapat larut.
2.
Uji kebersihan
Berdasarkan hasil
pengamatan cawan petri A, B, C dan D, cawan petri A susunya bersih, cawan petri
B susunya sedang, cawan petri C susunya kotor, cawan petri C susunya bersih.
Hal ini sependapat dengan Ressang (2008) yang menyatakan bahwa Produksi dan
komposisi susu yang dihasilkan sapi, tergantung dari konsumsi pakan,
menggambarkan dari pengaruh konsumsi energi dan suplay protein. Faktor yang
mempengaruhi kualitas susu meliputi faktor penyakit, perlakuan seperti alat
yang diguanakan, tindakan sanitasi dan pemberian pakan sapi.
3.
Uji pH
Beradasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada cawan
A 7,44, cawan B 7,58, cawan C 7,61 dan
cawan D 7,59. Hal ini sependapat dengan Swacita (2011) yang menyatakan bahwa ,
pH susu sapi segar adalah 6-7. pH normal susu segar dikarenakan adanya kasein,
buffer, fosfat dan sitrat, secara terbatas karena adanya albumin, globulin dan
CO2. Jika pH tinggi atau basa diduga ternak tersebut terjangkit mastitis.
4.
Uji alkohol
Berdasarkan hasil pengamatan uji alkohol diperoleh hasil
cawan A, C dan D positif sedangkan cawan B neatif. Hal ini sepenadapat dengan
Swacita (2011) yang menyatakan bahwa Uji alkohol positif ditandai dengan adanya butiran
susu yang melekat pada dinding tabung reaksi, sedangkan uji alkohol negatif
ditandai dengan tidak adanya butiran susu yang melekat pada dinding tabung
reaksi.
5.
Uji BJ
Berdasarkan
hasil pengamatan untuk perhitungan:
BJ = 1,000 + skala lakta + FK (suhu-suhu
teralacto)
1000
BJ = 1,000 + 25 + 0.2 (27 - 38,80C)
1000
= 1,000 + 25 + 0,2 (- 11,8)
1000
= 1,000 + 25 – 2,36
1000
= 1,000 + 22,64
1000
= 1,000 +
0,02
= 1,000,02
Hasil tidak sesuai dengan pernyataan Agung
(2012) yang menyatakan .
Berat jenis susu yang masih segar adalah antara 1,024 -1,026.
6. Uji iodine
Berdasarkan pengujian iodine pada tabung A kita dapatkan hasilnya
negatif, pada tabung B hasilnya negatif, tabung C hasilnya negatif dan tabung D
hasilnya positif, jadi pada tabung D yang mengandung iodine karena terjadi
perubahan warna putih kemerahan. Hal ini sesuai pendapat Winarno,
(2009). Bahwa aroma
susu segar adalah normal khas susu.
Komponen susu antara lain yaitu air 87%, lemak 3,9%, BKTL 8,8%, laktosa 4,6 %
dan protein 3,25%. Syarat susu murni harus warna, bau dan rasa itu tidak ada
perubahan, uji alkoholnya negatif, kadar
protein sekurang-kurangnya 2,7% .
7.
Uji
penambahan air tajin
Berdasarkan pengujian air tarjin pada tabung A kita dapatkan hasilnya
negatif, pada tabung B hasilnya negatif, tabung C hasilnya positif dan tabung D
hasilnya negatif, jadi pada tabung C yang mengandung air tajin karena terjadi
perubahan warna kekuningan. Hal ini sesuai pendapat Winarno,
(2009). Bahwa aroma
susu segar adalah normal khas susu.
Komponen susu antara lain yaitu air 87%, lemak 3,9%, BKTL 8,8%, laktosa 4,6 %
dan protein 3,25%. Syarat susu murni harus warna, bau dan rasa itu tidak ada
perubahan, uji alkoholnya negatif, kadar
protein sekurang-kurangnya 2,7% .
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:
1.
Kesimpulan pada pratikum ini
alat-alat yang digunakan dalam pengujian pratikum yaitu: buret,
cawan petri, corong gelas, ermeleyer, gelas kimia, gelas plastik, gelas ukur,
laktodensimeter, pH- meter dan pipet tetes.
2.
Teknik-teknik yang dilakuakan yaitu:
dengan pengujian warna, bau, rasa dan konsistensi, kebersihan, berat jenis pH,
alkohol, berat jenis dan uji iodine. Pada susu yang sudah ditambahkan bahan
yang lain seperti air, santan dan air tajir akan terjadi perubahan encer,
gumpalan-gumpalan, terbentuknya Kristal-kristal pada mikroskop, rasanya sedikit
manis dan terjadi perubahan warna ketika ditetesi iodine.
B.
Saran
Saran saya adalah
sebaiknya untuk praktikum selanjutnya ketelitian diharapkan lebih ditingkatkan
supaya proses praktikum berjalan lancar serta adalah alat
dan bahan yang disediakan lebih lengkap agar hasil pengamatan lebih maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Adriani.
2015. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan.Bandung:Penerbit
Institut Teknologi Bandung.
Agung, Setya, Wardana. 2012. Teknologi
Pengolahan Susu. Universitas Slamet Riyadi Press. Surakarta.
Badan Standardisasi Nasional. `1998. SNI 01-3141-1998 Susu Segar. Jakarta.
Buda. 2011. Pengetahuan
Bahan Makanan. FKIP. Unsyiah. Banda Aceh.
El-hofi, M.E.
Er-Tanboly. E-S dan ab. Rabou N.S. 2011. Industrial
Application Of Lipases In Cheese Making. International Jurnal Of Food
Safety. 13: 293-302.
Hdwitno. 2010. Fermentasi Keju. Dirjen Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.
Maheswari. 2011. Olahan
Susu. Jakarta : Pusat Unit Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Nurhajati. 2013. Penuntun Praktikum Higiene Susu. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Rahmawati. H. 2015. Teknologi
Hasil Pengolahan. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Ressang. 2008.
Factors Affecting
Keeping the Quality of Heat-Treated Milk.
Dairy Technologist/Processing Engineer, Land O. Lakes. Africa.
Dairy Technologist/Processing Engineer, Land O. Lakes. Africa.
Rini. 2011. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sudono. 2011. Dasar
Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Universitas Sumatra utara. Sumatra.
Swacita. 2011. Teknologi Pengolahan Susu. Universitas Slamet Riyadi Press. Surakarta.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Umum.Yogyakarta.
Laporan praktikum teknologi hasil ternak (susu)
Reviewed by Faikatushalihat
on
July 11, 2020
Rating:
No comments: