Hari ini aku baru saja minum satu cangkir teh hangat sebab sudah berhari-hari tenggorokanku tidak bersahabat. Sakit tenggorokan membuat suaraku perlahan menghilang, betul-betul hilang. Mungkin ia ingin ikut bersamamu saja karena paham bila hari itu kau akan pulang. Lagi-lagi ada letupan rindu yang menggebu di luar kuasaku sebab jarak menjadi alasan klasik pemisah.
Sebelum ikut pulang bersamamu, jauh sebelumnya aku ingin mengajakmu bermain ke hidupku. Kita berdua akan berkelana melanglang buana ke tiap jengkalnya. Mungkin kamu akan merasa lelah karena kita akan berjalan menyusuri kubangan lukaku yang sudah hampir mengering, jangan cemas ketika kau melihat goresan di sekitar hatiku kupastikan itu tidak lagi menyakiti.
Kala itu aku hampir sekarat, terima kasih kau menemukanku. Dengan tabah kau menghabiskan malam denganku menjahit satu persatu sayatan lalu perlahan dipulihkan.
Aku mendapatkan afeksimu dalam bentuk paling sederhana, dengan pedulimu, dengan pertanyaan singkat bagaimana hariku, bahkan ceritaku yang sudah lewat berhari-hari pun masih kau ingat, dengan pesanku yang tetap kau balas walau mungkin sebenarnya kau sibuk, dengan segala cerita lelucon mu, dengan usahamu menyemangati kala aku terjerembab, dengan segala pengingat karena kau tau betapa cerobohnya diriku, dengan tabahmu menerima sikapku yang sedemikian menyebalkan.
Kau sebaik-baiknya pelengkap. Kau tak pernah mengutuk retak pada diriku, hingga aku tak perlu berpura-pura melakukan segala hal agar kau terkesima. Kau menerima segala kurangku, denganmu aku tak perlu jadi orang lain. Kau selalu berhasil membuatku merasa istimewa.
Sebagai imbalan, dalam bentuk paling sederhana aku menyayangimu.
Temanilah aku melewati ganjil serta genap hidup.
PEMULIH
Reviewed by Faikatushalihat
on
February 04, 2020
Rating:
No comments: