Sampai-sampai aku tak kuasa untuk berhenti menceritakan tentangmu pada setiap orang.
"Sudahlah, kau ini selalu bicara tentang dia. Selalu".
Aku terdiam.
"Semua orang tau tentang perasaanmu padanya".
Lagi, aku masih terdiam.
"Kamu harusnya berhenti".
Kalimat itu, panas sekali mendengar kata-kata menampar itu keluar dari tiap mulut mereka yang mendengar ceritaku tentangmu. Mauku, mereka mendukung. Memberi kekuatan agar aku lebih tegar menaruh rasa padamu.
"Sudahlah, bersikap biasa saja" Lagi, mereka memberi sebuah saran.
"Aku tidak akan berhenti, sampai..."
"Sampai?"
"Setidaknya sampai dia menoleh, lalu membalas semua rasa yang kupunya".
"Kalau tidak?"
Akupun terdiam, sementara rasa hati seperti sedang teremas pelan.
Satu hari...akan datang satu hari dengan tenang dan kau akan mengenang. Mungkin setiap rasa yang kau sembunyikan akan dengan lantang kau teriakkan. Lihat saja nanti...
"Sudahlah, kau ini selalu bicara tentang dia. Selalu".
Aku terdiam.
"Semua orang tau tentang perasaanmu padanya".
Lagi, aku masih terdiam.
"Kamu harusnya berhenti".
Kalimat itu, panas sekali mendengar kata-kata menampar itu keluar dari tiap mulut mereka yang mendengar ceritaku tentangmu. Mauku, mereka mendukung. Memberi kekuatan agar aku lebih tegar menaruh rasa padamu.
"Sudahlah, bersikap biasa saja" Lagi, mereka memberi sebuah saran.
"Aku tidak akan berhenti, sampai..."
"Sampai?"
"Setidaknya sampai dia menoleh, lalu membalas semua rasa yang kupunya".
"Kalau tidak?"
Akupun terdiam, sementara rasa hati seperti sedang teremas pelan.
Satu hari...akan datang satu hari dengan tenang dan kau akan mengenang. Mungkin setiap rasa yang kau sembunyikan akan dengan lantang kau teriakkan. Lihat saja nanti...
SEBELAH TANGAN BERJUANG SENDIRI
Reviewed by Faikatushalihat
on
June 13, 2019
Rating:
Semangat menulisnya, ditunggu tulisan tulisan berikutnya faika
ReplyDelete